SANG PAMOMONG episode 79

Chapter 79

Malam itu terasa panas.. Perasaanku juga ga enak… Seperti akan terjadi sesuatu. Atau memang karena mendung, yang membuat badan rasanya gerah?
Aku masih sibuk mengerjakan tugas kuliah. Biar ga terlalu gerah, aku menghidupkan kipas angin.
Dengan penuh konsentrasi, aku mulai menggambar di meja gambarku.
Sampai pukul 10 malam, mataku sudah capek rasanya. Melihat angka di penggaris saja sudah buram… Lelah ini….
Aku mengakhiri kegiatanku dan keluar menuju teras.
Baru saja mau duduk di teras, hpku berbunyi…
Ada panggilan masuk… Kulihat di layar tertera nama Om Maman. Tumben, malam-malam gini Omku nelpon.

“Halo, assalamu’alaikum Om..?’
” Wa’alaikum salam….!”
“Ada apa om..tumben nelpon malam2?”
‘Gini Ji… Nenek tadi jatuh di kamar mandi, dan ketika mau Om bawa ke rumah sakit, nenek menolak!”
“Astaghfirullah, trus keadaan nenek gimana Om?”
“Nenek sekarang hanya berbaring di tempat tidur!”
“Om udah ngabarin bapak?”
“Udah…sekarang ayahmu sedang dalam perjalanan ke sini sama Anin!”
“Oh giru ya Om…. Aku juga tak langsung ke situ aja dari kostan…!”
“Kalau itu maumu, ya ga papa. Hati-hati di jalan!”
“Siap Om. Assalamu’alaikum..!”
“Wa’alaikum salam…!”

Aku bergegas menuju kamar Desi, menceritakan semua yang terjadi dan menitipkan kamar kost.
Desi bersikeras mau ikur, tapi aku melarangnya karena perjalanan yang jauh, dan dia mesti jagain Renita yang masih baru di situ.

Setelah sedikit perdebatan, akhirnya Desi mengalah. Maka berangkatlah aku sendirian dengan mengendarai motor, berangkat jam 23.00.
Kuperkirakan, akan sampai di tempat nenek pukul 4 pagi.
Ketika melewati pom bensin, aku mengisi bensin full tank, supaya ga kehabisan bensin di jalan.
Modal nekat saja pokoknya, karena aku belum pernah menuju rumah nenek langsung dari koztku.
Setelah 2 jam perjalanan, pantat mulai panas, dan pinggang pegal.
Aku berhenti di sebuah mushola, dan beristirahat di sana.
Stengah jam beristirahat, aku cabut lagi melanjutkan perjalanan.
Jalanan terlihat lengang, karena aku memang memilih jalur kecil.
Melewati kabupaten demi kabupaten, melewati persawahan yang gelap…
Untunglah ga ada halangan di jalan, walaupun sempat kesasar juga.
Sesuai perkiraaanku, aku sampai pukul 4 lewat…gara2 nyasar.

Di rumah nenek sedang ramai orang mendirikan tenda.
Apakah aku sudah terlambat?
Apakah nenek sudah…..
Berbagai pikiran berkecamuk di kepalaku.

Aku memarkirkan motor dan segera berlari masuk rumah. Semua keluarga sudah berkumpul, termasuk bapak dan Anin. Mereka berdiri menghadapi sebuah meja besar. Di meja besar itu, terbaring sosok nenek yang masih berpakaian lengkap. Wajahnya tampak pucat, namun bibirnya tersenyum.
Beliau sudah tiada… Tak terasa air mata menganak sungai di wajahku.
Membuat pandanganku kabur.

“Selamat jalan nek… Semoga nenek khusnul khotimah.” gumamku.

Lalu aku mendekati jenazah nenek dan mencium dahinya.
Seseorang menepuk bahuku dan berkata..

“Ikhlaskan Nenek Ji… Beliau sudah tenang di alam sana.’ terdengar suara bapak yang bergetar penuh kesedihan.
Aku berbalik dan memeluk bapak, lalu menangis di pelukannya dalam diam.
Satu lagi orang yang kucintai meninggalkan aku.
Rasanya baru kemarin aku bercakap dengan beliau, dan diberi amanah berupa mata tombak hitam.

“Akan kuingat selalu semua nasehatmu Nek… !” bisikku dalam hati.

Seluruh anggota keluarga merubungiku. Aku menyalami mereka semua.
Saat berhadapan dengan Om Maman, kami saling berpandangan dan kemudian berpelukan.
Om Maman menepuk-nepuk bahuku.

“Maafkan jika ada kesalahan nenek ya?’ kata Om Maman.
“Iya Om…!” jawabku pelan.

Sehabis sholat subuh, jenazah nenek dimandikan.
Penguburan rencananya diadakan jam 9, menunggu makam selesai digali.

Banyak tamu yang melayat dan mengucapkan bela sungkawa.
Setelah disholatkan, jenazah nenek dibawa ke pemakaman. Aku ikut menggotong keranda itu sampai ke pemakaman.

Akhirnya nenek dimakamkan, seluruh keluarga merasa sangat kehilangan.
Aku merasa sangat kehilangan, karena nenek sangat sayang padaku.
Tapi aku harus ikhlas…. Semua sudah jadi kehendak-NYA.
Semoga nenek tenang di alam sana.

Selamat jalan Nek…

Malam setelah wafatnya nenek, diadakan pengajian, yang rencananya akan dilaksanakan hingga 7 hari.
Banyak orang yang ikut mendoakan nenek, dan itu membuatku sangat terharu.

Usai pengajian, kami berkumpul di ruang keluarga. Bapak, aku dan Anin hanya bisa disitu sampai 3 hari kematian nenek, karena memang ada kesibukan yang tak mungkin ditinggalkan.
Om Maman mengerti akan hal itu.
Pakdhe, papanya Mbak Dinda hanya bisa mengucapkan bela sungkawa lewat telepon, karena posisinya yang di luar pulau. Lagi pula, pakdhe ini dari garis bapakku, bukan dari garis ibuku. Jadi tidak ada keharusan untuk datang.

Malam itu, jam 9 malam aku sudah tidur. Asli ngantuk banget…dari kemarin ga tidur sama sekali.
Aku tidur di kamar tamu bareng bapak. Sementara, Anin tidur bareng si kembar.

Aku bermimpi bertemu dengan nenek. Beliau memandangku sambil tersenyum dan melambaikan tangannya padaku.
Aku berusaha menghampirinya, namun tak dapat mencapainya.
Aku lalu berlari agar bisa mendekati beliau. Beliau hanya diam di tempat, namun aku tak mampu mendekatinya. Padahal aku sudah berlari secepat mungkin.
Perlahan wujud nenek menghilang, meninggalkanku dalam kesendirian.
Dan aku terbangun…
Jam 3 pagi… Aku bangkit dan menuju ke kamar mandi. Ambil wudhu lalu sholat malam.
Setelahnya, aku mengirim doa untuk nenek.

Kehilangan adalah sesuatu yang berat. Namun kehilangan adalah sebuah keniscayaan.
Siapapun pasti akan merasakan kehilangan itu.
Tapi bisa mengikhlaskan kehilangan itu, adalah suatu kebanggaan tersendiri.


SANG PAMOMONG

SANG PAMOMONG

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Dalam kepercayaan Jawa, bayi yang baru lahir, didampingi oleh sosok PAMOMONG. MOMONG dalam khasanah bahasa Jawa, artinya Mengasuh. Nah..sosok Pamomong itu bisa juga disebut sebagai PENGASUH. Sosok Pamomong adalah sosok.ghaib yang hanya bisa dilihat oleh sang jabang bayi. Kadang kita melihat bayi yang ketawa-ketawa sendiri, sambil matanya melihat ke atas. Dipercaya, bahwa saat itu, sang bayi sedang diajak bercanda atau bermain oleh Pengasuhnya. Dari kepercayaan tersebut, cerita ini terlahir. Sebuah kisah fiksi yang akan menceritakan tentang seseorang yang sampai masa dewasa bisa melihat dan berkomunikasi dengan Sang Pamomong. Semoga bisa menghibur para reader semua.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset