SANG PAMOMONG episode 54

Chapter 54

Malam semakin larut…hanya suara malam yang terdengar. Aku masih tenggelam dalam meditasi.
Mengolah dan menguasai energi yang masih sedikit liar di dalam badanku.

Aku tersentak dari meditasiku karena dering hp yang terus menerus berbunyi.
Aku melihat layar hpku… Om Maman…
Om Maman adalah adik kandung ibuku. Dah lama banget aku ga ketemu beliau.. Beliau tinggal bersama nenek, maklum lah, anak bungsu nenek. Nenek di sini adalah dari garis ibu. Kalo yang dari garis ayah, semua sudah meninggal.
Kakek dari garis ibu juga sudah meninggal. Tersisa nenek saja.

“Assalamu’alaikum Om…!”
“Wa’alaikum salam Ji. Dari tadi kok ga diangkat-angkat sih?”
“Hehe…maaf Om… Ketiduran tadi…! Ada apa Om?”
“Gini Ji…. Ibu (nenek), suruh Om buat nelpon kamu. Katanya kangen sama kamu. Kalo ada waktu, kamu disuruh kemari!”
“Oh…iya Om.. Besok aku ke sana Om. Kebetulan lagi libur semesteran nih!”
“Oke… Om tunggu besok ya? Jangan lupa ajak adikmu sekalian…!”
“Coba deh nanti aku tanyain Anin, dia libur apa enggak!”
“Ya sudah… Om mau ngerjain tugas kantor nih… Salam buat bapak kamu ya?”
“Iya Om, nanti Aji sampaikan…!”
“Assalamu’alaikum…!”
“Wa’alaikum salam….!”

Aku menuju kamar Anin… Lampunya masih menyala…berarti belum ridur dia…

Tok..tok..tok…
Aku ketuk pintu sambil memanggil namanya…

“Ada apa mas…?” tanya Anin setelah membuka pintu.
“Kamu besok libur ngga?”
“Libur 2 hari Mas… Emang kenapa?”
“Mau ga, aku ajak nengok nenek?”
“Wah…mau banget mas. Sekalian jalan-jalan ya?”
“Iya… Nanti aku bilang bapak?”
“Nginep apa nggak Mas?”
“Mungkin nginep lah…walaupun cuma semalam… Ya udah, kamu siap-siap!”
“Siap Bos …!”

Aku kemudian mencari bapak… Ternyata beliau ada di teras, sedang ngopi sambil merokok..

“Lagi santai Pak?”
“Iya Ji… Mau tidur belum ngantuk..!”
Aku duduk di samping bapak…

“Pak… Besok aku sama Anin mau nengok nenek. Boleh?”
“Boleh saja… Emang Anin libur?”
“Katanya libur 2 hari Pak!”
“Nginep apa enggak?”
“Mungkin nginep semalam Pak!”
“Ya udah… Ga papa. Hati-hati bawa motornya. Jagain adikmu…!”
“Iya Pak.. Trus bapak makannya gimana? Kan Anin ikut pergi?”
“Ga inget kamu, kalo semenjak ibumu meninggal, bapak yang masak buat kalian?”
“Hehe…iya ya pak?”
“Kamu ga usah mikirin bapak. Apalagi bapak cuman sendiri… Makan tinggal beli juga ada… Besok titip salam buat nenek dan Om Maman sekeluarga ya?”
“Iya pak… Besok aku sampaikan. Tadi Om Maman juga nitip salam buat bapak!”
“Wa’alaikum salam… Tadi dia yang nelpon kamu?”
“Iya Pak .. Nenek kangen katanya…!”
“Ya wajar lah… Kamu juga udah lama banget ga kesana…!”
“Hehe…iya Pak! Aji istirahat dulu ya Pak?”
‘Iya. Besok ingetin bapak buat ngasih uang bensin buat kamu ya?”
“Siap lah pak….!”.

Aku segera masuk ke kamar dan berusaha tidur. Udah jam 10 malam lewat….

Esok paginya, aku dan Anin berangkat ke rumah nenek. Cuma 1,5 jam perjalanan sih sebetulnya. Cuman akunya aja yang kadang malas buat nengokin nenek…
Tahu sendiri lah…namanya orang tua suka cerewet….
Itu yang kadang bikin males buat nengokin.. (Jangan ditiru ya??)

Padahal nenek paling sayang sama aku…hehe.

Aku melajukan motor dengan santai pagi ini. Mumpung maaih pagi, enak banget jalan pelan-pelan.
Kalo cepet-cepet…dingin….hahaha.

Waktu yang seharusnya 1,5 jam, aku tempuh hampir 2 jam…

Sesampai di rumah nenek, aku disambut oleh Om Maman yang sedang mencuci mobilnya.
Setelah bersalaman dan mencium tangannya, kami diajak masuk ke rumah.
Om Maman, lalu nemanggil nenek yang sedang berada di kebun belakang rumah.
Aku dan Anin menunggu di ruang tamu…

Tak lama, nenek datang diiringi Om Maman.
Aku dan Anin segera sungkem pada nenek.
Nenek memeluk kami erat-erat…

“Oalah…Ji…Ji… Kamu itu ga pernah ke rumah nenek…!” kata nenek.
“Maaf nek… Aku sibuk kuliah di kota X…!”
“Oalah .. Jauh juga. Trus ini pacarmu ya?”
“Bukan Nek… Ini kan Anin…adiknya Aji!”
“Oalah…. Udah jadi gadis sekarang ya? Kelas berapa Ndhuk?”
“Kelas 2 Nek…!”

Aku dan Anin sedang di rumah nenek kami dari pihak ibu. Saat ini kami sedang berbincang dengan nenek di ruang tamu rumah nenek.

“Oh. ..sudah kelas 2 SMA ya ndhuk? Maaf ya, tadi nenek kira pacarnya Aji…hihi!”
“Ga papa nek…” jawab Anin.
“Gimana kabar bapak kalian?”
“Alhamdulillah sehat nek….!” jawabku.
“Nikah lagi apa enggak…? Kalian punya ibu tiri?”
“Enggak nek… Bapak masih setia sama ibu kok nek…!” kali ini Anin yang jawab.
“Hmm…ga salah Fitri (nama ibu) milih suami.. Walaupun sudah ditinggal sekian lama, tapi tetap setia. Aku kagum dengan bapak kalian itu…. Lelaki pilihan!”
“Iya Nek….!”

Seorang wanita berusia sekitar 35 tahun datang dari dalam rumah dengan membawa nampan berisi minuman dan makanan kecil.

“Silahkan diminum dan dinikmati makanannya…!” katanya sembari meletakkan minuman dan makanan kecil di meja.
“Ah…kok jadi repot-repot sih tante?” kataku.

Beliau adalah isteri Om Maman, namanya Tante Heny. Aku akui, om Maman yang ganteng itu pandai memilih isteri. Nyatanya, sampai umur segitu, Tante Heny masih tampak cantik dan badannya ramping. Padahal sudah mempunyai anak 2 lho…

“Ini Aji khan…? Dan ini pasti Anindya….!” kata beliau.
“Iya tante.” jawab kami sambil sungkem dengan beliau.

“Wah sudah pada dewasa sekarang…. Ganteng dan cantik lagi…!”
“Iya Hen…. Aku saja sampai pangling sama Anin!” sambung nenek.
“Ya…ga heran Bu… Orang pada sudah gedhe begini kok. Mungkin kalo saya ketemu mereka di jalan, saya juga bakal pangling…!” kata Tante Heny.
“Ah…tante bisa aja deh. Eh…si kembar kemana tante? Kok ga kelihatan?” tanyaku menanyakan anaknya.
“Lagi main keluar mereka… Tadi disamperin temen-temennya…!”
“Ayo..itu diminum, jangan dilihatin aja…!” kata Om Maman.
“Iya Om…..!”

Kami mengobrol dengan hangat… Baru kurasakan bahwa nenek sangat sayang pada kami, juga om dan tante….semua sayang pada kami
Ketika kami asyik ngobrol, datanglah dua gadis kira-kira umur 15 tahunan. Tingkah mereka sangat ceria dan centil.

“Dina, Dini….ini lho, mas dan mbakmu datang dari kota sebelah… Cepat kasih salam…!” kata Om Maman pada dua anaknya itu.

Kedua gadis itu memandang aku dan Anin…lalu keduanya menghambur ke arah kami….

“Waahhh…..mas Aji, mbak Anin…..!”

Tanpa ragu, mereka memeluk kami. Kangen mungkin ya? Secara, hampir 2 tahun kami ga ketemu mereka.

“Dina, Dini…apa kabar kalian?” tanyaku.
“Baik Mas…!” jawab mereka serempak.
“Nah…mana nih yang Dina… Mana yang Dini?” tanya Anin.
Keduanya memang mirip banget ..jadi susah bedainnya.

“Aku Dina mbak…!”
“Aku Dini…!”

Kuperhatikan dengan seksama peebedaan mereka. Aku ingat, Dini itu yang ada tahi lalatnya di dekat bibir.

“Lah…kalian mau nipu mas sama mbak ya? Kebalik itu Nin… Yang di depanmu itu Dini, yang ini Dina…!” kataku pada Anin.
“Ish…mas Aji kok tahu sih? Jadi ga seru ah…!”
“Hi’oh nih… Mas Aji buka rahasia kita…!”
“Hahaha…. Makanya jangan suka bohong… Kalo ketahuan khan malu…!” kataku.
“Hehe…niatnya mau ngerjain mbak Anin kok…!”
“Ih…jahat ya kalian, mau ngerjain mbak?” kata Anin pura-pura marah.
“Enggak mbak… Maaf deh… Kami ngaku salah…!” kata Dina.
“Iya mbak… Maafin kami ya.. Ya…ya…?”
“Hihi…kalian lucu deh. Iya, mbak ga marah kok…!”
“Mbak ikut ke kamar kami yuk…!”
“Ayo…!”

Kembar dan Anin segera pergi ke kamar si kembar.
Aku masih ngobrol dengan Nenek dan Om Maman..
Tante Heny sudah sejak tadi ke dapur.

“Dah…kamu istirahat dulu saja sana Ji. Pasti capek khan, naik motor ke sini?” kata nenek.
“Iya nek… Tapi capeknya hilang saat ketemu keluarga di sini…!” kataku.
“Hahaha…bisa aja kamu Ji. Lain waktu, sering-seringlah kemari kalo liburan!” kata Om Maman.
“Siap Om….!” kataku.
“Ya sudah… Sana kamu pergi istirahat di kamar tamu. Kamu nginep khan?” tanya nenek.
“Nginep semalam nek… Soalnya Anin cuma libur 2 hari…!”
“Ya sudah.. Taruh barang kalian ke kamar sana!”
“Iya nek…!”

Akupun menuju kamar tamu yang sudah dipersiapkan. Setelah meletakkan tas bawaanku dan Anin, aku keluar kamar dan menuju kamar mandi. Sekalian mandi ah…biar segar.

Selama aku dan Anin di rumah nenek, si kembar nempel terus sama kami. Ada saja tingkahnya yang membuat kami tertawa.
Mungkin mereka senang karena dikunjungi kakak-kakaknya.
Nenek dan om Maman serta isterinya, hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan si kembar .

Walaupun sudah kelas 3 SMP, mereka masih kekanakan banget. Dan itu yang bikin aku gemes sama mereka. Walau sering direcokin sama mereka, tapi aku ga bisa marah sama mereka.

Malam hari, skitar pukul 2 dini hari, aku merasakan getaran-getaran yang membangunkanku dari tidur. Aku terbangun dan berkonsentrasi…

“Aji…kamu ke kamar nenek sekarang!” terdengar suara seperti dengungan nyamuk di telingaku.
Suara siapa ini?
Aku semakin meningkatkan konsentrasiku…
“Aji…ke kamar nenek sekarang…!” suara itu lebih jelas terdengar…tapi rasanya jauuhhh banget.

Tanpa bicara, aku melangkah keluar kamar dan berjalan menuju kamar nenek.

Tok..tok..tok…
Aku mengetuk kamar nenek…
Pintunya segera terbuka.. Tapi kok nenek ga ada di depan pintu? Siapa yang membuka pintu?
Aku melangkah masuk ke kamar nenek…dan kulihat nenek sedang duduk beesimpuh di lantai sambil memegang tasbih.

Tasbih itu tampak bergetar dan mengeluarkan cahaya redup.
Aku tidak berani mengganggu nenek yang sedang berdzikir. Aku hanya berdiri diam.

“Duduklah…!” kata nenek.
Aku duduk di belakang nenek, sementara nenek masih meneruskan dzikirnya.

Krieettt…
Aku tersentak menoleh ke belakang. Pintu kamar nenek tertutup sendiri.
Saat kuperhatikan sungguh-sungguh, ternyata ada sosok seperti putri keraton yang menutupnya. Jelas dia adalah jin… Jin yang cantik…hehe.
Pakaiannya menggunakan jarik di bawah, dan diatas menggunakan kemben.
Sebagian dada dan seluruh pundaknya terlihat putih mulus.
Dia tersenyum padaku.


SANG PAMOMONG

SANG PAMOMONG

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Dalam kepercayaan Jawa, bayi yang baru lahir, didampingi oleh sosok PAMOMONG. MOMONG dalam khasanah bahasa Jawa, artinya Mengasuh. Nah..sosok Pamomong itu bisa juga disebut sebagai PENGASUH. Sosok Pamomong adalah sosok.ghaib yang hanya bisa dilihat oleh sang jabang bayi. Kadang kita melihat bayi yang ketawa-ketawa sendiri, sambil matanya melihat ke atas. Dipercaya, bahwa saat itu, sang bayi sedang diajak bercanda atau bermain oleh Pengasuhnya. Dari kepercayaan tersebut, cerita ini terlahir. Sebuah kisah fiksi yang akan menceritakan tentang seseorang yang sampai masa dewasa bisa melihat dan berkomunikasi dengan Sang Pamomong. Semoga bisa menghibur para reader semua.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset