Aku dan Firda masih adu argument. Aku bersikeras balik kost dulu, Firda ngeyel kalo aku mesti nungguin papanya pulang di rumahnya.
“Firda…. Nak Aji diajak makan dulu!” terdengar teriakan ibunya Firda dari dalam.
“Tuh…udah denger khan? Yuk makan siang bareng!”
“Enggak ah… Makasih, aku mau pulang dulu…!”
“Beneran ga mau? Tadi kayaknya mama buat pecel deh… Pecel buatan mama jempol loh….!”
Wah…ada makanan favorit aku nih… Jadi pengen….
Tapi sebagai cowo yang teguh pada pendirian, aku berusaha menolak dan tetep pengin balik ke kost…
Padahal, aslinya dah ngiler denger ada pecel…
“Ma… Aji ga mau nih. Mau pulang katanya…!” Firda berteriak pada mamanya.
Ga lama, mamanya keluar dari ruang dalam dan menghampiri kami.
“Ayo Nak Aji, makan bareng kami. Mumpung masih hangat…!”
“Aduh ..makasih banget tante, tapi saya masih kenyang Tante!” jawabku berdusta.
Dan ternyata, dusta itu memang tak baik. Terbukti, perutku ga mau diajak berdusta, dan bersuara dengan lantangnya….KRUYUUUKKKK…
Mendengar suara perutku itu, Firda ketawa ngakak keras banget. Sedang mamanya cuma tersenyum.
Duh….malu banget sumpah…
Dikhianati perut sendiri itu rasanya sakiittt…..
“Lo bisa bo’ong Ji… Tapi perut lo ga bisa bo’ong…..huahahaha!” Firda mencelaku.
“Eh …itu…anu…itu….!”
“Firda…udah, jangan diejek terus nak Ajinya… Yuk, nak Aji, kita makan bareng ..!” kata mamanya Firda sambil beranjak masuk ke dalam.
Duh…rasanya pengin masuk ke tong sampah dan sembunyi di situ karena malu.
Firda dengan masih ketawa menarik tanganku dan menyeretku ke ruang makan.
Jadilah kita makan bareng…
Dan…pecel buatan mamanya Firda memang juara…. Apalagi dengan tambahan mendoan yang digoreng garing…yummy banget dah…
Sambil makan, kami ngobrol banyak hal.
Firda memberitahukan pada mamanya, tentang keberadaan makhluk tak kasat mata di rumah ini.
Mamanya Firda sampai hampir tersedak mendengarnya.
“Itu beneran nak Aji?”
“Bener tante… Tante pengin lihat…?” tanyaku.
“Enggak…enggak… Baru denger aja tante udah serem. Trus gimana baiknya Nak Aji?”
“Ya, mesti diusir tante, biar ga ganggu lagi!”
“Kamu bisa ngusir meteka?”
“Insya Allah bisa tante, tapi saya mesti minta persetujuan Om juga, sebagai kepala keluarga!”
“Kok bisa seperti itu ya? Mereka itu datang dari mana?”
“Mereka adalah makhluk yang datang karena ada yang menanam sebuah benda di rumah ini. Mereka tertarik dengan benda itu tante!” sahutku.
“Trus…siapa yang nanam benda ltu?’
” saya juga kurang tahu tamte…?”
“Kita lanjutkan pgobrolnya di ruang tamu saja…!” kata mamanya Firda.
Mamanya firda memanggil ART buat beresin bekas makan siang kami.
Lalu kami pindah ngobrol di ruang tamu.
Kami ngobrol sampai beberapa lama, dan karena sudah pukul 1 siang, aku pamit pulang dulu.
Mamanya Firda mengijinkan, dengan syarat, setelah maghrib, aku harus balik ke situ lagi.
Sesampainya di kost, kostan masih sepi.
Belum pada dateng habis liburan. Dan kata bapak kost, penghuni kost berkurang dua orang, karena pindah kost.
Wah…bakal tanbah sepi nih.
Tapi kebetulan juga, jadi besok kalau Renita datang, dia bisa nempatin salah satu kamar yang kosong itu.
Setelah sholat Dzuhur, aku mengabari Desi tentang kamar kost yang kosong itu.
Desi terdengar antusias banget dengernya.
Selesai mengabari Desi, aku memutuskan untuk take a nap…a.k.a. tidur siang…ngoahaha.
Mumpung belum kuliah, ga papa lah, bermalas-malasan.
Aku terbangun pukul 15.00. Wah…sebentar lagi dah masuk Ashar. Mending aku siap-siap buat sholat.
Tapi sebelumnya buat kopi dulu lah… Bangun tidur kalo belum nyeruput kopi kok kayaknya kurang gimaannaaa gitu.
Selesai buat kopi, aku ambil wudhu…bertepatan dengan terdengarnya adzan ashar.
Selesau sholat, dengan segelas kopi dan sebungkus rokok, aku bersantai di teras depan kamar.
Belum juga habis rokok sebatang, masuklah sebuah mobil ke halaman kostan.
Turun seorang bapak dari dalam mobil dan menghampiriku. Di belakangnya, menyusul seorang gadis manis.
“Permisi mas, numpang tanya… Kostan ini ada kamar kosong atau tidak ya?” tanya bapak itu setelah dekat denganku.
“Oh ..ada pak. Ada dua yang kosong, kamar itu dan itu. Tapi yang satu itu sudah dipesan adik temen saya. Jadi yang kosong tinggal kamar yang satu itu!”
“Trus pemilik kostnya tinggal di mana Mas?”
“Beliau tinggal ga jauh dari sini pak. Bla…bla…bla…!” kataku menerangkan letak rumah pemilik kost.
“Oh…iya mas. Saya paham. Terima kasih Mas infonya. Saya akan segera ke rumah pemilik kost saja, biar anak saya bisa langsung kost di sini!”.
” Silahkan pak… Mahasiswa baru ya pak?”
“Benar Mas… Baru lulus SMA kemarin!”
“Di kampus mana Pak?” keluar deh keponya.
“Di kampus XY Mas… !”
“Oh. . di sini juga ada beberapa yang kuliah di situ Pak!”
‘Kalo masnya di kampus mana?”
“Saya di kampus Z Pak!”
“Semestet berapa Mas?” lah…bapak ini kepo juga ternyata
“Baru semester 3 kok Pak!”
“Jurusan apa Mas?”
“Sipil pak…!”
“Wah… Masnya pasti pintar ya? Kuliah di Teknik!”
“Ah…biasa saja kok pak.”
“Ah..baik mas, saya mau ke rumah pemilik kost dulu. Nanti keburu sore!”
“Monggo pak…silahkan!”
Bapak itu bersalaman denganku dan cewe itu mengangguk dan tersenyum padaku.
Lalu mereka meninggalkan aku sendiri… Tega ya?
Aku melanjutkan kopiku yang tertunda tadi. Menikmati racun nikotin yang hampir habis.
Terpaksa nyalain sebats lagi deh…
Eh..mobil itu datang lagi. Dengan bapak kost mengikuti di belakangnya menggunakan motor.
Lalu sebuah kamar dibuka…dilihatkan isinya, dan penampakan dalamnya. Trus diantar ke kamar mandi. Melihat kamar mandi. Lalu mereka ngobrol.
Bersalaman, dan transaksi sukses…
Aku menghampiri bapak kost.
“Maaf pak, ganggu sebentar!”
“Eh..nak Aji, ada apa?”
“Kamar yang satunya tolong jangan diberikan orang lain ya pak?”
“Emang kenapa ? Nak Aji mau pindah kamar?”
“Bukan pak… Itu, adiknya Desi bakal kost di sini juga!”
“Oh…baiklah kalau begitu!” kata bapak kost.
“Terima kasih Pak!”
“Sama-sama….!”
Akupun pamit balik ke kamar dan mengangguk pada bapak dan anak gadisnya yang tadi tanya padaku.
Mereka mengangguk dan tersenyum padaku.
Bapak kost dan tamunya segera pergi, mungkin untuk menyelesaikan pembayaran kost itu.
Lah…ngapain aku ngurusin mereka ya?
Mending mandi dulu ah. Dah mau mghrib nih. Sekalian siap-siap ke tempat Firda.
Skip….
Setelah maghrib, aku sudah ada di rumah Firda. Cowo ganteng mesti tepat waktu bre… (Apa hubungannya coba?)
Aku disambut Firda dan kedua ortunya.
Setelah basa-basi, aku menuturkan apa yang kulihat dan yang dilihat Zulaikha di rumah itu.
Dan aku juga mengatakan bahwa di ruang tengah, di tembok sebelah kanan, ada sesuatu yang ditanam di situ.
Papanya Firda manggut-manggut mendengar penjelasanku.
“Nak Aji, saya cuma heran sebetulnya. Apa maunya orang yang menanam benda itu di tembok itu?”
“Wah…kalau itu saya ndak tahu Om… Banyak kemungkinannya! Yang pasti, dia tidak senang dengan Om atau keluarga Om…!”
“Nak Aji tahu yang menanam di situ?”
“Saya juga tidak tahu Om, dan juga ga pengin tahu sih. Dan sebaiknya, Om juga ga perlu mencari orangnya. Takutnya nanti malah saling dendam Om. Tapi itu terserah Om sih, saya cuma menyarankan saja!”
“Trus proses pembersihannya mau dimulai kapan?”
“Kalau pengusiran mahkluk halusnya, malam ini saja Om. Untuk bongkar temboknya, jelas butuh tukang Om. Jadi sebaiknya besok saja!”
“Oke, Om nurut sama kamu…! Apa yang kamu butuhkan untuk pengusiran itu?”
“Ga ada Om… Cuma bantuan doa dari Om sekeluarga saja, supaya saya bisa mengusir makhluk-makhluk itu!”
“Ga butuh bunga setaman, kemenyan atau dupa, atau kopi giti?”
“Enggak Om… Saya bukan dukun kok.”
“Hahaha…bisa aja kamu Ji. Ya sudah, kamu mau mulai sekarang juga boleh deh!”
“Nanti om, stelah sholat ‘Isya saja! Biar lebih tenang kalau sudah sholat!”
Ga lama, adzan ‘Isya terdengar. Kamipun melakukan sholat ‘Isya berjamaah. Aku diminta jadi imam… Duh, kok gitu sih?
Aku tolak, karena aku tamu di situ. Biarlah tuan rumah yang jadi Imam.
Akhirnya, papanya Firda yang jadi imam.
Selesai sholat ‘isya, aku ijin untuk memulai pembersihan rumah itu.
Penghuni rumah, kuminta untuk tidak menuju ruang tengah dulu.
Dibantu Zulaikha, aku mulai melakukan pembersihan rumah.
Kucoba mengundang seluruh makhluk yang ada di rimah itu.
Dengan memakai cincin pemberian Ki Panembahan, aku memanggil seluruh makhluk yang ada di dalam rumah.
Dan semua yang ada di rumah itu beneran datang guys…
Ternyata ga cuma makhluk kerdil berbulu saja. Ada juga kunti, wowo, poci dll. Rame amat yak…
Kali ini aku ga pengin main hajar saja.
Kutanyai mereka, apa maksud mereka datang ke rumah ini, disuruh siapa, dan untuk apa.
Awalnya mereka ga mau jawab… Tapi begitu Zulaikha memancarkan seluruh kekuatannya, mereka menjawab, bahwa mereka disuruh seseorang untuk mengganggu keluarga Firda.
“Kuminta kalian untuk pergi meninggalkan rumah ini dan.jangan kembali lagi kemari!” kataku pada mereka.
“Grr…jangan asal perintah kepada kami hai manusia…!” kata wowo yang besar dan berbulu.
“Yah…kalau kalian tidak mau pergi, terpaksa kami usir! Dan jangan salahkan kami kalau ada yang terluka atau mati!” kataku menggertak mereka.
“Hihihi…anak manusia ingusan berani menantang kami? Kau sudah kalah jumlah…hihihi…!” si kunti mencoba mengintimidasiku.
“Aku ga takut walaupun kalian banyak.’kataku sambil mengeluarkan kemampuan puncak ilmu batinku. Tubuhku diselimuti cahaya tipis di sekujur tubuh.
Maksudku adalah untuk menggertak agar mereka takut dan mau pergi dari sini.
” Grrr…kamu kira kami takut? Kami lebih takut pada yang mengirim kami….grrr….khrookkk….!” wowo itu berkata sambil menyerangku.
Sebuah cahaya berkelebat di depanku, menyambut serangan wowo ganas itu.
“Groaarrrrrrgghhhhhh……!”
Jerit kesakitan wowo yang tubuhnya terbelah dua oleh sebilah pedang di tangan Zulaikha.
‘Ciss…kemampuan cuman segitu kok masih besar mulut.”kata Zulaikha.
Melihat wowo mati mengenaskan, maka barisan makhluk ghaib itu menyerang kami berdua. .