Aku dan Desi sampai di kost pukul 10.30 malam…(kira-kira).
Aku mengantarkan Desi ke kamarnya, dan membantunya memasukkan motor ke garasi.
FYI.. Sekarang kostan dikasih garasi motor gan… Ga di kamar lagi motornya.
Setelah memasukkan motor, aku menuju kamarku. Tapi kulihat Desi masih di depan pintu dan melambaikan tangan memanggilku.
Aku segera menghampirinya…
“Ada apa….?” tanyaku. (Ga ada mesra-mesranya yak?)
Desi memegang tanganku dan ….
“Makasih ya mas, sudah menolong temenku…!”
“Iya…sama-sama sayang…!”
“Eh….ulangin Mas .. Bilang apa tadi?”
“Ga bilang apa-apa tuh…!”
“Ish…mas ini….hiihhh…!” katanya sambil mencubit pinggangku.
“Aduh…duh…sakiittt…!”
“Hayo…ulangin tadi bilang apa…!”
“Aduh…duh…sakiiittt….”
“Bukan yang itu….!”
“Iya…sayang…..!” kataku sambil meringis menahan sakit.
“Nah..gitu… Duh..bisa bilang sayang ternyata…!” katanya sambil mengedip-ngedipkan matanya.
“Apaan sih….? Kelilipan..??”
“Mau dicubit lagi…?”
“Eh….enggak…enggak… Sakit tahu!”
“Hehe…mana yang sakit… Sini aku obatin…!”
“Udah ga sakit kok…..!”
“Beneran…?? Coba sini aku lihat…!”
“Ga mau… Malu ah…! Masa buka baju di depan cewe?”
“Halah…aku kan cewekmu Mas…!”
“Emang kamu mau, buka baju di depanku… Aku kan cowokmu?” kataku sambil mengedip-ngedipkan mataku.
“Mau Mas…. Tapi nikahin dulu….!”
Aku menepuk jidatku….
“Kuliah baru setahun belum genap kok suruh nikahin…!”
“Hehe…aku ikhlas kok dinikahin sekarang…!”
“Ogah…..!”
Desi menarikku ke dalam kamarnya dan menutup pintu.
“Mas…!”
“Hmm…!”
“Pengin….!”
“Hmmm….!”
“Mas. ….!!”
“Hmm…!”
Segera sebuah cubitan mendarat lagi di pinggangku.
Segera kupegang tangannya…
Kami saling menatap….
Wajah kami saling mendekat….
Saat wajah kami tinggal 1 cm…,Desi menutup matanya.
Bibirnya setengah terbuka….sangat menggoda.
Aku segera….
Meniup matanya yang tertutup….
Desi segera membuka matanya dan menjewer kupingku….
“Nakal banget sih Mas… Godain mulu…!”
“Aduh…lepasin dong… Ntar putus telingaku lho…!’
‘Biarin…. Biar ga nakal.lagi…!”
Aku nyengir menahan sakit karena dijewer.
Setelah puas menyiksaku, Desi melepaskan tangannya dari telingaku.
Aku segera merengkuhnya dalam pelukanku dan mencium bibirnya.
Desi tampak terkejut…tspi cuma sekejap, dan dia lantas membalas ciumanku.
Bibir kami saling melumat…membangkitkan gairah dalam diri.
Tapi hanya itu yang kami lakukan, tidak lebih.
Aku masih sadar sepenuhnya…tidak terlarut dalam nafsu… (Lagi bener nih otakku…hehe)
Lepas sudah tautan bibir kami.
Kwmi saling memandang dan tersenyum.
Aku mrncium keningnya dan pamit kembali ke kamarku.
Sampai di kamar, ada Nyi Among yang sedang duduk di kursi di kamarku.
“Ibu….?”
“Iya nak… Bagus, kamu berhasil mengatasi nafsumu! Ibu tahu, sulit untuk mengatasi nafsu bagi seorang yang seumur kamu, di mana dia sedang dalam gejolak yang membara!”
“Iya Bu, aku selalu mencoba mengekang nafsuku, walau kadang sangat berat! Mungkin imanku belum terlalu tebal Bu!”
“Jangan salah Nak, semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, semakin besar pula godaannya.”
“Oh ..begitu ya?”
“Bagaimana dengan pertarungan di rumah Rani tadi?”
“Berat Bu….aku hampir kalah!”
“Ibu tadi sebenarnya hendak membantumu saat kau hampir kalah, namun Ki Sardulo lebih dulu membantumu. Akhirnya Ibu hanya berdiam diri saja. Kau masih harus banyak berlatih untuk mematangkan ilmumu. Semakin kau asah, maka ilmu itu akan semakin tajam!”
“Baik Bu!”
“Sekarang ibu pamit dulu… Assalamu’alaikum!”
“Wa’alaikum salam…!”
Sepeninggal Nyi Among yang sudah kuanggap sebagai pengganti ibuku, aku merebahkan diri di pembaringan.
Pikiranku melayang tak menentu… Teringat pertempuran tadi yang begitu melelahkan dan hampir mencelakaiku, kalau saja pertolongan tidak segera datang.
Huft…..aku mesti banyak berlatih lagi meningkatkan kemampuanku.
Siapa tahu nanti akan ada musuh yang jauh lebih berat lagi.
Dan…aku terlelap dengan lelap karena lelah…
Sampai lupa untuk mandi…padahal badan lengket semua..