SANG PAMOMONG episode 51

Chapter 51

Malam ini aku gabut banget deh…
Bingung mau ngapain di kost.
Tugas dah selesai… Ngopi udah… Mau ke angkringan kok duit dah menipis…
Sementara Desi lagi ngerjain tugas di tempat tenannya.
Arghhh…..gabut level dewa ini mah.
Akhirnya aku memutuskan untuk jalan-jalan.
Asli jalan-jalan…ga naik motor. Aku menyusuri jalan di depan kost….sampai di sebuah perempatan, aku belok ke kiri. Aku belum pernah melewati jalan itu.
Soalnya ga punya keperluan ke arah situ.
Dan apa yang aku dapatkan…ternyata itu jalan buntu….
Makanya sepi banget….jarang orang lewat.
Awalnya sih masih ramai dan banyak rumah.. Tapi lama-kelamaan menjadi sepi dan rumahnya jarang-jarang.
Karena penasaran, aku maju terus pantang balik…
Dan berakhir di sebuah sungai… Jalan terputus sampai di situ. Ga ada jembatan…buntu. Dan gelap….

Aku memutuskan untuk kembali ke kost saja. Daripada ntar ada orang lihat dikira mau ngapain.
Dengan santai aku berjalan kembali ke arah darimana aku datang tadi.
Perasaan kok tambah sepi aja ya? Mestinya aku dah melihat rumah terakhir sesuai perhitunganku.
Tapi kok belum kelihatan…atau aku salah perhitungan?
Aku melanjutkan perjalanan. Sekian lama aku berjalan, aku belum juga melihat 1 rumahpun…
Kok bisa sih?
Aku lanjut jalan lagi …tapi belum juga kujumpai sebuah rumahpun.
Ini gimana sih? Aku mencoba melihat sekeliling.
Baru aku sadar bahwa aku masih di tempat itu saja. Masih di tepi sungai. Sekitar 10 meter dari bibir sungai.
Hadeehh…ada yang ngerjain aku nih…pikirku.
Aku memejamkan mata, berkonsentrasi…
Lalu kubuka mataku…ada dua sosok berdiri di hadapanku. Sosok seorang kakek dan nenek dengan pakaian model jaman dulu. Si kakek dengan celana komprang selutut, dengan baju hitam tanpa kerah dan berikat kepala hitam.
Si nenek menggunakan jarik dan kebaya serta rambutnya disanggul.
Aku sadar bahwa kedua sosok ini bukanlah manusia, tapi jin yang menyamar menjadi manusia.

“Apa maksud kalian menahanku di sini?” tanyaku pada mereka.
“Maaf….kami tidak bermaksud buruk. Kami hanya tertarik dengan auramu itu. Maafkan jika kami kurang sopan!” sahut si kakek.
“Lalu..apa yang akan kalian lakukan padaku?”
“Sebelumnya, kenalkan… Aku Ki Kerto dan ini istriku Nyi Darsi.. Kami berdua penunggu di sungai ini. Kami tertarik pada auramu yang tampak berbeda dengan orang-orang lain yang punya kemampuan linuwih lainnya!”
“Apa bedanya? Aku rasa sama saja. Lagipula, aku hanya manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan apa-apa!”
“Hihihi…aku makin suka padanya Ki. Dia anak yang rendah hati, dan tidak menjadi sombong karena kemampuannya!” kata Nyi Darsi.
“Karena itulah auranya terlihat berbeda. Dia jujur dan rendah hati..sehingga auranya sangat menyejukkan!”

Lha..malah pada ngobrol sendiri sih… Aku malah dicuekin….

“Maaf…aku ingin segera pulang. Malam sudah semakin larut…!”
“Ah…iya iya… Maafkan kami yang sudah mengganggu perjalananmu. Kami hanya ingin memperkenalkan diri. Jika suatu saat kau memerlukan bantuan kami, kami siap menolongmu kapan saja dimana saja!”
“Ah… Kenapa kalian menawarkan bantuan? Toh kita baru saja berjumpa dan belum saling kenal..?”
“Sekarang kau sudah kenal dengan kami. Maka, di tempat ini, kau adalah tamu terhormat kami… Jadi sudah selayaknya kami menjaga tamu kami!”
“Aku ucapkan banyak terima kasih atas tawaran kalian. Aku bernama Aji… Tapi malam sudah larut,aku mohon pamit…!” kataku menyudahi obrolan yang aku ga tahu juntrungannya itu.
“Baiklah…silahkan pejamkan matamu. Setelah hitungan ketiga, bukalah matamu!” kata Ki Kerto.

Aku melakukan apa yang disuruh ki Kerto. Aku pejamkan mataku dan setelah hitungan ketiga, kubuka mataku…
Voila……aku berada di depan kostku.
Kejadian aneh… Ga masuk akal…
Diajak kenalan sama jin, dan ditawari pertolongan.
Padahal, kenal.juga kagak…
Aku cuma geleng-geleng kepala dan masuk ke kamar kost.

Saat aku masuk kamar…ternyata ada kejutan lainnya. Serasa hari yang penuh kejutan deh…
Kulihat Zulaikha dengan santainya berbaring di kasurku.

“Heh…ngapain kamu tiduran di situ? Minggir ah…aku mau tidur..!” kataku.
“Tidur tinggal tidur kok…susah amat.. Sini bobo deket aku…!”
“Ogah… Bukan muhrim….!” kataku.

Zulaikha cuma tersenyum dan menarik tanganku hingga aku terbanting ke kasur.

“Udah…tidur aja sama aku… Kaya ga pernah tidur ama cewe aja!”

Yah…sudahlah. Sekali-kali tidur ama jin. Asal ga diusilin aja…

Saat aku memejamkan mata, ..

“Aden…apa kabar?”

Aku segera membuka mata. Tampak sesosok gadis cantik berdiri di samping kasurku dan tersenyum.

“Saloka……?”
“Iya Den… Apa kabar?”

Tanpa menjawab perranyaan Saloka, aku bangun dan memeluknya…

Setelah memeluknya sebentar, aku melepaskan pelukanku dan memegang bahunya.

“Kamu kemana saja Saloka. Aku kangen banget sama kamu!”
“Maaf Den…waktu itu aku pergi ga pamit, karena dipanggil guru buat melatih ilmu baru…!”
“Sudahlah…ga usah minta maaf. Yang penting kamu sudah kembali. Latihanmu sudah selesai?”
“Sudah Den…. Sekarang aku akan mendampingi Aden lagi!”
“Alhamdulillah….. Seneng banget kamu udaha pulang.”
“Ehem…ehem…. Haloo…. Ada aku nih di sini, malah kangen-kangenan!” terdengar suara jutek Zulaikha.
“Hehe…tak pikir udah pergi…?” kataku menggodanya.
“Huh…datang yang lama, trus aku mau diusir ya?” kata Zulaikha sambil menjewer telingaku.
“Aduh…sakiitt… Lepasin ah!”
“Masih mau ngusir aku?”
“Enggak…enggak…!”

Zulaikha melepaskan tangannya dari telingaku, lalu berpaling pada Saloka.

“Gimana kabar guru?”
“Beliau sehat-sehat saja Putri…!” kata Saloka sambil menangkupkan tangannya di depan dadanya. Seperti menyembah.

“Ada pesan ga buat aku?”
“Dari guru tidak ada Putri, tapi dari Paduka Ratu ada pesan bahwa Putri disuruh segera pulang ke Istana!”
“Wah…males banget pulang lagi. Besok-besok aja deh pulangnya…!”
“Tapi Putri….!”
“Sudah…itu urusanku dengan ibunda. Nanti aku yang tanggung jawab. Yang penting kamu sudah menyampaikam pesan beliau padaku!”
“Baik Putri….!”

Hah…putri? Paduka Ratu? Wah…jangan-jangan Zulaikha itu….

“Iya… Emang aku putri Raja… Trus kenapa?” katanya sambil melotot padaku.
“Makanya judes dan galak….!” sahutku pelan.
“Ngomong apa kamu? Ulangi…!”
“Enggak…. Kamu cantik dan anggun…!” kataku.
“Tadi bukan itu yang kamu katakan…. Huh…bikin sebel aja kamu itu!”
“Kalo sebel ya pergi aja!” batinku.
“Tapi aku ga mau pergi… Kamu mau apa?” katanya sambil melotot.
“Ya udah ..kalo ga mau pergi…!” kataku.
“Saloka…kamu kok betah sih ikut manusia kayak gini…? Nyebelin banget ..!”
“Hehehe…saya kan sudah ikut sejak Aden kecil, Putri! Aden Aji baik kok!”
“Baik dari mananya? Dia mau ngusir aku gitu!”
“Habis kamu galak…hehe…!” kataku.
“Ish ..nyebelin… !” dengan cemberut, Zulaikha perlahan menghilang dari pendanganku.

Aku ngobrol sebentar dengan Saloka, lalu aku pergi tidur.
Dan…aku mimpi buruk…
Benar-benar buruk…..

Zulaikha kemarin pergi dengan marah…
Tampaknya dia tersinggung dengan kata-kataku, padahal niatku cuman bercanda.
Sudah seminggu dia ga pernah nongol lagi… Entah dimana dia sekarang
Bagaimanapun, aku kepikiran juga.
Tapi, perlahan agak terlupa juga dengan adanya Desi dan tugas kuliah yang menumpuk. Apalagi sudah mendekati akhir semester 2.
Ga kerasa udah mau ujian semester aja nih….

Tak ada yang menarik untuk diceritakan…kita skip ke liburan semester ya?

Besok aku akan pulang ke kamping halaman, berjumpa dengan bapak dan Anindya adikku satu-satunya.
Desi membantu packing di kamarku. Dia sendiri akan pulang ke Jawa Barat nanti sore. Jadi aku masih bisa nganter dia ke stasiun.

“Mas…rasanya ga kepengin pulang deh. Maunya di sini terus sama kamu!” kata Desi sambil memasukkan baju ke ranselku.

“Hush…bagaimanapun orang tua dan adikmu khan kangen juga sama kamu.”
“Aku pasti bakal kangen banget sama kamu Mas…!”
“Aku sih enggak….”
“Ihh….kamu tuh. Apa jangan-jangan di kampung ada yang nungguin ya?”
“Ada ….!”
“Siapa hayo …!” katanya sambil cemberut.
“Bapak sama adik….!”
“Ihh…mas ini bikin deg-degan aja deh… Cewe maksudnya Mas…!”
“Adikku khan cewe… Cantik lagi..!”
“Ah…becanda mulu… Aku marah nih…!”
“Hehe…enggak sayang. Aku ga punya cewe selain kamu kok!”
“Alhamdulillah… Semoga hubungan kita awet ya Mas…?”
“Amiin…!”

Kami kembali berberes segala yang harus diangkut pulang.
Selesai berberes, kami ngobrol dan mencurahkan rasa cinta kami, karena akan berpisah cukup lama.
Bayangin aja… 3 bulan ga ketemu.
Yah…untunglah ga kebablasan…walaupun hampir….

Sorenya aku mengantar Desi ke stasiun kota. Dan…drama lagi lah yang terjadi.
Berpelukan…menangis … Kayak sinetron aja deh….

Esoknya aku pulang dengan menaiki motor. Berangkat setelah subuh supaya tidak kepanasan.
Perjalanan 3 jam, dan aku sampai ke rumah pukul 8. Belum sempat kepanasan…haha.
Hanya ada bapak yang menyambutku. Anin, sedang sekolah…

Setelah mengucapkan salam dan mencium tangan bapak, aku segera masuk kamar meletakkan tas di kamar, lalu keluar lagi.
Ngobrol sebentar dengan bapak, ditanya hasil ujian semester, lalu bapak berangkat kerja.
Sendirian lagi deh di rumah.

Aku mandi lalu menengok meja makan, ada makanan kesukaanku.
Wah, Anin emang d’best lah… Tahu apa kesukaan kakaknya.
Kadang aku kasihan dengan Anin, yang di umur sekolah harus bisa juga berperan sebagai pengurus rumah tangga. Pagi-pagi harus bangun dan memasak, lalu membersihkan rumah…baru berangkat ke sekolah.
Ga kebayang capeknya dia…

Usai makan, aku nongkrong sebentar sambil merokok di teras. Lalu mulai bersih-bersih lingkungan rumah. Sekedar meringankan beban Anin selama aku di rumah.

Jam 12.40 aku berangkat ke sekolah Anin. Pengin aja jemput dia di sekolah.
Ketika sampai di sekolah, kulihat Anin sedang menunggu angkot. Aku segera berhenti di depannya…

Anin tampak melongo kaget melihatku.

“Mas Ajii………!” teriaknya sambil menghampiriku dan memelukku.
Aku mengelus rambutnya penuh sayang.

“Mas …kangen…..!”
“Iya, mas juga kangen sama adik mas yang cantik ini kok!” kataku sambil menowel hidungnya.
“Mas jemput aku ya…? Atau ada perlu kemana?”
“Ya jemput kamu lah…. Ayo naik.. Trus kita pulang!”
“Siap….!” sahutnya dengan gestur menghormat.

Sesampai di rumah, Anin segera ganti baju dan makan siang bersamaku.
Selesai makan, aku yang cuci piring semntara Anin membereskan meja makan.

“Libur berapa lama Mas?”
“3 bulan…!”
‘Asyikk…. !”
“Kok asyik…?”
‘Bisa main kesana kemari bareng Mas Aji…hehe!”
“Bisa diatur… Asal ga ganggu sekolah kamu!”
“Oke deh… Aku cuci baju dulu ya Mas? Mas istirahat aja dulu..belum istirahat kan?”
“Siap tuan putri….!”

Ah…senangnya bertemu keluarga setelah lama tak ketemu.
Sambil berbaring di tempat tidur, aku chat Desi, mengatakan bahwa aku sudah sampai rumah.
Ternyata Desi juga sudah sampai rumah, dan sekarang sedang beristirahat.

Skip…ke malam harinya…
Aku disuruh bapak buat mewakili ronda. Aku mengiyakan saja. Lumayan, bisa kumpul dengan tetangga-tetangga…
Pukul 10 malam, aku berangkat menuju pos ronda dengan peralatan perang.
Senter, celana panjang, jaket…dan yang ga boleh ketinggalan….SARUNG….

Di pos ronda sudah ada Pak Parmin, Eko dan Sarno.

“Wah…maaf, aku telat datangnya nih…!” kataku sambil menyalami mereka semua.
“Kami juga baru datang kok…?” kata Pak Parmin.
“Pulang kapan Ji…?” tanya Eko
“Tadi pagi… Gimana kabarmu Ko?”
“Baik… Gimana kuliah.. Lancar?”
“Alhamdulillah…lancar..!”
“Kamu kuliah di mana Ji?”
“Di Universitas X mas Sarno!”
“Wah…bagus tuh kampusnya. Terkenal…!” kata pak Parmin.
“Ah…biasa saja kok Pak…!”

Pukul 11 malam, kami berkeliling untuk mengambil jimpitan. Sambil berpatroli tentunya.
Pak Parmin bersama Mas Sarno, sedangkan aku bersama Eko.
Jalanan sudah sepi… Ga ada orang yang nongkrong.
Tumben sepi banget nih…

“Tumben sepi Ko?”
“Iya Ji… Sejak kematian Mbah Gundul, orang2 pada takut keluar rumah!”
“Lah, emang kenapa?”
“Kamu tahu kan kalo mbah Gundul itu dukun? Nah, setelah kematiannya, piaraan Mbah Gundul bertebaran kemana-mana dan sering mengganggu penduduk!”
“Ah…masa sih?”
“Beneran… Kamu tahu bu Yati?”
“Istrinya pak Mukri? Yang semok itu khan?”
“Walah…kalau yang semok2 apal banget kamu…hahaha…!”
“Hahaha…masih normal aku Ko… Trus ada apa dengan bu Yati?”
“Saat Pak Mukri ronda, bu Yati didatangin genderuwo yang menjelma jadi Pak Mukri, dan digituin sama genderuwo itu!”
“Wah…serem amat… Kok tahu kalo itu genderuwo?”
“Nah…ceritanya, kebetulan pak Mukri kebelet BAB, trus dia pulang. Saat itu istrinya lagi digituin sama tuh genderuwo, pak Mukri gedhor-gedhor pintu karena kebelet sambil manggil-manggil nama istrinya. Bi Yati kaget lah, lha dia lagi kelon sama Pak Mukri, kok ada suara pak Mukri manggil-manggil di depan!”
“Trus….?”
“Trus, pak Mukri KW berubah jadi sosok hitam besar dan berbulu. Bu Yati menjerit dan pingsan. Mendengar jeritan istrinya, Pak Mukri asli, panik. Dia mencoba mendobrak pintu rumah… Dan saat dia masuk ke rumah, dilihatnya isterinya pingsan dalam keadaan telanjang bulat ..!”
“Wuih…seru… Trus gimana lanjutannya?”
“Pak Mukri mencoba menyadarkan istrinya itu. Dan tak lama kemudian Bu Yati tersadar… Melihat pak Mukri, dia mundur-mundur ketakutan sambil berteriak-teriak menyuruh pergi….!”
“Kasihan Pak Mukri… Trus gimana?”
“Trus…


SANG PAMOMONG

SANG PAMOMONG

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Dalam kepercayaan Jawa, bayi yang baru lahir, didampingi oleh sosok PAMOMONG. MOMONG dalam khasanah bahasa Jawa, artinya Mengasuh. Nah..sosok Pamomong itu bisa juga disebut sebagai PENGASUH. Sosok Pamomong adalah sosok.ghaib yang hanya bisa dilihat oleh sang jabang bayi. Kadang kita melihat bayi yang ketawa-ketawa sendiri, sambil matanya melihat ke atas. Dipercaya, bahwa saat itu, sang bayi sedang diajak bercanda atau bermain oleh Pengasuhnya. Dari kepercayaan tersebut, cerita ini terlahir. Sebuah kisah fiksi yang akan menceritakan tentang seseorang yang sampai masa dewasa bisa melihat dan berkomunikasi dengan Sang Pamomong. Semoga bisa menghibur para reader semua.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset