Sekarang, setiap pagi mbak Tanti selalu rajin menyapaku. Dan tentu saja aku senang disapa janda muda, cantik dan bohai itu.
Apalagi dengan pakaian olah raga ketat yang membungkus tubuhnya…menonjolkan lekuk liku tubuhnya yang seksi.
Pemandangan segar pagi hari….
Reader pada ngiri tuh…wkwkwk…
Desi jauh, suasana mendukung…aku tanggapin aja maunya si janda muda itu. Tapi tetap jaga jarak lah…
Jangan sampai jadi omongan orang. Tahu sendiri, di desa yang namanya gosip, bisa merata secepat angin…
Skip..skip….
Semenjak kematian Mbah Gundul, semua piaraan ghaibnya tersebar di seluruh desa. Banyak masyarakat yang sudah diganggunya.
Semakin lama, gangguan itu semakin jadi. Masyarakat menjadi takut keluar rumah selepas maghrib.
Suasana setelah maghrib terasa sangat sepi. Yang biasanya banyak orang lalu lalang, sekarang jadi sepi.
Kalaupun tidak sangat terpaksa, orang tak mau keluar rumah malam hari.
Dan sebagai imbas gangguan makhluk halus itu, beberapa warga beeinisiatif untuk memberikan sesajen kepada makhluk halus itu supaya berhenti mengganggu penduduk.
Memang, semenjak adanya seaajen itu, intensitas gangguan menjadi berkurang.
Tapi tetap ada gangguan….
Dan dengan pongahnya, sang makhluk halus itu malah minta sesajen.yang lebih pada penduduk.
Apa ga ngelunjak itu namanya?
Parahnya, sebagian penduduk, membeeikan apa yang diminta oleh makhluk halus itu…
Suatu hari, selepas sholat ‘Isya berjamaah di masjid, Pak Kyai meminta beberapa orang tokoh masyarakat untuk tinggal dulu di masjid, karena ada hal yang mau dibicarakan.
Bapak juga termasuk yang diminta tinggal di masjid. Dan bapak menyuruhku ikut mendengarkan apa yang mau dirembug malam itu.
Akupun mengiyakan, itung-itung buat menambah pengalaman
dalam hidup bermasyarakat.
Malam itu Pak Kyai, membicarakan tentang adanya sesajen yang diletakkan orang-orang di sebuah pohon trembesi tua di ujung desa.
Beliau takut, itu akan membawa masyarakat menuju pada kemusyrikan.
Beliau menanyakan pendapat para tokoh masyarakat.
Perundingan berjalan alot, dan menghabiskan waktu hingga jam 11 malan.
Akhirnya disepakati, bahwa pak Kyai dan beberapa orang yang dianggap mampu akan mengadakan pengusiran terhadap makhluk2 itu.
Bapak juga diajak, namun bapak mewakilkannya padaku.
Rencananya malam jumat, kami akan berangkat ke pohon trembesi itu pada tengah malam.
Skip lagi ke malam jumat…
Jumat tengah malam, bersama rombongan Pak Kyai, aku ikut menuju ke pohon trembesi tua itu.
Sebagai yang paling muda, aku berjalan di belakang sendlri bersama Pak Kamto.
“Kok di belakanh sendiri Ji? Kamu takut ya?” kata pak Kamto.
“Hehe…sedikit pak..!” ujarku
“Tenang aja, kita ada pak Kyai dan banyak.orang. Kalau ada apa-apa, kamu sembunyi di belakangku saja!”
“Baik pak!”
Singkat cerita, kami sampai di tempat pohon trembesi tua itu. Suasananya gelap dan menyeramkan. Aura negatif terasa sangat kuat di situ.
Zulaikha dan Saloka siaga di kanan kiriku.
Wah…serasa diapit oleh dua bidadari…..
Di bawah pohon trembesi itu, tampak banyak sesajen yang masih utuh… Tampaknya baru dipasang sore tadi.
Ada bekas bakaran kememyan yang sudah menumpuk tinggi. Aku mengelus dada melihatnya.
Pak Kyai menyuruh kami duduk di dekat pohon itu, dan dimulailah pengusiran makhluk halus itu.
Dipimpin pak Kyai, kami mulai membaca ayat-ayat suci.
Malam yang hening berubah menjadi ramai oleh bacaan ayat-ayat suci secara jamaah.
“Huaahhhh….panas….panas…..!”: terdengar teriakan-teriakan tanpa wujud.
Sebagian orang yang kecil nyalinya, mulai merasa ketakutan mendengar suara tanpa ujud itu.
Bacaannya mulai kacau.
Tapi pak Kyai terus saja melafalkan ayat-ayat suci untuk mengusir makhluk halus itu.
Yang nyalinya besar, tetap ikut mebaca dengan khidmat.
Sementara, suara jeritan dan lolongan semakin sering terdengar.
Bau sangit menyebar kemana-mana. Aku melihat, beberapa makhluk halus terbakar karena bacaan kami.
Mendadak….angib bertiup sangat kencang, menderu-deru…
Menerpa kaml yang sedang melantunkan ayat suci.
Peci para bapak sebagian beterbangan.
Yang penakut sudah terkencing-kencing…
Angin semakin besar, diiringi dengan petir yang menggelegar…
Semua duduk merapatkan diri. Hanya tinggal Pak Kyai dan beberapa orang dengan nyali baja yang masih terus berdzikir dan membaca ayat suci.
Sebagian lagi sudah tunggang langgang, kabur menyelamatkan diri. Termasuk Pak Kamto yang berjanji melindungiku…
Di tengah angin yang bertiup.kencang….muncullah sebentuk asap hitam yang bergulung-gulung…..mendekati pohon trembesi.
Perlahan…gumpalan asap itu membentuk sebuah sosok…