SANG PAMOMONG episode 95

Chapter 95 : Guna-guna

Aku….???? Kok aku sih alasan utamanya?” tanyaku tak percaya.Renita masih menunduk dan memainkan jari tangannya. Entah apa yang ada dalam fikirannya…

Tak berapa lama kemudian, Renita mengangkat wajahnya dan memandangku.

“Mas inget waktu pertama kali aku ke sini setelah kasus pelet itu? Ya..sejak aku bertemu dengan kamu pertama kali itulah, aku merasakan suka padamu,Mas!
Bahkan saat itu Mas belum jadi pacar Teh Desi kan? Mas baru sebagai teman kost Teh Desi khan?”

“Iya…aku ingat, memang waktu itu aku belum jadi pacar Desi!”
“Dan kamu tahu Mas, betapa remuk hatiku saat teh Desi mengakui Mas sebagai pacarnya di hadapan abah dan ambu? Aku benar-benar patah hati saat itu. Aku down… Tapi apa mau dikata, semua sudah terjadi. Dan aku sayang banget sama teh Desi. Maka aku menutup rapat-rapat perasaanku, agar teh Desi ga tahu.”
“Hmm…lalu kenapa kamu cerita sama aku sekarang?”

Renita menghapus air mata yang mengalir di pipinya yang putih kemerahan…

“Aku tersiksa memendam rasa ini Mas. Sampai sekarang, aku tak bisa membunuh rasa ini. Jadi, aku ungkapkan saja rasaku ini pada Mas Aji, agar aku lebih lega… Paling tidak, aku sudah mengungkapkan perasaan ini, walaupun tak terbalas!”
“Yah…mau bagaimana lagi Ren, hatiku sudah jadi milik tetehmu. Jadi, kalau bisa, ubahlah rasa sayangmu menjadi rasa sayang seorang adik pada kakaknya…!”
“Sudah kucoba Mas..namun semakin kucoba, hatiku semakin berdarah Mas. Aku belum bisa mengubah perasaan itu Mas. Kucoba untuk dekat dengan cowo teman kuliah, tetap saja bayanganmu yang hadir Mas… Aku belum bisa…!” keluhnya. Air mata semakin membanjiri pipinya.

Aku meraih tangannya, menggenggamnya, memberinya kekuatan.
Renita menatapku dengan mata yang penuh air mata… Menggigit bibirnya.
Wajahnya terlihat sendu..
Kuhapus air mata yang mengalir di pipinya..dan aku tersenyum padanya, sekedar menguatkannya..

Renita memandangku dan kemudian menghambur ke dalam pelukanku. Aku memeluknya dan mengelus rambut panjangnya yang wangi.
Aku kasihan padanya, namun tak bisa menerima cintanya…
Renita masih menangis di pelukanku..
Lama-lama tangisnya mereda dan terdrngar dengkur halusnya… Tampaknya dia tertidur. Aku membiarkannya tertidur dalam pelukanku. Hingga saat malam semakin larut, aku membangunkannya untuk pindah ke kamarnya. Namun aku dipaksanya untuk mengantarkannya menuju kamarnya.
Ya sudahlah…turuti saja.
Hujan sudah berhenti..aku meringkuk di kamarku berbalut sarung untuk menghangatkan tubuhku.
Kejadian tadi cukup menguras emosiku.. Untunglah, aku masih bisa menahan diri…kalau tidak….para reader pasti akan bersorak…..

Esok paginya aku berkendara menuju ke tempat KKN Desi.. Sekedar membawakan oleh-oleh, dan mengobati kangen yang menggumpal di dada. Renita memaksa ikut dan jadilah kita berboncengan menuju tempat itu.

Sesampainya di tempat KKN, ternyata sedang ada sedikit keramaian.
Di depan rumah tempat base camp mahasiswa banyak orang yang berkumpul di situ.
Suasana kelihatan rame banget.
Desi segera menghampiriku, mencium tanganku, lalu cipika cipiki dengan Renita.

“Kok rame banget ada acara apa neng?” tanyaku.
“Ada yang sakit mas…!” kata Desi
“Sakit apa emang, kok sampai segitu ramenya sih?”
“Mas lihat sendiri aja yuk… Aku aja ga tega lihatnya…!” ajak Desi.

Kami bertiga mendekati kerumunan orang-orang yang tengah ramai berkumpul itu.
Aku mendengar keluhan kesakitan dari dalam.
Aku mencoba menguak kerumunan orang itu untuk melihat si sakit.
Ada seorang mahasiswa yang terkena penyakit aneh. Tubuhnya bengkak dan bernanah..
Mulutnya tak henti-hentinya mengaduh karena rasa sakit yang dideritanya.

Ada juga seorang wanita dengan stetoskop sedang memeriksa si mahasiswa yang sakit.

Kucoba menajamkan mata batinku..untuk melihat apakah itu penyakit biasa atau penyakit akibat hal ghaib.
Hanya untuk memastikan saja…

Dan benar dugaanku, ada aura gelap menyelimuti tubuh mahasiswa itu. Wah…ada yang ga beres ini…
Sepertinya ini penyakit karena hal ghaib, bukan penyakit biasa.

Sementara itu si wanita berstetoskop, mungkin seorang dokter atau bidan, aku ga tahu…hanya menggelengkan kepalanya.

“Dari pemeriksaan sementara, semua normal. Tidak ada gejala penyakit apapun…!” kata wanita itu pada seorang pria setengah baya di dekatnya.

“Siapa pria itu?” bisikku pada Desi yang sudah berada di sampingku.
“Pak Kades….!” jawab Desi sambil berbisik juga.
“Oh…. Ga ada dosen pembimbing?”
“Besok beliau datangnya…!”

Setelah melakukan pemeriksaan, dokter wanita itu memberikan sebungkus obat untuk diminum si sakit.
Setelah itu, dengan diiringi pak Kades, dokter itu keluar dari ruangan dan pergi dari situ.

Warga yang berkerumun mulai pergu satu demi satu meninggalkan tempat itu.
Akhirnya hanya tersisa para Mahasiswa KKN yang kebingungan melihat temannya sakit.
Mereka meminumkan obat yang diberikan tadi, dan tak berapa lama kemudian rintihan si sakit mereda.
Satu jam kemudian si sakit sudah terlena dalam tidurnya.

Siang yang mendung, dan seorang mahasiswa tergeletak karena sakit. Mahasiswa yang lain saling bertanya, siapa yang akan menjaga si sakit.
Karena bagaimanapun juga, program yang telah disusun harus tetap dilaksanakan.

“Tidak bisakah kita rehat sejenak hari ini untuk menjaga si Alvin?” tanya seorang mahasiswi.
“Bagaimanapun program kita harus diselesaikan. Kita kemarin sudah libur sehari karena Alvin sakit… Masa kita harus libur lagi hari ini?”

Aku hanya mendengarkan perdebatan mereka tanpa bicara. Aku bukan siapa-siapa di sini.
Namun melihat perdebatan mereka yang tak kunjung usai, aku jadi geregetan sendiri.

“Ehmm…boleh aku usul mas dan mbak?” tanyaku menyela perdebatan mereka.
“Emm..kamu cowonya Desi ya? Coba kita dengar apa usulmu?” kata seorang mahasiswa.
“Begini mas…mbak… Silahkan kalian semua meneruskan pelaksanaan progran kalian itu, dan aku, desi, serta adiknya ini yang akan menjaga teman kalian si Alvin ini. Tapi dengan syarat, hanya sampai jam 4 sore. Bagaimana?”
“Hmm…boleh juga. Oke kawan-kawan, sudah ada yang menjaga Alvin. Kita bisa melanjutkan program kita. Nah..mas..emm…”
“Aji…!”
“Iya, mas Aji, sebelumnya terima kasih sudah mau membantu kami. Jika terjadi apa-apa, kami ada di sebelah utara desa ini!” kata salah seorang mahasiswa itu kepadaku.
“Oke mas .. Sama-sama!” jawabku.

Maka mulailah mereka mempersiapkan peralatan mereka. Saat itulah adzan dzuhur terdengar..
Mereka segera sholat, makan dan langsung bergegas pergi, meninggalkan kami bertiga dengan Alvin yang sedang merintih.
Tampaknya dia terbangun dari tidurnya.

Setelah semua pergi, aku bilang pada Desi untuk mengajak Renita keluar, karena aku akan mengobati Alvin.
Kukatakan pada Desi bahwa Alvin terkena guna-guna. Desi tampak terkejut, tapi dia segera paham maksudku.

“Hati-hati mas .. Aku ga pengin kamu kenapa-napa!”

Aku hanya tersenyum dan mengelus rambutnya. Desi mengecup bibirku sekejap, dan mengajak Renita keluar ruangan.
Tinggallah aku sendiri dengan Alvin yang tengah merintih.
Aku mendekati pembaringan Alvin.
Mulutku mulai mengucapkan…. A’udzubillahim minnasy syaithonnir rojim….. Bismillahhir rohmanir rohimm…

Kulanjutkan dengan bacaan ayat-ayat suci dengan penuh keyakinan dan kepasrahan pada Allah SWT.

Zulaikha dan Menik sudah bersiaga di sampingku. Siap menjaga terhadap segala kemungkinan yang mungkin terjadi…

Kusalurkan energi batin dan tenaga dalam menyelubungi seluruh tubuhku.
Kuletakkan telapak tangan kananku di atas tubuh Alvin, kira-kira 5 cm di atas tubuhnya. Kusalurkan energi batinku keluar, dan dari tanganku berpendar cahaya kebiruan yang menerpa tubuh Alvin.
Tubuh Alvin tampak tersentak ke atas dan terbanting lagi ke kasur.
Perlahan dari ubun-ubunnya keluar segumpal asap berwarna hitam…yang akhirnya membentuk sebuah sosok….
Perlahan sosok itu semakin terlihat jelas dan semakin jelas..


SANG PAMOMONG

SANG PAMOMONG

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Dalam kepercayaan Jawa, bayi yang baru lahir, didampingi oleh sosok PAMOMONG. MOMONG dalam khasanah bahasa Jawa, artinya Mengasuh. Nah..sosok Pamomong itu bisa juga disebut sebagai PENGASUH. Sosok Pamomong adalah sosok.ghaib yang hanya bisa dilihat oleh sang jabang bayi. Kadang kita melihat bayi yang ketawa-ketawa sendiri, sambil matanya melihat ke atas. Dipercaya, bahwa saat itu, sang bayi sedang diajak bercanda atau bermain oleh Pengasuhnya. Dari kepercayaan tersebut, cerita ini terlahir. Sebuah kisah fiksi yang akan menceritakan tentang seseorang yang sampai masa dewasa bisa melihat dan berkomunikasi dengan Sang Pamomong. Semoga bisa menghibur para reader semua.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset