Dlmana kami harus mencari Menik…sedangkan auranya tidak bisa dilacak.
Atau dia pulang ke alam ghaib?
Kata Zulaikha, tldak mungkin. Sekalipun ke alam ghaib, pasti masih bisa dilacak auranya.
Pusing…pusing…
Bingung dan bingung adanya…
“Hei…apa dla ngerjain aku dengan menyembunyikan auranya?” tanyaku pada Zulaikha.
Berharap ini hanya ulah iseng Menik.
“Itu juga ga mungkin. Dia belum bisa menyembunyikan auranya 100%… Jadi maslh bisa dilacak…!” kata Zulaikha.
Waduh…semua kemungkinan tampaknya nlhll…
Lalu apa sebenarnya yang terjadi pada Menik?
Aku memanggil Ki Sardulo Seto.
Dia segera muncul di hadapanku.
“Ada apa memanggilku Den?”
“Begini Ki… Kami kehilangan seorang teman kami. Tepatnya adiknya Zulaikha. Tadi dia bersamaku di kampus..Tapi mendadak dia hllang tak tentu rlmbanya. Auranya tak dapat dilacak. Apakah ki Sardulo punya saran?”
“Hmm….!” tampak ki Sardulo terdiam dan berfikir.
“Susah juga kalau auranya tidak bisa dilacak. Coba nanti saya suruh anak buah saya untuk mengendus di kamar ini untuk membaui bekasnya..dan mulai melacak dari kampus Aden…!” kata Ki Sardulo.
“Bisa juga cara itu dicoba… Kapan akan dilaksanakan Ki?”
“Sekarang saya akan memamggil anak buah saya…!”
Ki Sardulo memejamkan mata dan tak lama muncullah sesosok harimau kumbang hitam besar.
“Inilah anak buah saya yang bernama Macan Kombang… Kemampuan melacaknya belum terkalahkan…! Nah, Macan Kombang, baui semua yang ada di sini. Lalu lacaklah bau yang tidak.ada sosoknya di sini…!”
“Grrr ..baik sesepuh….!”
Macan Kombang segera mengendus aku dan Zulaikha… Lalu membaui seluruh kamar…
“Sudah kau temukan bau yang tidak ada orangnya?” tanya ki Sardulo.
“Grr…sudah sesepuh… Bau anak-anak….!”
“Nah…itulah yang akan kita cari.. Ikutlah aku.. Kamu harus mencarinya dimulai dari Sekolah Den Aji….!” kata Ki Sardulo.
“Den Aji cukup di sini saja, menunggu kabar…!” sambungnya.
“Baik Ki….!” jawabku.
Sosok Ki Sardulo dan Macan Kombang segera hilang…
Semoga saja mereka bisa menemukan keberadaan Menik yang raib tanpa jejak.
Untuk sementara, aku hanya bisa menunggu hasil pencarian mereka berdua.
Sambil menunggu kabar dari mereka, aku melakukan sholat Dzuhur dulu, karena sudah masuk waktu.
Selesai sholat, aku berdzikir dan berdoa mohon petunjuk dari Allah SWT, supaya kami bisa menemukan Menik.
Selesai berdoa, kulihat Zulaikha sudah tidak di kamar, entah sedang pergi kemana dia….
Biarlah, nanti kalau Ki Sardulo sudah dapat kabar, aku bisa memanggilnya.
Sekitar jam 2 siang, Ki Sardulo datang, tapi tanpa Macan Kombang.
“Bagaimana Ki? Bisa ketemu?” tanyaku tak sabar.
“Alhamdulillah bisa Den… Gadis kecil itu ditangkap oleh seorang dukun dan disegel pada wadah yang sudah dimantrai, sehingga auranya tidak bisa dilacak…!”
“Sebegitu hebatkah dukun itu, sampai bisa mengalahkan Menik?”
“Sebenarnya Gadis kecil itu punya kemampuan yang tinggi, tapi pengalamannya kurang.. Entahlah, apakah dia kalah atau dia tertipu oleh akal bulus dukun itu, sehingga bisa ditangkap dan dimasukkan dalam wadah bersegel mantra itu!”
“Bisakah Ki Sardulo menunjukkan tenpat dukun itu berada?”
“Baik Den, mari saya antarkan…!”
“Sebentar Ki, aku panggil Zulaikha dulu. Dia juga harus tahu berita ini…!”
Akupun segera memanggil Zulaikha.
JREENNGGG….
Zulaikha muncul di depanku. Wajahnya masih butek aja….mungkin masih memikirkan keberadaan Menik.
Akupun menceritakan tentang hasil penelusuran Ki Sardulo dan anak buahnya..
Wajah Zulaikha terlihat senang mendengar keberadaan adiknya.
“Ayo sekarang kita gempur saja mereka. . !” kata Zulaikha dengan wajah merah menahan emosi.
“Sabar dulu… Kita akan ke sana dengan petunjuk Ki Sardulo dan kita lihat kekuatan mereka, baru kita susun rencana sesuai keadaan…!”
“Ah…lama… Aku udah ga sabar nih..!”
“Secara garis besar, di sana ada puluhan jin yang menjaga rumah itu. Kalau di dalam, ada 4 jin saja, tapi kemampuannya setara denganku.” kata Ki Sardulo.
“Dengan kekuatan penjagaan yang ketat begitu, bagaimana Ki Sardulo dan macan Kombang bisa masuk?” tanyaku.
“Hehe…aku memanggil beberapa anak buahku dan memancing para penjaga itu untuk menjauhi rumah itu. Begitu ada bagian yang lowong, aku masuk dengan menekan auraku sehingga tidak terdeteksi oleh musuh yang di dalam. Di dalam, aku cuma melihat kondisi yang ada, lalu cepat-cepat keluar dan kembali ke sini!”
“Akal yang cerdik Ki…! Tapi dengan adanya peristiwa itu, pasti mereka sekarang lebih waspada…!” kataku.
“Betul juga Den… Kalau memang diperlukan, pasukanku siap Den!”
“Baiklah..mari kita berangkat. .!”
Aku hidupkan motor, bersiap untuk mengikuti Ki Sardulo Seto yang akan menuntun kami ke tempat Menik ditawan.
Saat siap berangkat, Desi muncul dari kamarnya dan menghampiriku.
“Kok kayaknya buru-buru mau kemana Mas?”
“Ada perlu sebentar kok Neng…!”
“Oh…ya sudah. Hati-hati di jalan ya Mas.. Mas sudah makan?”
“Belum…nanti sekalian beli di jalan saja..!”
“Janji ya… Pokoknya jangan telat makan lho…!”
“Siap tuan puteri.!”
Setelah mengecup kening Desi, akupun segera memacu motorku mengikuti Ki Sardulo.
Arah yang dituju Ki Sardulo, adalah arah menuju luar kota.. Kami melewati jalan besar, lalu ketika sampai di luar kota, Ki Sardulo berbelok menyusuri jalan di pinggir sungai besar. Jalan yang tadinya mulus, sekarang menjadi jalan aspal yang rusak, sehingga motorku terpaksa kujalankan pelan-pelan.
Perjalalan jadi lebih lambat…
Setelah perjalanan sekitar 5 km, Ki Sardulo berbelok ke kiri menyeberangi jembatan.
Seberang jembatan adalah wilayah perkebunan yang jauh dari rumah penduduk.
Setelah melewati perkebunan itu, kami masuk ke area hutan pinus…
Pohon pinus yang menjulang tampak kokoh di kiri kanan kami.
Sampai akhirnya kami sampai di sebuah rumah kecil di ujung hutan itu.
Sebuah rumah yang asri di ujung hutan.
Kulihat banyak Jin yang menjaga rumah itu… Ada puluhan Jin yang sedang melayang, berjalan dan mengelilingi rumah ltu.
Aura gelap sungguh terasa di rumah itu…
“Serbuuuu……..!” teriakan Zulaikha terdengar…
Aku kaget… Kok Zulaikha main serbu aja sih ..
Belum hilang rasa kagetku, aku dikejutkan oleh hadirnya puluhan jin wanita yang segera menyerbu jin penjaga rumah.
Pertarungan tak terelakkan lagi…
Kucari-cari, barangkali ada Saloka juga di sana, tapi tak kulihat sosoknya bersama pasukan wanita itu.
Dengan kejam, pasukan wanita itu membantai jin penjaga rumah yang menyambut serbuan mereka.
Jerit kematian berkumandang Cumiakkan telinga. Bau hangus dan busuk teruar kemana-mana.
Aku masih diam tak bergerak, bingung mau ngapain.
Ah..lya, mumpung keadaan chaos, lebih balk aku masuk ke dalam…
Hmm…tapi tunggu dulu, leblh baik aku menunggu 4 jin yg di dalam rumah itu keluar.
Untuk menambah daya gedor, aku memanggil Saloka dan Nyi Anjar.
Seketika mereka hadir di depanku.
Saloka begitu melihat pasukannya bertempur, segera terjun ke gelanggang…
Suasana makin tak terkendali.. Jin musuh cuma bisa bertahan, jumlah mereka sudah berkurang banyak.
Di saat tinggal menunggu kekalahan, bala bantuan mereka datang. 2 jin dengan aura gelap yang kuat muncul membantu. Sosoknya hitam besar dan tinggi, dengan mata menyorot merah menyala.
Zulaikha dan Saloka segera menyambut kedatangan dua makhluk itu. Segera mereka terlibat pertarungan yang seru.
Sebenarnya, aku ingin melihat pertarungan mereka, namun ini saatnya untuk menyusup ke sarang musuh.
Perhitunganku, di dalam masih ada 2 jin yang kuat ditambah dukun.
2 jin itu biar dihadapi oleh Ki Sardulo dan Nyi Anjar, sedang aku akan menghadapi dukun itu.
Segera, aku mengajak Ki Sardulo Seto dan Nyi Anjar untuk masuk ke rumah itu. Dengan sebuah tendangan samping, aku dobrak pintu rumah itu…yang ternyata ga dikunci…
Menyia-nyiakan tenaga saja…
Aku segera menghampiri dukun itu yang sudah siap dengan sebilah keris berluk 9. Keris dengan pamor hitam yang menggidikkan…
Aku segera mengeluarkan tombak kyai Cemeng yang tak kalah hitam…
The battle is begin…