SANG PAMOMONG episode 74

Chapter 74

Dengan kehadiran bala bantuan dari prajurit wanita, aku merasa lebih yakin bakal sukses dalam pembersihan kost ini.
Kamipun memasuki area kost angker tersebut. Dino dsn mas Gito yang ga punya indra ke-6, mempunyai bagian untuk membuka seluruh pintu ruang kost.
Selesai membuka semua pintu, mereka aku minta menunggu di mobil saja.
Daripada nanti terkena efek pertempuran.

Aku berniat menuju ruangan paling belakang, yang kupikir adalah tempat bersemayam pucuk pimpinan dari rombongan makhluk halus di situ.
Maksudku tentunya, menempuh jalur diplomasi dulu….
Jadi kalo bisa, menghindari pertempuran, yang tentu akan merugikan kedua pihak.

Aku minta Saloka dan pasukannya menunggu di luar area dulu, supaya tidak ada kesan menantang dan pamer kekuatan.
Dengan diiringi oleh Zulaikha, aku berjalan menuju ruang paling belakang dengan aura terkuat yang kurasakan.

Rombongan jin yang ada di situ hanya memperhatikan kami yang berjalan ke ruangan itu.
Sesampai di ruangan itu, aku mengucapkan salam dan masuk ke dalam.
Ruangan itu gelap sekali… Aku memejamkan mata sejenak, lalu kembali membuka mata.
Walaupun masih remang, aku mulai bisa melihat suasana dslam kamar itu.
Ada sebuah meja dan kursi, serta sebuah almari pendek di bagian kanan ruangan. Lalu, tepat berhadapan dengan pintu masuk, ada kasur yang tergelar di lantai.
Perabotan standar kost-kostan lah…

Di atas kasur itu, berdiam dengan tenang seekor ular besar yang menggulung tubuhnya, dengan kepala dan tubuh manusia di bagian atasnya.
Wajahnya seperti seorang kakek lengkap dengan jenggotnya yang panjang.
Dalam kegelapan, tampak matanya seolah menyala terang dan memandang tajam padaku.
Aku bergidik melihat sorot matanya itu.
Auranya terasa mengintimidasiku…membuatku agak tertekan.

“Mohon maaf, kalau boleh tahu.. Apakan saya sedang berhadapan dengan penguasa di sini?”
“Hmm…siapa kau anak manusia? Apa tujuanmu kemari?”
“Saya Aji… Saya diminta tolong teman saya, untuk membersihkan tempat ini dari makhluk dari alam ghaib, karena mereka mengganggu manusia yang tinggal di sini!”
“Hmm…kami sudah ada di sini sejak dulu… Apa hakmu buat mengusir kami?”
“Maaf, tapi tempat ini akqn dihuni oleh manusia. Jadi, saya minta dengan baik-baik, sudilah kiranya anda dan anak buah anda mencari tempat yang lain.”
“Hmm…aku bukan penguasa di sini. Aku tak ada hubungannya dengan mereka yang ada di depan sana Dan satu lagi… Jika memang di sini akan dihuni oleh manusia, aku akan pergi dari sini.”
“Terima kasih atas kesediaan anda untuk pindah dari sini!”
“Aku memang sudah berniat pindah dari sini. Karena sebenarnya aku sedang bertapa di sini, jika ada manusiw di sini, pasti akan mengganggu tapaku.”
“Terima kasih banyak atas pengertiannya. Sekarang kami mohon diri. Kami akan coba bernegosiasi dengan yang di depan!”
“Tunggu sebentar anak manusia. Aku senang padamu. Kau menunjukkan hormat padaku. Tidak asal hantam kromo, tapi kau datang kepadaku dengan sopan. Mendekatlah kemari…ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu..!”

Aku merasa bimbang… Aku memandang Zulaikha..
Dia cuma mengangkat.bahu…

“Hmm…rupanya kau belum percaya padaku.. Percayalah…hanya ada kebaikan untukmu jika kau mau percaya padaku. Kemarilah…,!”

Aku mengeluarkan energiku, melindungi seluruh tubuhku…
Berjalan mendekatu sosok ular besar itu..
Terjadilah apa yang seharusnya terjadi…pikirku.
Aku berhenti dalam jarak 1 meter dari makhluk itu.

“Pejamkan matamu… Ini tidak akan lama…!”

Seperti terhipnotis, aku menuruti kata-katanya.
Kupejamkan mataku…

“Simpan kembali energimu… !”

Tanpa membantah, energiku kusimpan kembali. Sekarang aku tanpa perlindungan lagi. Jika dia menyerangku, tak tahu apa yang akan terjadi.

Sebuah hembusan menyapu mataku yang terpejam… Bau harum tercium olehku. Seperti bau kayu cendana.
Lalu kurasakan sebuah telapak tangan menyentuh ubun-ubunku.

“Biarkan energi ini masuk, jangan melawan. Aku akan membantumu meleburkan energi ini dengan energimu!”

Aku menuruti perkataannya, mrmbiarkan energi yang berasal dari telapak tangab itu membanjir masuk ke dalam tubuhku… Energiku merasakan ada energi asing yang masuk, langsung bereaksi dan membentur energi itu. Badanku tersiksa sekali saat ada benturan dua energi di dalam tubuhku.
Tapi energi baru itu berhasil menekan energiku, dan meleburnya menjadi satu.
Tubuhku merasakan siksaan yang amat berat. Kadang terasa panas menyengat, lalu berubah dingin yang membekukan.
Lalu menjadi sejuk menenangkan.

“Bukalah matamu…..!”

Aku membuka mataku…dan…kamar yang semual remang-remang, sekarang tampak jelas dalam pandanganku.
Aku bisa melihat sosok ular besar itu yang ternyata dari pinggang ke bawah berbentuk ular, sedang dari pinggang ke atas berbentuk manusia. Dan separuh tubuh bawahnya berwarna biru….
Wajah orang tua ular itu, tampak teduh… Ga ada serem-seremnya.
Dia tersenyum padaku…

“Terima kasih Ki…!” kataku.
“Sama-sama Aji… Aku titipkan sebagian energiku.. Gunakanlah di jalan yang benar. Jangan menyimpang… Kalau kau menyimpang, aku akan datang untuk mengambilnya lagi.”
“Baik Ki… Pesanmu akan kuingat selalu. Tapi bolehkah sku tahu nsmamu Ki?”
“Aku Nagawiru… Ads sebuah benda yang akan kutitipkan juga padamu. Tapi sebelumnya, kau mesti hati-hati dengan dua pemimpin yang ada di sini. Mereka masih mempunyai seorang pemimpin yang sangat kuat. Hanya benda yang akan kutitipkan padamu itu yang bisa mengalahkannya. Berhati-hatilah…!”
“Terima kasih banyak Ki… Semua pesan ki Nagawiru akan kuingat selalu!”

Ki Nagawiru kemudian menoleh le arah Zulaikha…

“Cah ayu… Gimana kabar bapakmu si Cakra Rudira…?”
“Eh…ki Nagawiru mengenal ayahku?” tanya Zulaikha kaget.
“Hehe…bukan saja kenal… Kami bahkan seperti saudara…! Aku pernah mengunjunginya saat kau masih bayi…!”
“Eh ..apakah ki Nagawiru adalah paman Adiwira, yang sering diceritakan ayah?”
“Hahaha….Cakra Rudira, ternyata kau masih ingat padaku. Baiklah…sudah saatnya aku pergi.
Salamku untuk bapakmu cah ayu….!”

Perlahan sosok manusia setengah ular itu menghilang…
Dan di tempat yang tadi didudukinya ada sinar kekuningan.
Aku menghampirinya dan ternyata itu adalah sebilah keris kecil sebesar jari telunjuk.
Kuambil keris itu dan kuamati. Warnanya kuning emas, berluk 7, dengan pamor naga.
Ujung keris adalah ekor naga. Badan keris adalah.badan naga, dsn di pangkal keris, berbentuk kepala naga yang membuka mulutnya.

“Genggamlah keris itu dan panggil namanya, Naga Emas!” sebuah suara mengiang di telingaku.

Aku menggenggam keris itu, dan menyebut namanya dalam hati.
Keris itu menghilang, seolah masuk dalam telapak tanganku.

Penasaran, kututup lagi telapak tanganku, dan memanggil nama keris itu.
Dan keris itu muncul lagi di telapak tanganku.

Kagum, heran, dan merasa lucu…
Kayak anak kecil dapat mainan, aku senyum-senyum sendiri.

“Jangab kayak orang gila, tugas kita belum selesai.” teguran Zulaikha menyadarkanku.

Kami keluar dari kamar itu dan bersiap negosiasi dengan makhluk yang lain.
Ga nyangka ..mau ngusir jin, malah dapat keberuntungan kayak gitu.
Alhamdulillah….

Aku dan Zulaikha mencoba jalan diplomasi pada dua kunti dengan aura terkuat di situ.
Tapi, mereka ga bisa diajak.bicara baik-baik.
Malah cekikikan mulu….

Kayaknya bakal ada perang.nih….
Semua jin penghuni kost sudah mengurung kami.


SANG PAMOMONG

SANG PAMOMONG

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Dalam kepercayaan Jawa, bayi yang baru lahir, didampingi oleh sosok PAMOMONG. MOMONG dalam khasanah bahasa Jawa, artinya Mengasuh. Nah..sosok Pamomong itu bisa juga disebut sebagai PENGASUH. Sosok Pamomong adalah sosok.ghaib yang hanya bisa dilihat oleh sang jabang bayi. Kadang kita melihat bayi yang ketawa-ketawa sendiri, sambil matanya melihat ke atas. Dipercaya, bahwa saat itu, sang bayi sedang diajak bercanda atau bermain oleh Pengasuhnya. Dari kepercayaan tersebut, cerita ini terlahir. Sebuah kisah fiksi yang akan menceritakan tentang seseorang yang sampai masa dewasa bisa melihat dan berkomunikasi dengan Sang Pamomong. Semoga bisa menghibur para reader semua.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset