Mataku terpejam, tak kuat menantang cahaya itu.
Aku merasa seperti dihempaskan ke atas sebuah benda yang empuk.
Lalu tenang…sepi….
Hanya ada suara tiiitttt..tiiittt….
Suara apa itu? Itu pasti bukan suara hp… Aku yakin.
Atau itu suara truck yang sedang mundur?
Aku mencoba membuka kedua mataku…
Tapi terasa begitu berat…begitu sulit. Seolah kelopak mataku dibebani sesuatu yang berat.
Aku memaksa mataku untuk terbuka….
Ughhhh…..beratnya….
Tapi perlahan aku bisa membuka mataku.
Yang kulihat pertama adalah bayang-bayang buram…dan ada cahaya di sana.
Perlahan, penglihatanku jadi normal, dan baru aku bisa melihat bahwa yang kulihat blur tadi adalah eternit dengan lampu di tengahnya.
Eternit kamar siapa ini? Aku mencoba menoleh ke samping…ada cardiogram disana.
Oh…itu bunyi yang kudengar tadi?
Lah…ini di hidungku ada apanya ya?
Kok kerasa ganjel-ganjel ga enak gitu…
What…??? Alat bantu pernafasan?
Berarti…berarti…aku di rumah sakit dong….
Sakit apa sih aku ini? Apa gara-gara pertempuran kemarin?
Ini apa yang nempel di tangan sih… Kok hangat dan kenyal gini?
Oh…ternyata itu tangan yang menggenggam telapak tanganku.
Tangan…??? Tangan siapa coba?
Ada tubuhnya apa nggak ya?
Kutelusuri tangan itu dengan pandanganku…
Sampai di lengannya…oh..dia berpakaian putih…
Terus kutelusuri ke atas lengannya…lah..ada rambut di situ.
Kepala ..iya kepala…tapi ga kelihatan wajahnya…
Cuma rambutnya yang tergerai di tepi ranjang, di samping tubuhku…
Otakku segera membuat hipotesa dengan fakta-fakta yang ada…
Ada tangan….baju putih….rambut tergerai…
Waaa….jangan jangan itu kuntilanak….
Tapi kok ga gerak2 ya? Malah kedengaran dengkur halus…
Oh..kuntllanaknya lagi tidur…
Aku mencoba melepaskan tanganku dari genggamannya. Siapa sih yang mau tangannya digenggam sama kuntilanak? Hiii….ga asik banget deh.
Tapi tanganku susah sekali buat digerakkan…
Seolah kaku dan tak ada aliran darahnya.
Aku berusaha keras menggerakkan tanganku. Aku harus lepas dari kuntilanak ini…bagaimanapun caranya.
Dengan membaca Bismillah, aku memusatkan seluruh perhatian dan tenagaku untuk meggerakkan tangan itu.
Ahh…berat sekali… Tapi aku tak menyerah…
Kucoba lagi…sampai… Yeah….jariku bisa bergerak…HOREE…
Tapi gerakan jariku membangunkan “kuntllanak” itu. Tampaknya dia kaget merasakan pergerakan jariku.
Arghhhh….ketahuan dah…..
“Kuntilanak” itu tersentak dan kepalanya menegak. Aku memejamkan mata..tak ingin melihat wajahnya yang pastinya serem.
Aku pura-pura tidur aja…
“Kunti” itu membolak-balik tanganku…dan jariku terasa bergetar dan bergerak-gerak.
“Ahhh…..!” kudengar jeritan kecil dari “kunti” itu.
Kemudian kudengar suara “cklik’ dan…
” Dokter…Bayu Satriaji sudah ada pergerakan di tangan… Tolong segera kemari dok…!”
Suaranya merdu, dan kenapa memanggil dokter?
Aku membuka mata sedikit, mengintipnya…
Kulihat dia sedang menghadapi.intercom dan berbicara pada dokter jaga agaknya.
Masa sih…kunti laporan ma doktet?
Aku menatap.lekat-lekat punggung dengan pakaian putih itu.
Rapat…bukan sundel.bolong.
Saat sosok itu membalikkan badan, aku memincingkan mata…
Melihat seraut wajah cantik uang ga ada serem-seremnya seperti dugaan awalku. Dia melihatku dengan tersenyum…
“Mas…cepet sadar ya…? Aku kangen….!”
Ah…suara ini… Ini suara Desi…
Jadi yang kukira kunti tadi ternyata Desi.
Aku berusaha memanggilnya…
“De….de…de….si…..!”
Desi dalam balutan baju putihnya terbelalak menatapku…
Dia segera meraih tanganku…
“Mas…mas Aji… Apa tadi mas memanggilku?”
Belum sempat aku menjawab, pintu ruangan terdengar terbuka.
Tampak seorang dokter dan perawat cantik datang menghampiriku.
Segera dilakukan pemeriksaan standar… Mendengar detak jantung, merasakan denyut nadi, menyenteri bola mata, dan pengukuran tekanan darah.
Lalu dokter itu berkata pada Desi..
“Tampaknya, daya hidup saudara Bayu ini sudah meningkat drastis. Ini sebuah kabar yang sangat baik. Tapi dia masih dalam kondisi kritis… Tapi melihat perkembangan yang terjadi, dia akan segera sadar…!” kata dokter itu.
‘Terima kasih dokter…?”
Dokter itu lalu permisi keluar, diikuti perawat cantik tadi…
Desi menghampiriku lagi dan menggenggam tanganku.
Kubalas genggaman.tangannya dengan lemah.
Kondisiku betul-betul sangat lemah..
Bahkan sekedar menggerakkan jari saja perlu usaha ekstra keras.
Tapi aku bahagia, menemukan Desi di sampingku.
Hari-hari berikutnya, aku sudah mulai bisa bergerak dan sedikit berbicara.
Aku sudah benar-benar sadar sekarang…
Desi dengan sangat telaten mengurusku..
Menyuapi makanku yang masih harus bubur, dan masih dibantu oleh infus.
Bapak, Anin dan mbak Dinda terlihat sangat senang melihat kemajuanku.
Bapak mengelus kepalaku sambil tersenyum. Wajahnya tampak.bertambah tua…
Maafkam anakmu ini Pak… Sudah membuatmu khawatir.
Anin sangat senang dan selalu mengajakku ngobrol. Walaupun sebenarnya dia saja yang bicara…haha.
Mbak Dinda bergantian dengan Desi menungguku.
Anin, mbak Dinda sudah sangat akrab dengan Desi.
Apalagi saat.ketemu Renita, Anin kelihatan sangat akrab dengannya.
Kapan mereka kenalan yak?
Perlahan tapi pasti, kesehatanku makin membaik…
Menurut cerita Desi, aku koma selama 2 minggu, dan saat aku diijinkan pulang, aku sudah genap sebulan dirawat.
Selama itukah aku koma?
Ah..sudahlah… Yang penting sekarang aku dah sehat kembali.
Selama aku dalam perawatan setelah sadar dari koma, bapak sering hilir mudik.darj kotaku ke kota ini.
Kasihan bapak…pasti beliau pontang-panting demi aku…
Maafkan anakmu Pak….
Om Bagas dan tante Fitri juga sering datang menjengukku.
Sekali waktu mereka datang bersama Firda, dan begitu melihatki Firda langsung memelukku dan menangis di dadaku…
“Pssttt…jangan menangis, nanti bajuku basah lho…!” godaku.
Tapi dia tetap saja menangjs…dan disela isak tangisnya itu, dia berkali-kali mengucapkan terlma kasih.
Dino juga sesekali.datang menjengukku…
Bahagia rasanya punya orang-orang yang begitu care padaku.
Setelah dinyatakan sehat, aku diboyong pulang oleh bapak. Untuk masa pemulihan kata beliau.
Ya…nurut aja dah…
Walau terpaksa berpisah dengan Desi.
Tapi semua demi kesehatanku…
Singkat kata aku sudah sampai di kotaku dan boleh dibilang harus istitahat total.
Cuman untungnya ga mesti bedrest… Jadi bisalah sekedar jalan-jalan di halaman atau nongkrong di teras…
Eh…baru inget deh… Kemana Zulaikha dan Saloka?
Kok aku ga lihat mereka ya?
Ada yang aneh nih..
Sejak sadar kok aku ga lihat makhluk astral lagi ya?
Apa kemampuanku hilang?
Syukur deh kalo hilang, jadi bisa hidup normal…kataku menenangkan diri.
Tapi hati kecilku berkata lain… Terasa ada suatu rasa kehilangan yang amat besar…
Rasanya ga rela juga kalo kemampuanku hilang.
Tapi kalau sudah kehendak Allah, mau gimana lagi, selain menerima itu?