SANG PAMOMONG episode 94

Chapter 94 : What's A Surprise?

Hari demi hari berlalu, berjalan seperti biasa… Perubahan yang ada hanya tingkah Menik tak setengil biasanya. Walaupun masih sering ngerjain, tapi masih dalam batas toleransi.
Hubunganku dengan Desi juga baik-baik saja… Aku sudah tak pernah mengantar Renita kuliah, karena ada temen seangkatannya yang kost di tempat kami.
Aku bisa lebih fokus kuliah dsn menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang semakin banyak.
Yah…kehidupan normal yang biasa saja ..
Sampai ujian semester berlalu, dan liburan semester kugunakan untuk pulang ketemu bapak dan Anin.
Sesekali jalan dengan janda kembang nan mempesona, mbak Tanti….

Liburan semester yang cuma 2 minggu terasa singkat… Aku harus kembali ke kost lagi dan sibuk kuliah lagi.

Tapi seneng juga ketemu Desi dan Renita lagi…hehe…
Semester ini, Desi menjalani KKN… Dan KKN itu di daerah yang terpencil. Aku ikut mengantarkan dia ke tempat KKN itu…
Desa yang asri di lereng sebuah perbukitan… Suasananya masih alami… Perjalanan menuju tempat itu kami tempuh dalam 4 jam.
Desi bersama 8 temannya disambut dengan baik di desa itu.
Masyarakatnya ramah, dan sangat antusias menyambut peserta KKN.
Setelah selesai acara penyambutan, aku balik lagi ke kost.
Berat rasanya meninggalkan Desi di tempat itu… Tapi mau bagaimana lagi?
Sebetulnya aku ingin meninggalkan Menik untuk menjaga Desi, tapi tingkahnya yang angin-anginan membuatku tak jadi meninggalkan Menik. Aku minta tolong Ki Sardulo untuk meninggalkan satu anak buahnya untuk menjaga Desi, jadi aku bisa tenang meninggalkannya.

Setiba di kost, aku merasakan ada yang kurang. Yah…bagaimanapun kepergian Desi untuk KKN, membuatku bakal kesepian di kost.
Kami akan jarang bertemu…dan di tempat KKN sinyal provider sangat lemah… Fyuh…aku mesti membiasakan diri tanpa Desi.

Malam itu, selepas sholat ‘Isya, aku berdiam di kamar… Menyeduh kopi dan merokok dalam kamar sambil melamunkan Desi… Padahal belum juga sehari berpisah kok dah kangen ya?

Tok…tok..tok…

Suara ketukan di pintu menyadarkanku dari lamunan.

“Siapa…?” tanyaku.
“Aku mas…Reni…!”
“Oh…kamu Ren.. Masuk aja, ga dikunci kok…!”

Pintu terbuka dan masuklah Renita dengan hanya pake tanktop dan celana pendek… Memperlihatkan kemulusan tubuhnya….

“Lagi sibuk ga Mas…?”
“Enggak… Ada apa Ren…?”
“Ga papa… Pengin main aja ke sini. Di kamar suntuk sendiri… Biasanya sama teteh…!”
“Ya sudah… Duduk aja di sini… Aku lagi ga sibuk kok. Gimana kuliahmu?” tanyaku berbasa-basi.
“Yah…lancar sih Mas… Walaupun semakin ke sini semakin sulit aja rasanya…!”
‘Ga ada yang sulit kok… Asal kamu rajin kuliah dan ngulangin di kost. Trus kalo ada yang ga paham, diskusikan sama temenmu…!”
“Iya Mas… Gimana tadi nganter Teh Desi.. Tempatnya jauh ya Mas?”
‘Lumayan lah… 4 jam perjalanan. Dan sinyal di sana susah banget…!”
“Oh ..makanya aku hubungin dari tadi ga connect mas… Jadi ga bisa curhat sama Teteh deh….!”
“Ya curhat sama temenmu kan bisa… Eh..iya, kalau mau minum buat sendiri aja ya?”
‘Siap Mas… Kayak ga pernah kesini aja deh…!”

Kami ngobrol sampai jam 10 malam, dan Renita pulang ke kamarnya.

Aku segera bersiap untuk tidur…besok ada kuliah pagi.

Sekarang Renita jadi sering main ke kamarku, membuatkan kopi tiap pagi dan ngobrol denganku di waktu senggang.
Komunikasi dengan Desi, boleh dibilang terputus karena ga bisa menghubunginya. Paling aku memanggil anak buah Ki Sardulo yang bertugas menjaga Desi untuk kutanyai tentang kegiatan Desi di sana.

Malam minggu yang mendung…
Ga kemana-mana, cuman manyun di kostan. Tugas kuliah sudah selesai sebagian…besok lagi ahh… Capek…

Aku bengong di teras kamar kost sambil memandang mendung yang semakin tebal.

‘Hayo ngapain… Bengong aja Mas?’
“Eh..kamu Ren… Lagi jenuh nih… Jadi bengong deh…!”
“Ga keluar Mas? Ke tempat Dino atau Firda gitu?”
“Lagi males nih…. Pengin di kost aja. Kamu ga keluar…?”
“Ga ah… Males, lagian mendung gitu…!”

Hujan mulai turun rintik-rintik… Lalu semakin deras…

“Aku buatin kopi ya Mas…?” tanya Renita.
“Boleh Ren… Pas nih, ujan gini ngopi…!”

Renita segera masuk ke kamarku dan membuat dua gelas kopi.
Setelah jadi, dia membawanya ke teras dan memberikannya padaku.

“Bentar mas…aku ada camilan di kamar, biar aku ambil.dulu!” katanya sambil berlalu ke kamarnya.

‘Sekalian pake jaket…biar ga kedinginan…!” teriakku.

Tak lama Renita datang membawa camilan dan….masih pakai tanktop gan….
Jadi enak.nih mata…..

Sambil ngopi dan makan camilan kami ngobrol tentang berbagai macam hal.
Hujan semakin deras, malam semakin larut…
Karena dingin semakin menggigit, kami memutuskan ngobrol di kamar.
Gelas kedua sudah kami nikmati… Obrolan merembet kemana-mana..sampai…

“Mas…tahu ga kenapa aku nerusin kuliah di sini?’
” Ya mungkin biar deket sama tetehmu…!” jawabku.
“Yey…bukan itu Mas… Itu sih alasan yang kuberikan pada abah dan ambu, supaya boleh kuliah di sini!”
“Lha emang alasan sebenarnya apa? Kamu suka sama kota ini?”
“Suka banget. Tapi bukan itu alasan utamanya!”
“Trus apa dong alasannya….?”
“Kalau mau jujur…. Alasan utamanya adalah…………………………kamu mas!” sahutnya sambil menunduk.

Aku…? Kok aku sih yang jadi alasan utamanya?
Maka muncullah berbagai pertanyaan dan spekulasi dalam otakku…

“Aku….???? Kok aku sih alasan utamanya?” tanyaku tak percaya.

Renita masih menunduk dan memainkan jari tangannya. Entah apa yang ada dalam fikirannya… Entah…


Sletingnya Bapi, semuanya berawal dari Sleting

Sletingnya Bapi, semuanya berawal dari Sleting

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2015 Native Language: Indonesia
cerita tentang Sleting, Sletingnya si BapiGara-gara Sleting si Bapi punya sahabat!Gara-gara Sleting si Bapi jadi artis di kelas!Gara-gara Sleting si Bapi jadi ketua kelas! , dan Gara-gara Sleting si Bapi punya pacar yang ... gitu deh

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset