SANG PAMOMONG episode 65

Chapter 65

Aku masih kebingungan mencari arah sumber suara itu.
Aku putari sekeliling kolam itu, melongok setiap gazebo yang ternyata kosong.
Tinggal satu gazebo yang belum aku lihat.
Gazebo di tengah kolam…..
Aku celingukan mencari jalan menuju gazebo tersebut…
Ah…..itu dia… Di belakang setiap gazebo, ternyata ada tiang batu yang permukaannya ceper. Tapi, permukaan tiang batu itu ada di bawah air, sekitar 5 cm.
Jadi saat aku menapaki batu2 itu, kakiku menjadi basah terkena air kolam.
Dengan hati-hati, aku melangkah menapaki tiang batu tersebut.
Sangat perlahan….takut terpeleset dan jatuh ke kolam….

Fyuh…akhirnya sampai juga aku di gazebo itu. Di dalam gazebo, aku melihat sebuah meja pendek dan beberapa bantal duduk yang terletak di empat penjuru meja itu.
Tampaknya memang disediakan untuk duduk mengelilingi meja.

Di belakang meja, aku melihat seseorang duduk di sana, cuman belum bisa aku lihat wajahnya, karena cahaya remang-remang.

“Assalamu’alaikum…!” ucapku memberi salam.
“Wa’alaikummus salam….! Masuklah Ji….!” sebuah suara yang merdu menjawab salamku.

Suaranya seperti datang dari jauh, tapi terdengar sangat jelas.

Akupun masuk menuju gazebo itu, dan berdiri berseberangan dengan sosok itu.

“Duduklah Nak…!”
“Ibu….????”
“Betul nak, ini ibu…. Duduklah!”

Aku duduk di depan wanita yang mengaku sebagai ibuku itu.
Setelah berhadapan langsung dengannya, maka baru kulihat jelas raut wajahnya.
Benar…ternyata itu ibuku…atau…jij qorin ibuku?
Wajahnya benar wajah ibuku, walaupun terlihat lebih muda, dari yang kuingat.

Tak terasa, air mata mengalir di pelupuk mataku. Rasa rindu pada ibu yang lama terpendam, kini bisa terlepas dengan perjumpaan ini.
Walaupun aku sadar, ini hanya dalam mimpiku.
Aku sadar bahwa ini adalah mimpi.

“Bagaimana kabarmu Nak?”
“Alhamdulillah sehat Bu…!” sahutku dengan suara yang bergetar. Bergetar karena rindu yang meluap.
Ah…andai bisa kupeluk beliau…

“Syukurlah… Bapak dan Anin sehat juga khan?”
“Alhamdulillah Bu… Mereka juga sehat..!”
“Alhamdulillah… Nak, ada beberapa hal yang akan ibu sampaikan kepadamu!”
“Perihal apakah itu Ibu?”
“Yang pertama, jagalah selalu sholatmu Nak… Jangan pernah meninggalkannya selama kamu masih sanggup melakukan sholat.’
” insya Allah Bu..!”
“Yang kedua… Dengan bertambahnya kemampuanmu, maka bertambah pula tanggung jawabmu. Gunakanlah selalu pads jalan yang diridhoi Allah SWT.”
“Baik Bu…!”
“Yang ketiga, dengan bertambahnya kemampuanmu, bijaksanalah dalam hubunganmu dengan lawan jenis. Karena ilmumu juga berpengaruh pada kewibawaanmu dan juga bisa menarik lawan jenis. Ibu tidak akan melarangmu bergaul dengan lawan jenismu, tapi bersikaplah bijaksana. Jangan pernah memberi harapan palsu dan menyakiti wanita!”
“Pesan ibu akan aku perhatikan!”
“Yang terakhir… Godaan dan masalah mungkin akan datang silih berganti. Tapi ibu lihat, kamu akan bisa menghadapinya. Tetaplah berpasrah diri pada Gusti Allah, dan jangan menjadi sombong dengan segala kemampuan yang kamu miliki. Ingat Nak, ilmu itu hanyalah titipan… Raga dan jiwamu juga titipan. Jika suatu saat diambil oleh yang menitipkan, kamu ga bisa apa-apa. Jadi janganlah menjadi sombong karenanya. Karena kesombongan iti akan menghancurkan diri sendiri.
Tetaplah rendah hati…Jangan mudah terhanyut oleh gemerlap duniawi.”
“Doakan aku bisa tetap rendah hati Bu!”
“Tentu Nak, ibu selalu mendoakanmu.” kata ibu sambil tersenyum.
Ah…senyum itu… Senyum yang selalu kurindukan.
Senyum yang menyejukkan hati…

Senyum penuh kesabaran yang mampu meredakan kenakalamku waktu kecil.
Dulu, aku nakalnya minta ampun…
Dan sering membuat masalah…
Tapi dengan kesabaran tanpa batas, ibu tak pernah memarahiku.
Beliau selalu berkata dengan lembut dan selalu menasehatiku dengan lemah lembut.
Dan kelembutan ibu, bisa mengalahkan kekerasan hatiku saat itu. Aku luluh dalam kelembutan dan kasih sayang ibu.

Dan ketika beliau meninggal, aku merasa sangat kehilangan.
Merasa goyang tanpa ada pegangan…seperti layang-layang putus yang diombang-ambingkan angin.
Sejak kematian beliau, aku menjadi pendiam dan suka mengurung diri di kamar.
Untunglah ada Nyi Among dan Saloka yang selalu menghiburku, hingga aku bisa kembali ceria.

“Nak…rasanya sudah cukup ibu menemuimu. Sekarang sudah hampir subuh… Ibu pamit dulu!’
‘Ibu ..boleh aku memeluk ibu?”
“Tentu Nak… Kemarilah…!”

Aku mengitari meja menuju ibu yang membentangkan tangannya.
Aku segera masuk dalam pelukannya. Pelukan yang memberikan kehangatan tak terkira.
Melarutkan rindu yang menggumpal di hati.
Elusan tangannya, menenangkan hati.
Lalu aku merasa memeluk angin.
Aku membuka mata… Ibu sudah tak ada di depanku.
Aku mencoba mencarinya lagi…tapi mataku terasa sangat berat.
Sangat mengantuk….
Aku duduk bersandar di tiang gazebo dan menutup mata.
Nanti setelah tidur, aku akan mencari ibu lagi ..pikirku.

‘Ibu….!!!”
Aku terbangun dan melihat sekeliling. Ah…aku ada di kamarku rupanya.
Adzan subuh terdengar sayup-sayup.
Aku bangun dan mengambil wudhu, lalu sholat subuh.
Usai sholat, aku mengirimkan doa untuk ibu. Hanya itu yang bisa aku lakukan.

Ibu….aku rindu….!!!!


SANG PAMOMONG

SANG PAMOMONG

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Dalam kepercayaan Jawa, bayi yang baru lahir, didampingi oleh sosok PAMOMONG. MOMONG dalam khasanah bahasa Jawa, artinya Mengasuh. Nah..sosok Pamomong itu bisa juga disebut sebagai PENGASUH. Sosok Pamomong adalah sosok.ghaib yang hanya bisa dilihat oleh sang jabang bayi. Kadang kita melihat bayi yang ketawa-ketawa sendiri, sambil matanya melihat ke atas. Dipercaya, bahwa saat itu, sang bayi sedang diajak bercanda atau bermain oleh Pengasuhnya. Dari kepercayaan tersebut, cerita ini terlahir. Sebuah kisah fiksi yang akan menceritakan tentang seseorang yang sampai masa dewasa bisa melihat dan berkomunikasi dengan Sang Pamomong. Semoga bisa menghibur para reader semua.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset