SANG PAMOMONG episode 70

Chapter 70

“Lo ga papa khan? Ada yang luka apa enggak?” Firda bertanya dengan wajah cemas.
“Ga papa kok, ga ada yang luka….!” jawabku.
“Hhh…syukurlah…!” katanya sambil menghembuskan nafas lega.

Papa dan mamanya Firda juga menanyakan hal yang sama.

Setelah itu, kami ngobrol di ruang tamu.
Aku berkata bahwa rumah mereka sudah aman dari gangguan jin.
Jadi mereka ga perlu khawatir.
Hawa di rumah itu sudah ga sumpek lagi. Terasa lebih lapang dan sejuk.
Iya lah sejuk…full AC…..

Hari beranjak siang, dan akupun pamit buat pulang.
Lagi-lagi papanya Firda berniat memberikan amplop padaku. Tapi tetap aku tolak…
Akhirnya, aku langsung pulang ke kost.

Sesampai di.kost, aku mandi lalu sholat dzuhur.
Setelahnya, aku berniat tidur siang…
Bertempur dengan makhluk ghaib menghabiskan energiku.
Dengan tidur siang, aku berharap bisa memulihkan energiku.

Aku bangun saat adzan Ashar berkumandang. Bergegas aku mengambil wudhu lalu sholat.
Selesai dzikir, perutku berkeruyukan…
Duh…baru ingat, belum makan siang.
Lalu aku pergi membeli makan siang.

Skip ah…ga asik…

Malamnya, aku berniat buat beli pecel lele. Dah lama ga makan pecel lele jadi kangen.
Baru saja keluar dari kostan, dan belum begitu jauh…ada sesosok manusia menghadang perjalananku.
Dia mencegatku dan menyuruhku berhenti.
Wah ..ada apa nih?
Tapi, karena cuman 1 orang, aku memutuskan untuk berhenti.
Aku pinggirkan motor, dan parkir di tepi jalan.
Aku turun dari motor dan orang itu menghampiriku.

Setelah dekat, baru agak jelas wajah si pencegat itu.
Seorang lelaki kekar, berumur kurang lebih 45 tahunan.
Wajahnya bersih dan pakaiannya biasa aja. Tshirt dipadu dengan celana jeans.

Begitu sampai di depanku, ia langsung berkata….

“Ngapain kamu ikut campur urusanku?”

Lah…urusan yang mana tuh… Ga ngeh dah….

“Bapak salah orang kali pak…. Saya ga kenal.bapak dan ga pernah ganggu urusan bapak!”
“Cis…mau menghindar kamu? Aku peringatkan, jangan campuri lagi urusanku atau kau akan merasakan akibatnya….!” katanya dengan galak sambil melotot padaku.
Duh…kalau ga inget dis angkatsn tua, udah aku hajar dia…

‘Maaf pak, urusan yang mana yang saya campuri?”
“Kamu sudah membantai pengikutku, dan menyelamatkan Firman….”

Tunggu…tunggu… Firman siapa yang dia maksud?
Aku ga punya temen yang namanya Firman.

“Wah…bapak ngaco nih. Saya ga kenal pak yang namanya Firman…!”
“B*j**g*n… Jangan ngeles kamu. Kamu tadi siang barusan dari sana dan memusnahkan suruhanku!”
“Ohhh… Bapaknya Firda po?” tanyaku.
“Firda siapa? Aku hanya tahu Firman, pemilik rumah itu!”
“Oke..oke… Anggap saja aku mencanpuri urusan bapak.. Sekarang mau bapak bagaimana?”
“Jangan campuri urusanku lagi. Atau kau yang akan kuhabisi!” katanya galak.
“Kalau dugaanku benar, Firman itu ayahnya temenku. Dan aku ga bisa diam melihat keluarga temanku diganggu!” sahutku tegas… (Biar kelihatan keren….)

“Jadi kamu akan tetap melawanku?”
“Apa boleh buat Pak.. Kalau bapak tetap melanjutkan perbuatan bapak mengganggu temanku, ya…aku ga bakal tinggal diam!” sahutku sok berani.

Suiitttt…..

Orang itu bersuit… Dan dari kegelapan, muncul 2 orang yang tinggi besar….ups…bukan orang ternyata. Itu adalah sosok ghaib.
Hmm…dia rupanya dukun yang mengirim makhluk buat ganggu rumahnya Firda.

Kepalang basah…. Aku mesti bertempur lagi nih…. Wah, pasti berkeringat dan harus mandi lagi…
Bikin boros sabun aja deh….

Aku memanggil Zulaikha…
Dalam sekejap, Zulaikha muncul di sampingku.

‘Kamu bisa hadapin dua makhluk itu?” tanyaku.
“Ah….itu. Serahkan padaku….!” katanya.
“Baiklah, biar kuurus dukun itu…!” sahutku.

Zulaikha ga nyahut… Aku tengok, ga ada….
Duh…kemana lagi jin gaje satu ini?
Aku cari di sekitar situ…ternyata dia sudah melabrak dua sosok ghaib itu…
Ga nunggu aba-aba ni jin gaje….

Pertempuran 1 lawan 2 mulai berlangsung. Zulaikha, dengan pukulan-pukulannya, mampu mengimbangi dua sososk.jin itu.
Aku menghela nafas lega… Zulaikha ga akan kalah dalam waktu dekat.

“Nah, gimana pak? Mereka sudah bertarung… Bagaimana kalau kita berolahraga sejenak?” tanyaku setengah menantang.

Bapak itu masih menatap pertarungan antar jin itu.
Lalu dia menoleh padaku…

“Kau menantangku…?”
“Kalau bapak anggap.itu tantangan, ya silahkan saja…!’
” Bener-bener kamu, anak ingusan. Petentang petenteng nantangin orang yang lebih tua!”
“Jadi…. Kesimpulannya, bapak berani atau tidak?” tanyaku semakin songong.
“Hih…..rasakan kekuatanku….!” katanya sambil menerjang ke arahku.

Orang itu menerjang ke arahku. Berbagai jenis pukulan dia arahkan padaku. Gayanya seperti gaya karate……mungkin

Dengan jurus menghindar, aku hindari pukulan itu satu persatu.
Arah pukulannya lumayan gampang ditebak.
Hmmm…aku mesti memancing emosinya, dengan menghindari dan menangkis pukulannya.
Karena tubuhnya yang lebih besar dariku, pasti tenaganya juga lebih besar.
Aku menyalurkan tenaga dalam pada dua tanganku. Bersiap untuk menangkis serangan yang mungkin sulit dihindari.
Aku menggunakan krlincahanku untuk menghindari semua pukulannya, sebagian jika terpaksa aku tangkis.
Benar saja, tenaga luarnya lebih kuat dariku.

Tapi dengan dilambari tenaga dalam 4 bagian, sudah cukup untuk mengimbangi kekuatannya.

Melihatku yang cuma menghindar dan menangkis terus menerus, tampaknya orang itu mulai kesal.
Serangannya dipercepat….sehingga aku lebih banyak menangkis daripada menghindar.

Aku mesti mencari celah untuk memberinya serangan balik yang tepat sasaran.
Cukup satu pukulan saja, supaya emosinya meningkat.
Biasanya, saat emosi meningkat, konsentrasinya akan hilang….

Suatu ketika, saat dua tangan memukul dan aku tangkis, kulihat bagian perutnya terbuka.
Kesempatan emas ini….
Segera sebuah tendangan maju aku sarangkan ke perutnya….

HEEGGHHHH…..
Suara orang itu saat tendanganku bersarang dengan telak di perutnya.
Dia terhentak mundur sambil membungkuk, menahan sakit di perutnya.

Tapi, dengan cepat dia sudah berdiri tegak lagi walau mulutnya masih meringis….

Tampak mulutnya mulai komat-kamit entah berucap apa….

Kedua tangannya berubah menjadi merah membara….
Waduh…dah mulai main ilmu dia…
Hawa panas yang terpancar dari tangannya, terasa sampai ke tempatku berdiri.
Wah…ilmu yang dahsyat pastinya.

Saatnya berhenti main-main…
Segera kusalurkan seluruh energi batin dan tenaga dalam. Sebagian kubuat sebagai perisai, sebagian lagi untuk menyerang.

Orang itu memukulkan telapak tangannya ke arahku. Dua larik cahaya merah melesat ke arahku dengan kecepatan tinggi.
Pukulan belum sampai, hawa panas pukulan itu sudah kurasakan.
Aku melompat menghindari pukulan itu…
Tapi sedikit terlambat, badanku masih sedikit terserempet pukulan itu.
Untunglah, tubuhku sudah kulindungi dengan energi, sehingga tidak menimbulkan luka serius. Tapi hawa panasnya itu lho….serasa disundut rokok saja bagian yang terserempet pukulan itu.
Mampu gak ya, mengalahkan ilmu pukulan panas itu?

Ga bakal tahu kalo ga dicoba. Kembali orang itu melontarkan pukulan ke arahku.
Akupun segera menghentakkan dua telapak tanganku ke depan. Melontarkan pukulan untuk menangkis pukulannya.

BLAARRRR……

Empat tenaga pukulan bentrok di udara, menimbulkan ledakan yang amat keras.
Orang itu terpental mundur selangkah…senentara aku masih tegak di tempat.
Aku masih menang tipis darinya….

Merasa di atas angin, akupun mulai mencecarnya dengan pukulan pukulan gencar. Dia mulai kerepotan menangkis seranganku.
Apalagi setiap lengan kami beradu, lengannya terpental. Pertanda tenaganya kalah dariku.
Aku semakin di atas angin. Sesekali seranganku aku kombinasikan dengan tendangan.
Dia semakin kerepotan.

AAKKKHHHHHH…….

Sebuah jeritan terdengar memecah sunyinya malam…
Aku menengok ke arah suara itu…
Ternyata, salah satu musuh dari Zulaikha sudah tewas. Tinggal satu musuh lagi…

Aku kembali krpada musuhku…
Karena perhatianku teralihkan oleh jeritan tadi, saat itulah musuhku mundur sejauh 5 langkah dariku.
Tampak dia kembali komat-kamit…

Lalu di tangannya tergenggam sebatang keris yang terselubungi oleh cahaya berwarna hijau.

Aku yang sedianya akan kembali menyerangnya, terpaksa membatalkan niatku.
Aku ga yakin lapisan pelindungku mampu menahan hujaman keris yang pamornya menggidikkan itu.

Sambil menyeringai sadis, orang itu menatapku.
Kerisnya disabetkan ke kanan dan ke kiri. Pendaran cahaya hijau keris itu melebar, membuat perbawanya makin mengerikan.

Melihatku tertegun, dia tidak langsung menyerangku.
Mulutnya malah komat kamit lagi…
Lalu muncullah kabut tebal di sekeliling kami.
Kabut itu perlahan menghilang dan membentuk sosok makhluk ghaib yang berjumlah puluhan.

Sosok itu maju bersana mengeroyok Zulaikha…
Kurang ajar, dia ingin membuyarkan konsentrasiku.

Segera saja aku panggil ki Sardulo Seto.
Dia segera muncul dengan pasukan haromaunya.
Satu masalah beres..


SANG PAMOMONG

SANG PAMOMONG

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Dalam kepercayaan Jawa, bayi yang baru lahir, didampingi oleh sosok PAMOMONG. MOMONG dalam khasanah bahasa Jawa, artinya Mengasuh. Nah..sosok Pamomong itu bisa juga disebut sebagai PENGASUH. Sosok Pamomong adalah sosok.ghaib yang hanya bisa dilihat oleh sang jabang bayi. Kadang kita melihat bayi yang ketawa-ketawa sendiri, sambil matanya melihat ke atas. Dipercaya, bahwa saat itu, sang bayi sedang diajak bercanda atau bermain oleh Pengasuhnya. Dari kepercayaan tersebut, cerita ini terlahir. Sebuah kisah fiksi yang akan menceritakan tentang seseorang yang sampai masa dewasa bisa melihat dan berkomunikasi dengan Sang Pamomong. Semoga bisa menghibur para reader semua.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset