“Weits ..mau kamu apain adikku. Jangan kamu macem-macemin lho…!””Walah mas… Liat kondisinya aja aku ga tega kok.. Masa mau ngapa-ngapain…!”
“Lho siapa tahu….!”
“Emang mas lihat tampang cabul di wajahku….?” kataku sambil bergaya
“Emmm…iya…dikit….!”
….
Aku menghadap almari dengan kaca yang besar, memandang wajahku di situ. Ga ada tuh tampang2 cabul…. Rendi kayaknya mesti diperiksa nih matanya…
“Dah gini aja. Mas mau keluar dulu apa enggak… Kalau ga mau, jika terjadi sesuatu sama Mas, aku ga tanggung jawab lho….!” ancamku.
“Kamu ngancem aku?”
“Lah…ya enggak lah… Oke deh, mas siap siaga aja… Aku mau mulai proses pengobatan adikmu. Siapa namanya?”
“Ga usah tahu namanya deh… Daripada entar kamu pelet…hehe..!”
“Yaudah… Mas udah siap, prosesnya mau aku mulai!”
“Siap… Siap keluar kamar aku. Jagain adikku… Kalau sampai terjadi sesuatu, kamu yang tanggung jawab…!”
Lalu dengan cepat dia keluar kamar dan menutup pintu.
… Ternyata cuman segitu nyalinya….
Aku menoleh pada Zulaikha. Tampak dia sedang merangkul Menik dan sedang bisik-bisik.
“Woi…ngapain pada bisik2?” sentakku pada mereka.
“Hihi…mbakyu bilang mas Aji ganteng banget dan kharismatik…!” kata Menik.
Wuah…kepalaku jadi membesar…
“Tapi bo’ong….!” kata Menik lagi.
BLUGH…..
Tahu ga sih gimana rasanya, habis diangkat tinggi, lalu dijatuhkan dengan telak? SAKIITTT….
Menik ketawa ngakak melihat ekspresiku, bahkan Zulaikha tersenyum lebar…
Berasa dilecehkan benar-benar harga diriku….SKIP….
Zulaikha berpaling pada Menik dan..
“Udah siap dek…?”
“Siap…!”
“Woi… Siap..siap apaan…?” tanyaku.
“Pokoknya Mas Aji entar bantuin aku aja deh…!” kata Menik.
Wah…ada konspirasi macam apa antara kakak dan adik itu ya?
Oke. Kuikuti aja permainannya..
Zulaikha .menghampiri adik Rendi yang sedang sakit itu, dan menubruknya…
Lalu..ZLAP… Zulaikha hilang…
Pasti dia masuk ke tubuh gadis itu..
“Bersiap mas…..!” teriak Menik.
“Bersiap…???”
Bersiap buat apa coba….
Selagi aku bingung, dari dalzm tubuh adik Rendi, berloncatan puluhan makhluk yang langsung dihajar oleh Menik. Terdengar teriakan kematian saat makhluk-makhluk itu terhajar pukulan Menik.
Aku tidak tinggal diam.. Segera kupanggil kyai Cemeng dan ikut membantai mskhluk2 itu.
Tapi, ada 2 makhluk yang berhasil lolos dari hajaran kami.
“Mas, selesaikan yang di sini. Aku ngejar yang kabur…!” teriak Menik sambil melesat pergi.
“Hei…tunggu…!” tapi terlambat, Menik sudah tak tampak lagi.
Terpaksa aku sendirian mrnghadapi makhluk2 sisanya. Untinglah, mereka tidak terlalu kuat, sehingga bisa kuhancurkan. Namun begitu…nafasku sudah senin kamis rasanya…ngap…
Habis sudah makhluk yang muncul dari tubuh si sakit. Heran…Zulaikha kok belum muncul…?
Apa dia kerasan di dalam sana trus ga mau keluar?
WUZH ..WUZH…
Dua makhluk muncul lqgi dari tubuh si sakit sambil bertarung.
Sslah satunya rupanya Zulaikha.
Mereka nampak bertarung dengan sengit, dan amat seru. Wah…tontonan asik.nih… Pikirku.
“Jangan cuma nonton… Bantu aku…!” teriak Zulaikha.
Aku segera terjun dalam arena pertempuran. Tombak kyai cemeng kusabetkan ka arah makhluk itu.
Makhluk itu menghindar dengan gesit, namun pukulan Zulaikha telak menghajarnya.
Makhluk itu terjajar mundur, dan segera aku susulkan sebuah tusukan ke dada makhluk itu…
JLEBB …
Tombak menusuk tepat di dada makhluk itu..
Makhluk itu meraung dan tangannya melepaskan pukulan dengan serabutan.
Aku terkena sebuah pukulan dan terlempar. Untunglah aku dilindungi energi pelindung, sehingga tidak terluka parah.
Zulaikha mengeluarkan pedang tipisnya dan membabatkannya ke makhluk itu..dan..makhluk itu mengakhiri perlawanannya karena tubuhnya terpapas kutung menjadi 2 bagian dan berubah menjadi asap.hitam tebal berbau busuk.
Aku terduduk dan menghela nafas lega.
Aku bermeditasi sejenak untuk memulihkan energiku yang lumayan terkuras dan sedikit tergetar karena pukulan makhluk itu.
“Huft…selesai.juga akhirnya…!” gumamku.
“Belum….!” jawab Xulaikha sambil membantuku berdiri.
“Belum….? Bukankah semua makhluk di tubuhnya sudah bersih?” tanyaki sambil menunjuk si sakit.
“Tunggu saja sebentar…!”
Huft…menunggu. Pekerjaan yang mengesalkan.. Mending kalo ada kopi dab rokok…jadi ga cuman manyun gini.
“Hayo manyun mulu…!” sebuah suara dan tepukan di punggungku mengagetkanku.
Aku menoleh ke belakang… Oalah…ternyata Menik sudah berdiri di belakangku sambil nyengir.
‘Ngagetin aja kamu…!” gerutuku.
“Gimana Dek?” tanya Zulaikha.
“Siipp….!”
“Oke, kita berangkat sekarang…!” kata Zulaikha.
Mereka berdua meraih tanganku dan…wuzz….
“Eits ..eits..tunggu…!” kataku panik karena mereka membawaku menabrak tembok…
“Aaaaaaa……..!!!!” aku menjerit sambil menutup mataku saat aku hampir menabrak tembok.
Hancur dah badanku…..begitu pikirku.
Loh…kok ga kerasa apapun ya? Apa mereka berhenti saat dekat tembok? Tapi rasanya aku merasakan kesiur angin di dekat telingaku deh…
Dengan takut-takut aku membuka mataku….
“Aaaa…..!” aku mau menabrak mobil.
Belum sempat menutup mata, aku dah membentur mobil itu…
Loh…loh…kok nembus gini sih?
Ajaib…..
Mereka terus membawaku entah kemana…
Lah…ini dimana lagi…???
Kami berhenti di sebuah rumah megah tapi dikelilingi tembok tinggi..
Tapi banyak aura gelap di sana… Rumahnya seolah pemuh dengan kegelapan.
Rumah siapa ini?
“Ini rumah dukun yang mengirim jin buat bikin sakit adiknya siapa itu…? Rendi? Iya Rendi..!” kata Zulaikha.
“Jadi gimana kalian bisa tahu ini rumahnya?”
“Jin yang lolos tadi emang sengaja dibiarin lolos. Lalu Menik menguntit mereka untuk mengetahui siapa yang ada di balik semua ini!”
“Oh…jadi Menik tadi ngejar mereka supaya bisa tahu alamat dukunnya?”
“Betul Mas..!”
“Wah…hebat kalian….!” kataku memuji mereka. Aku aja ga kepikiran tentang itu.
“Trus, ngapain kita disini?” tanyaku.
“Kita harus memberantas penyakit seakar-akarnya… Kalau dukunnya didiemin, ntar adiknya Rendi bakal dikirimin lagi lho…!” sahut Menik.
“Iya juga ya…!”
“Kamu urus dukunnya, kami.akan urus penjaganya…!” kata Zulaikha padaku.
“Boleh ga, aku urus recepsionistnya?” kataku sambil melihat resepsionis yang lagi mencatat nama-nama pasien yang datang ke dukun itu.
Cantik bro…apalagi rok spannya di atas lutut…hahai…
BLETAK. …
Sudah kuduga bakal kena jitakan Zulaikha.
“Fokus…. Cewe mulu yang dipikir…!”
“Hehe…!” aku nyengir..
Menik cekikikan di belakangku.
Heran…dukun aja pake penerima tamu segala. Biasanya dukun kan rumahnya reot, ga ada resepsionis, dan ga kaya. Tapi dukun ini lain deh.