Aku dan Zulaikha sudah dikepung makhluk ghaib. Tampaknya mereka tahu kalo kami bakal cari masalah sama mereka. Dua kunti merah tampak berdiri di depan para demit itu.
Aku mengedarkan pandanganku…wuih…aneka rasa demit ada di situ.
Dari tuyul, kunti, poci, wowo, sampe janda bolong…eh…sundel bolong ada semua.
Paket komplit ini mah … Bujug dah…
Aura gelap melingkupi tempat itu, membuatku merasa agak sesak di dada.
Mirip ditinggal pacar rasanya…sesek bosque….
Aku mencoba berkomunikasi dengan dua kunti merah itu.
Tapi mereka ga menghiraukan ucapanku. Jangan2 mereka budeg kali yak..?
Melihat situasi yang ga kondusif, aku mulai mengaktifkan mode siaga. Kuselubungi tubuhku dengan energiku….
Waduh…energiku berubah jadi agak kebiruan. Dan jauh lebih kuat..
Apa karena adanya energi dari naga wiru? Wow…. Terbaik….
Dengan lengkingan yang Cumiakkan telinga, dua kunti itu melesat menyerangku dan Zulaikha.
Barisan demit itu juga ga mau ketinggalan, serentak menyerang kami.
Tapi, barisan prajurit cantik nan seksi, dipimpin oleh Saloka, ga tinggal diam.
Semua mengeluarkan senjata.berupa golok panjang dengan ujung yang bercabang. Dengan ganas, jin2 cantik itu membabat musuhnya satu persatu.
Saloka dengan selendangnya, bergerak bagaikan penari yang lincah, mrloncat kesana kemari sambil menyabetkan selendangnya ke arah musuhnya.
Selendangnya kadang mencambuk, kadang mematuk, kadang membelit…
Setiap selendangnya bergerak, satu musuh terkapar mati….
Sementara, anak buahnya dengan kejam dan tanpa belas kasihan membabat setial jin di dekat mereka dengan golok berkilat mereka.
Banjir darah hitam berbau busuk membuatku agak mual juga.
Aku meloncat mundur menjauhi area pertempuran itu, supaya tak terganggu oleh bau busuk darah korban pembantaian pasukan seksi…(aku sebut gitu aja biar mantep…wkwkwk)
Seekor eh…seorang..eh..apa sih sebutan buat kunti?
Salah satu kunti merah, merangsekku yang melompat mundur.
Yah..tentunya sambil menyerang dong… Sebuah pukulan jarak jauh dilontarkan padaku. Aku menangkisnya dan menggunakan tenaga lontarannya untuk membantu lompatanku. Sehingga aku bisa mundur sejauh 3 meter. Kalo ada lomba lompat mundur, pasti aku menang deh…
Kunti merah itu menyusulku sambil terus menyerang. Pukulannya mencecarku habis-habisan. Ga memberiku kesempatan menarik nafas.
Aku hanya bisa menangkis kanan kiri, belum mampu balas menyerang. Untunglah, aku sudah mendapat warisan energi dari Naga Wiru, sehingga serangan-serangan kunti itu masih bisa aku atasi tanpa harus terluka.
Serangan kunti merah itu sungguh dahsyat. Kalau aku belum mendapat tambahan energi, mungkin aku bakal kewalahan menahan serangannya.
Apalagi kecepatan kunti itu membuatku kerepotan juga. Ibarat dia pake motor 150cc, aku pake motor 80cc. Khan kalah jauh…
Tapi, aku ga bisa cuma terus bertahan. Harus ada pembalasan….
Maka sebagian energi kukumpulkan di telapak tanganku, mempersiapkan sebuah pukulan.
Begitu ada kesempatan, aku pukulkan energi yang sudah terkumpul di telapak tanganku.
GLAARRR……
Benturan dua pukulan, menggetarkan kuda-kudaku. Kunti itu terdorong mundur. Ini kesempatan buatku.
Kupanggil tonbak kesayanganku, Kyai Cemeng. Segera tombak yang panjangnya semeter itu berada di tanganku. Segera kusabetkan tombak itu, dan selarik sinar hitam gilap, membentuk setengah lingkaran menerjang ke arah kunti itu.
Tapi, kunti itu swngat sigap. Dia melejit ke atas, menghindarkan sabetan tombakku.
Dari atas, dia menyerangku dengan dua pukulan jarak jauh.
Aku berguling di tanah untuk menghindari pukulannya.
Setelah terhindar dari pukulannya, aku segera bangkit dan menusukkan tombak ke arah kunti yang sedang melayang turun.
Sejalur sinar gelap, meluncur ke arah tubuh si kunti merah. Aku berpikir, dalam keadaan turun, pasti akan susah baginya untuk menghindari tusukan tombakku.
Tapi, sekali lagi, perkiraanku salah besar.
Dengan lincahnya, dia bisa berkelit ke samping dan membalas melontarkan pukulan padaku.
Tangan kiriku kupukulkan ke depan, memapak pukulannya itu.
Sementara tangan kananku bermaksud membabatkan tombak ke tubuh si kunti.
Baru saja tombakku bergerak 10 cm, aku tak bisa meneruskan gerakan tombak itu. Seperti ada yang menahannya.
Saat kuperhatikan, ternyata rambut kunti itu sudah melibat tombakku.
Pantesan ga bisa digerakin..
Dengan sekuat tenaga, aku tarik tombakku ke bawah.
BREETTT…
Suara rambut yang terpotong tombak terdengar nyaring.
Kunti itu menjerit dengan suaranya yang Cumiakkan telinga.
Gendang telingaku terasa mau pecah.
Untung sekujur tubuhku terlindungi medan energi.
Di saat kunti itu sedang meratapi rambutnya yang terpapas, aku menyabetkan tombakku ke arahnya.
Sraatttt…..
Tubuh kunti itu terpotong menjadi 2 dan terbakar habis, meninggalkan bau gosong yang memualkan.
Aku menarik nafas lega. Sungguh pertempuran yang melelahkan.
Aku melihat ke sekelilingku..
Zulaikha masih berkutat dengan musuhnya, kunti merah juga.
Mereka menggunakan tangan kosong.
Tapi tampak bahwa Zulaikha sudah di atas angin. Tinggal menunggu waktu saja untuk memghabisi kunti itu.
Dan benar saja, tak lama kemudian, terdengar jeritan kunti itu. Rupanya, sebelah tangannya terbabat putus oleh sabetan tangan Zulaikha.
Ssmbil menahan sakit, tampak bibir kunti itu komat-kamit.
Zulaikha menerjang kunti itu, dengan telapak tangannya yang berpendar oleh energi pukulan yang siap dilontarkan.
Saat itulah timbul angin puting beliung yang memenuhi tempat itu.
Zulaikha yang sedang menerjang kunti itu, gerakannya tertahan oleh putaran angin itu, dan terlempar kembali ke belakang.
Aku sampai jatuh terduduk terhempas angin itu.
Angin itu perlahan mereda. Aku bangkit berdiri…
Dari pusat angin puting beliung yang semakin melemah itu, tampaklah sesosok bayangan yang turun perlahan. Sosoknya terlihat tinggi besar dengan badan yang penuh otot.
Wajahnya belum terlihat jelas…karena gelapnya malam.
Siapa sosok itu?
Kehadirannya begitu menakutkan…