SANG PAMOMONG episode 49

Chapter 49

Aku melihat beberapa makhluk ghaib seperti kurcaci, bertubuh kecil dengan telinga yang runcing, sedang mengerubuti Rani yang terbaring sambil mengeluh menahan rasa sakitnya.
Satu makhluk ada di atas kepalanya, dan dengan sekuat tenaga memukuli kepala Rani.
Dua makhluk lagi meloncat-loncat di dada dan perut Rani…
Dua makhluk lainnya, memegang betis Rani dan memelintirnya…
Dan yang bikin aku jadi emosi, mereka melakukan itu sambil tertawa cekikikan. Seperti anak-anak yang sedang bermain saja.
Kusiapkan kedua tanganku dan mengisinya dengan energi spiritual dan tenaga dalam.
Lalu kuhampiri kelima makhluk itu…dan aku hajar satu persatu dengan tamparan kedua telapak tanganku yang penuh tenaga.
Jerit kesakitan terdengar dan bau sangit terbakar memenuhi ruangan kamar itu.

Akhirnya kelima makhluk itu berhasil aku musnahkan. Aku menarik nafas lega. Saat aku hendak membersihkan tubuh Rani dari aura negatif yang tersisa…muncullah puluhan makhluk yang serupa kurcaci tadi. Kembali mereka mengerubuti Rani, dan sisanya mengerubutiku.
Ternyata belum saatnya merayakam kemenangan.
Dengan sibuk, aku menghadapi serbuan puluhan makhluk itu.
Zulaikha tak mau kalah…dia segera membantuku membantai makhluk-makhluk itu dengan pukulan dan tendangannya.
Tak lama habis sudah yang mengeroyokku.
Aku menghampiri Rani lagi, menghajar makhluk yang mengerubutinya hingga mereka hancur lebur.
Kejadian yang sama terulang lagi…kali ini yang datang sebangsa kunti, pocong, kolong wewe, dan sebagainya.
Aura mereka lebih kuat dari makhluk kurcaci tadi.

“Desi…bawa ibu keluar dari kamar ini dan tutup pintunya!” seruku pada Desi.

“Ba…baik…mas…. Ayo Tante, kita keluar…!”

Setelah mereka keluar dan menutup pintu, aku segera mengeluarkan ilmu yang kudapat dari Ki Patih. Angin pukulanku menyambar makhluk makhluk itu.
Zulaikha mengeluarkan senjatanya yang berupa pedang tipis pannjang yang lemas.
Tampak cahaya perak melingkupi pedang itu.
Kami berjibaku melawan makhluk-makhluk yang seakan tak ada habis-habisnya. Satu mati, muncul 2, begitu terus hingga kami kewalahan.
Di saat kami hampir kehabisan tenaga melawan mereka, tampak sinar kekuningan menghajar makhluk-makhluk itu. Beberapa makhluk hangus seketika… Aku menengok ke arah datangnya pukulan… Ternyata Ki Sardulo Seto sudah berdiri di belakangku.

“Kau urus gadis itu, biar aku dan temanmu itu yang menghadapi makhluk-makhluk ini!” kata Ki Sardulo Seto padaku.
“Baik Ki… Terima kasih!”

Aku segera menghampiri Rani, menghajar makhluk yang menyiksanya.
Sempat kulihat Ki Sardulo memanggil barisan macan yang berjumlah ratusan guna menghadapi serbuan makhluk-makhluk ghaib itu. Pertempuran berjalan dengan seru di tempat yang sempit ini.
Aku segera menetralisir aura negatif pada tubuh Rani dan membuat pagar ghaib yang melingkupi tubuhnya, supaya jangan didekati makhluk halus lagi, sementara aku menyelesaikan pertempuran.
Tapi tampaknya aku tak perlu turun tangan lagi…
Ki Sardulo dan anak buahnya sudah cukup untuk menghadapi makhluk-makhluk itu.
Bahkan Zulaikha sudah berdiri diam dan hanya jadi penonton.

Tak butuh waktu lama, makhluk-makhluk ghaib itu terkalahkan. Sebagian besar mati dan lainnya melarikan diri.
Bau sangit memenuhi seluruh ruangan, membuatku merasa mual.

“Cepat buat perisai ghaib…!!!” teriak ki Sardulo.

Aku dan Zulaikha bekerja sama membuat pagar ghaib yang melingkupi rumah ini.
Dalam hitungan detik, perisai ghaib sudah terbentuk dan melingkupi seluruh rumah ini.
Tapi sudah ada beberapa makhluk yang berhasil masuk saat proses pembuatan pagar ghaib tadi.

Dengan gemas, aku segera menyambut makhluk-makhluk itu dan menghajarnya dengan pukulan andalanku.
Cahaya putih terlontar dari tanganku dan menghantam makhluk-makhluk yang baru masuk.
Ki Sardulo dan Zulaikha juga tak kalah garangnya. Mereka membabat makhluk-makhluk itu satu persatu hingga tak bersisa.

Fyuh…akhirnya selesai juga. Aku jatuh terduduk kelelahan.
Pertempuran yang menguras energi.
Aku segera mengatur nafas dan mulai bermeditasi…mencoba mengembalikan sebagian energi agar tak terlalu lemah.
Ki Sardulo dan Zulaikha berjaga di dekatku. Saat meditasi begini, kita akan sangat mudah diserang, karena pikiran kita terpusat pada satu titik. Jadi kedua teman ghaibku itu menjagaku, jangan sampai ada sesuatu yang mengganggu meditasiku.
Setelah sekitar 10 menit, tenagaku mulai agak pulih. Cukuplah buat saat ini… Aku membuka mata dan mengucapkan terima kasih pada Ki Sardulo dan Zulaikha.
Mereka hanya mengangguk dan tersenyum.
Ki Sardulo pamit pergi tak lama kemudian. Anak buahnya sudah menghilang dari tadi.

Tinggal aku, Zulaikha dan Rani yang mulai tersadar.

“Eh….siapa kamu? Mau apa di kamarku…. Ibuuuu…..!” Reaksi Rani begitu melihatku.
Emang tampangku kayak penjahat ya?

Pintu kamar terbuka, dan Ibunya Rani bergegas masuk disusul Desi.

“Kenapa Nak… Ada apa…??” tanya ibunya Rani pada anaknya.
“Itu siapa Bu… Kenapa ada di kamarku….?” kata Rani sambil menunjukku.

“Oh ..itu pacarnya nak Desi. Dia yang nolongin kamu dari sakit. Gimana perasaanmu sekarang…??”
“Ah…maaf..maaf ..!” kata Rani padaku. Aku cuma senyum dan mengangguk. Bingung mau jawab apa….hehe.

“Eh…aku merasa sudah enakan Bu. Sudah ga sakit lagi… Cuman agak lemas…!”
“Oh ..syukurlah… Bilang terima kasih pada Nak Aji… Dia yang menolongmu!”
“Aji siapa Bu…?”
“Itu pacarnya nak Desi…!”
“Oh…iya.. Makasih ya Mas… Maaf, tadi aku sudah salah sangka sama Mas…!”
“Ga papa Ran…. Kamu ga usah merasa bersalah gitu. Mas Aji pasti ngerti kok…!” Desi menjawab mewakiliku.
“Eh…Des… Makasih ya… Aku cuma ga enak sama pacarmu, udah salah sangka tadi…!”
“Udahlah… Sekarang mending kamu istirahat dulu.. Aku sama Mas Aji keluar dulu ya?”
“Iya… Sekali lagi…makasih banget…!”

Desi mengajakku keluar kamar dan duduk di ruang tamu.
Tak lama Ibunya Rani keluar.juga dari kamar, dan menuju dapur.
Beliau mengambilkan makan dan minum untuk Rani.
Desi menyusul ke dapur, lalu keluar dengan segelas kopi untukku.

“Ini mas, diminum…!”
“Iya…makasih…!”
“Mas…ternyata kamu bisa gituan ya?”
“Gituan apa…?”
‘Itu…ngurusin hal ghaib gitu….!”
“Ah..cuma sedikit kok..!”
“Wah ..aku ga nyangka lho mas. Berarti yang ngobatin Renita waktu itu kamu juga ya mas?”
“Bukan… Aku dibantu sama penguasa jin di Pasundan…!”
“Wah…kok mas bisa kenal sama penguasa jin di Pasundan. Ginana ceritanya?”
“Panjang buat diceritain… Ntar kapan-kapan aku ceritain!”

Saat kami asik ngobrol, ibunya Rani keluar dari dalam kamar lalu duduk bersama kami.
Kamipun minta pamit, karena hari sudah sangat larut.
Ibunya Rani bermaksud memberiku amplop tebal..tapi aku tolak.
Berkali-kali ucapan terima kasih terlontar dari beliau… Malah aku jadi ga enak sendiri.

Aku dan Desi segera pulang ke kost dengan motor masing-masing.
Aku mengawal di belakangnya hingga kami sampai di kost.


SANG PAMOMONG

SANG PAMOMONG

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Dalam kepercayaan Jawa, bayi yang baru lahir, didampingi oleh sosok PAMOMONG. MOMONG dalam khasanah bahasa Jawa, artinya Mengasuh. Nah..sosok Pamomong itu bisa juga disebut sebagai PENGASUH. Sosok Pamomong adalah sosok.ghaib yang hanya bisa dilihat oleh sang jabang bayi. Kadang kita melihat bayi yang ketawa-ketawa sendiri, sambil matanya melihat ke atas. Dipercaya, bahwa saat itu, sang bayi sedang diajak bercanda atau bermain oleh Pengasuhnya. Dari kepercayaan tersebut, cerita ini terlahir. Sebuah kisah fiksi yang akan menceritakan tentang seseorang yang sampai masa dewasa bisa melihat dan berkomunikasi dengan Sang Pamomong. Semoga bisa menghibur para reader semua.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset