Yah..walaupun agak kecewa juga karena ga tergoda….
Eh..masih ada yang ingat dengan mbak Dinda ga? Itu lho, kakak sepupuku yang cantik dan pintar. Yang ngasih aku motor… Masih ingat khan? Kalau ga inget mah kebangetan….
Nah, sekarang khan hari Sabtu, waktunya libur kuliah, tapi tugas ga libur…
Pagi itu, mbak Dinda nelpon aku. Dan bilang, kalo ga ada acara, siang nanti suruh datang ke kostnya.
Dan karena yang menelpon adalah kakak sepupu tersayang, mau ga mau, ya harus kesana. Daripada motor ditarik….
Abaikan…dia terlalu baik untuk berbuat itu.
Pukul 10 menjelang siang, aku dah sampai di kostnya.
Masih seperti dulu kostnya… Megah dan mahal….hehe.
Kulihat ada seorang cowo ganteng di depan kamar kost mbak Dinda. Duh…jangan2 leasing tuh….
Aku segera turun dari motor dan menuju ke kamar mbak Dinda.
“Misi mas… Mbak Dindanya ada?” tanyaku pada cowo itu.
“Ada…tapi dia pesen, kalo ada tukang kredit, suruh balik besok lagi…!” katanya dengan wajah serius.
“Oh..gitu ya Mas? Kalo begitu saya permisi mas… Saya kembali besok saja…!” sahutku, lalu berbalik dan berjalan menuju motor.
Eits…tunggu. Kayaknya ada yang salah nih. Aku khan sepupunya mbak Dinda, dan bukan tukang kredit….
Aku berbalik kembali ke kamar mbak Dinda. Di situ sudah ada mbak Dinda yang senyum-senyum ga jelas, dan cowok itu memandangku sambil menahan tawa.
Owh …jadi gitu cara mainnya? Tunggu pembalasanku nanti…
‘Loh..kamu Ji.. Udah datang kok mau balik lagi?” sapa mbak Dinda.
Aku cuma mengangkat bahu sambil melirik pada cowo.itu dengan lirikan penuh nafsu membunuh….
“Eh..kenalin dulu nih… Ini cowo aku, namanya Rendi.” mbak Dinda memperkenalkan cowo itu.
“Hai…salam kenal, aku Rendi?” sapanya sambil mengulurkan tangannya.
“Aku Aji…!” jawabku singkat tanpa menerima uluran tangannya itu.
Bukan apa-apa sih… Takut dikerjain lagi.
“Sori soal tadi, cuma bercanda..!” katanya lagi sambil tetap mengulurkan tangannya.
Mendengar dia sudah minta maaf, aku menyambut uluran tangannya.
Kami bersalaman, berpelukan, berci……ups…enggak enggak….fitnah itu.
Setelah berkenalan dengan Rendi, aku ikut duduk di teras kamar mbak Dinda.
Begitu aku duduk, mbak Dinda bangkit berdiri…
“Lah…malah pergi. Mau kemana mbak?” tanyaku.
“Mau masuk… Emang kamu ga mau kalo mbak buatin kopi?”
“Nggak..mbak… Nggak nolak, apalagi ada camilannya…!” kataku sambil
“Halah…sok cakep kamu…!” kata mbak Dinda sambil menoyor kepalaku.
Rendi ketawa ngakak…asli keras banget suaranya….
“Hush…kecilin tuh volumenya…!” celetukku.
Mbak Dinda beranjak masuk ke kamar untuk membuat kopi, sementara aku ngobrol dengan Rendi. Ternyata orangnya asik lho…
Pinter dia mencairkan suasana dengan joke joke nya yang yah….agak garing sih menurutku…
Tak lama mbak Dinda keluar dengan 3 gelas kopi dan makanan kecil.
“Nih kopinya, ayo diminum…!” kata mbak Dinda.
Sambil menikmati kopi, kami ngobrol kesana kemari.
“Eh..Ji, kata Dinda, kamu paham tentang hal-hal ghaib ya?” tanya Rendi.
“Tahu lah sedikit, kalau dibilang paham…ya sedikit paham.”
“Nah, Rendi punya masalah yang berhubungan dengan alam ghaib. Aku minta kamu bisa bantu dia!” kata mbak Dinda.
“Insya Allah mbak, kalau aku mampu, pasti aku bantu!”
“Terima kasih sebelumnya ya Ji?”
“Lah, belum dibantu kok udah terima kasih. Kalau aku ga bisa bantu gimana coba?”
“Kan udah ada niat.buat bantu…!”
“Iya deh… Coba ceritakan dulu masalahnya!” kataku dengan gaya sok serius….
“Jadi begini Ji… Aku khan punya adik cewe….!”
“Cantik ga?” sergahku.
“Aji…jangan motong cerita orang dong….!” kata mbak Dinda.
“Iya…iya… Lanjut Mas..!”
“Adikku itu menderita penyakit yang menurutku aneh. Awalnya, dia demam, dan selalu mengigau ga jelas. Trus dia ga mau makan dan minum. Katanya tenggorokannya sakit. Bahkan untuk minum pun sakit. Sudah berbagai cara kami lakukan untuk mengobatinya. Dari cara medis dan non medis. Tapi ga ada hasilnya.
Sudah tak terhitung berapa biaya yang kami keluarkan, tapi ga ada hasil yang menggembirakan.
Untuk menjaga asupan gizi dan makanan, terpaksa melalui infus dan selang di hidung. Aku sampai ga tega ngelihatnya..!”
“Sudah coba pakai cara supranatural?”
“Sudah… Katanya itu adalah penyakit kiriman dari seseorang. Dan orang pintar itu menyatakan ga sanggup melawannya karena kalah ilmu…!”
“Sudah dicoba dengan jalan didoakan oleh kyai atau ustadz? Atau dilakukan ruqyah?”
“Belum… Kami belum mencobanya..!”
“Hmm…aku ga janji bisa menolong, tapi akan aku usahakan Mas. Tapi lebih dulu aku harus melihat kondisi adikmu itu.”
“Oke… Kita nanti ke rumahku untuk melihatnya!”
“Sabar Mas… Kopi juga belum habis kok… Santai dulu lah…!” candaku.
“Ish…kamu ini Ji, becanda mulu!” desis mbak Dinda.
“Hehe… Biar ga tegang mbak..!” sahutku.
Setelah kopi habis, kami berangkat menuju rumah Rendi.
Rumah Rendi ternyata di perumahan elit. Wuah…guedhe banget rumahnya. Ada 4 mobil berjajar di garasi, tapi Rendi malah milih naik motor jadul….
Di rumah itu aku hanya bertemu dengan ibunya. Ayahnya sedang bekerja. Kepada ibunya, aku dikenalkan sebagai adiknya mbak Dinda.
Ibu Rendi sangat ramah, hanya saja wajahnya nampak layu. Mungkin karena memikirkan penyakit anaknya yang tak kunjung sembuh.
Aku diajak Rendi untuk melihat keadaan adiknya.
Kami memasuki sebuah kamar yang berukuran 4X5 meter persegi.
Kamar yang kelihatan girly banget. Ketika pintu dibuka, menyeruak bau obat mirip di rumah sakit. Di ranjang, kulihat seorang gadis terlentang dengan selang infus di tangan dan ada selang untuk memasukkan makanan di hidungnya.
Badannya terlihat kurus dan lemah..
Benar-benar memprihatinkan keadaannya. Aku bahkan sampai menitikkan air mata melhat penderitannya.
Dari pandangan batinku, aku melihat tubuhnya terselimuti aura gelap. Aura jahat, yang biasanya dimiliki oleh makhluk ghaib yang jahat. Tapi aku tak melihat makhluk ghaibnya.
Di mana mereka?
“Mereka ads di dalam tubuh anak itu… Dan mereka menyiksa tubuhnya dari dalam!” Zulaikha berkata.
“Emang bisa begitu?”
“Ya bisa lah…!”
“Ada berapa makhluk ghaib yang berada di tubuhnya?”
“Hmm…ada puluhan…!”
“Apaaa….????” aku tersentak kaget.
Bagaimana mungkin tubuh seseorang bisa dimasuki puluhan makhluk ghaib?
Aku tak habis pikir… Tapi itulah keghaiban… Tak bisa dinalar…