SANTET – Dendam Berakhir Petaka episode 13

Chapter 13

“ kamu sudah bangun tang….” tegur ambu diantara keberadaan kelopak bunga yang hendak dimakannya

“ kepala atang pusing mbu karena kebanyakan tidur…kok ambu tumben sih enggak membangunkan atang….”

“ bukannya ambu enggak mau membangunkan kamu tang….tapi kamunya sendiri yang susah untuk dibangunkannya, ya sudah sebaiknya kamu sholat magrib dulu sana….”

“ iya mbu…ohh iya ngomong ngomong tias dimana mbu…?”

“ tadi tias sudah pulang sewaktu kamu masih tidur, katanya sih besok akan kemari lagi untuk menanyakan perihal barang barang yang kamu perlukan untuk ritual sesajian itu….”

Jawaban yang terucap dari mulut ambu tersebut, kini mengantarkan pergerakan waktu berjalan semakin cepat, keterpakuanku yang saat ini tengah menanti kepulangan abah di teras depan, kini terusik seiring dengan terdengarnya suara ambu yang mengingatkan aku untuk melaksanakan sholat isya karena waktu telah menunjukan pukul sembilan malam

“ iya mbu…nanti atang akan sholat agak malaman, kebetulan atang juga belum mandi….” jawabku mengiringi pergerakan ambu yang saat ini tengah mengambil posisi duduk di sisiku

“ ita sedang apa mbu…? apakah ita sudah mau makan…?”

Ambu menghela nafas panjang dalam tatapan matanya yang penuh dengan rasa keberputusasaan

“ ita sekarang sedang tidur tang….tadi ambu sudah memaksa ita untuk makan walaupun pada akhirnya, ita memuntahkannya kembali….jujur saja tang…ambu jadi benar benar bingung dengan kondisi ita saat ini….”

“ sabar mbu….mudah mudahan saja ritual sesajian yang akan atang lakukan besok malam akan berbuah dengan hasil yang baik…”

“ semoga saja seperti itu tang….tapi andai ritual sesajian yang kamu lakukan itu enggak membuahkan hasil yang baik, dan abah masih belum juga pulang ke rumah, saat itu posisi ambu akan semakin bertambah sulit tang….entah ambu harus mengambil jalan keluar seperti apa…”

“ atang bisa mengerti dengan posisi ambu saat ini….andaikan nantinya ritual sesajian yang akan atang lakukan itu berbuah dengan kegagalan, dan abah masih belum juga pulang ke rumah, atang harap saat itu ambu sudah harus bisa mengambil keputusan yang terbaik bagi keluarga kita ini, terutama bagi keselamatan ita…percayalah mbu…keselamatan ita itu lebih utama dibandingkan dengan keegoisan kita yang ingin menjaga nama baik keluarga kita ini….”

“ iya tang…iya…ambu pasti akan mengambil keputusan setelah ambu melihat hasil dari ritual sesajian yang akan kamu lakukan itu….”

Selepas dari perkataan ambu tersebut, aku dan ambu kembali terlibat dalam perbincangan yang membahas tentang berbagai kemungkinan yang menyebabkan abah belum pulang juga sampai dengan saat ini, dan tanpa sengaja, keteringatanku akan pembicaraan antara abah dan ambu yang membahas tentang rencana abah yang hendak menggadaikan tanah milik keluarga kami ini, kini mengantarkan pertanyaanku yang menanyakan tentang keberadaan dari dokumen dokumen yang terhubung dengan kepemilikan tanah, dan dikarenakan ambu tidak bisa menjawab pertanyaanku itu, aku memutuskan untuk mencari tahunya dengan cara mencari keberadaan dokumen dokumen itu di kamar yang biasa di tempati oleh ambu dan abah, dan pada akhirnya aku tidak menemukan keberadaan dari dokumen dokumen itu

“ ini aneh mbu…mengapa abah membawa semua dokumen dokumen itu….” ujarku dalam rasa resah

“ untuk sementara ini, lebih baik kita berpikir positif saja tang…bisa jadi abah kamu membawa dokumen dokumen itu dalam rangka keperluan usahanya…”

“ jangan berpikir terlalu polos seperti itu mbu….entah mengapa firasat atang mengatakan ada sesuatu yang tengah direncanakan oleh abah, dan itu bukan sesuatu yang baik…..”

“ tang…kamu jangan sembarangan bicara seperti itu….” ujar ambu dengan nada suara yang meninggi

“ atang enggak sembarangan bicara mbu…apakah ambu ingat sewaktu ita memaki abah dengan kata kata yang enggak sopan…? atang sangat yakin mbu…pada saat itu ita sedang berbicara dengan penuh kesadarannya…..”

“ cukup tang…cukup…ambu enggak mau membicarakan hal ini lagi….”

Lonjakan emosi yang kini diperlihatkan oleh ambu, sepertinya telah membuatku berpikir ulang untuk melanjutkan pembicaraan ini, hingga akhirnya setelah beberapa saat lamanya kami terdiam, aku menyarankan kepada ambu agar ambu beristirahat

Hampir kurang lebih satu jam lamanya setelah ambu memasuki rumah, aku tetap berdiam diri di teras depan dalam menanti kepulangan abah, dan pada akhirnya penantianku itu terpaksa harus aku akhiri begitu mengingat keberadaan ita yang saat ini tengah berada seorang diri di dalam kamarnya

“ selagi ita masih tidur…ada baiknya aku mandi dan sholat isya terlebih dahulu….tapi…”

Rasa kekhawatiranku akan terjadinya kejadian ghaib di saat aku mandi nanti, kini telah membuatku terdiam dalam kebimbangan, hingga akhirnya setelah aku mempertimbangkan beberapa opsi yang sepertinya akan bisa meredakan rasa kekhawatiranku itu, aku memutuskan untuk membuka pintu kamar ita, hal ini aku lakukan agar aku bisa mendengar suara ita jika sesuatu yang ghaib kembali terjadi dan menimpa ita

“ nah kalau pintunya terbuka seperti ini , aku sudah enggak begitu khawatir….” ujarku lalu berjalan menuju ke kamar mandi

Setibanya aku di dalam kamar mandi, aku segera melepaskan pakaian dan langsung membasuh tubuhku ini dengan air, rasa gatal yang aku rasakan pada bagian kepalaku ini, telah mengantarkan buih buih shampo memasuki setiap celah rambutku, hingga akhirnya seiring dengan siraman air yang aku lakukan untuk membilas buih buih shampo tersebut, tiba tiba saja aku dikejutkan dengan terdengarnya suara yang bersumber dari arah gerendel pintu dan juga gagang pintu kamar mandi, mendapati hal itu, firasatku saat ini mengatakan bahwa besar kemungkinannya suara yang telah terdengar itu terhubung dengan sesuatu yang ghaib dan bisa jadi sesuatu yang ghaib itu berbentuk penampakan sosok perempuan tua yang dalam dua hari belakangan ini telah menjadi momok yang menakutkan bagiku

“ ya tuhan…jangan sampai perempuan tua itu ada di hadapan mataku saat ini….kalau itu sampai terjadi, siap enggak siap…aku yakin aku bakal pingsan…..” ujarku diantara buluk kuduk tubuhku yang terasa mulai menebal

Cukup lama juga aku memejamkan mata ini seraya mencoba membangun kepercayaan diri agar aku mempunyai keberanian untuk mencari tahu atas apa yang sebenarnya tengah terjadi, dan pada akhirnya seiring dengan detak jantungku yang berdegup kencang, secara perlahan aku mulai membuka pejaman mata ini, dan di saat itulah diantara rasa perih yang aku rasakan pada bagian mataku ini akibat dari belum sempurnanya aku dalam membilas buih buih shampo, secara samar, aku seperti melihat keberadaan sosok perempuan tua yang tengah berjalan melintas di depan pintu kamar mandi, mendapati hal itu, tanpa berpikir panjang lagi, aku kembali memejamkan mata ini

“ aku yakin…aku enggak salah lihat….ya tuhann….bagaimana dengan iita….”

Ingin rasanya saat ini aku berdiam diri untuk menghindari persinggunganku dengan sosok perempuan tua itu, namun rasanya hal itu sangat sulit untuk aku lakukan, bagaimana mungkin aku bisa berlaku seperti itu di saat salah satu orang yang sangat aku sayangi tengah berada dalam situasi yang mengancam keselamatan dirinya, dan kini selepas dari siraman air yang aku lakukan pada bagian kepalaku yang pada akhirnya menghilangkan sisa buih buih shampo, aku memberanikan diri untuk membuka pejaman mataku ini, dan di saat itulah aku kembali mengalami kejadian ghaib lainnya berupa kondisi pintu kamar mandi yang tidak memperlihatkan seperti apa yang telah aku lihat sewaktu aku melihat sosok perempuan tua itu

“ bagaimana mungkin….bukankah tadi pintu ini terbuka….” gumamku dengan pandangan menatap ke arah gerendel pintu kamar mandi yang saat ini dalam posisi terkunci, dan kini tanpa bisa berkata apa apa lagi dalam menyikapi fenomena ghaib ini, aku langsung mengenakan pakaian lalu bergegas keluar dari dalam kamar mandi, hingga akhirnya seiring dengan langkah kakiku yang berjalan semakin mendekati pintu kamar ita, entah mengapa aku merasakan bulu kuduk di seluruh tubuhku ini kembali menebal

“ apa jangan jangan yang aku lihat tadi itu memang nyata yaa…tapi bagaimana mungkin…pintu kamar mandinya saja tertutup…”

Kecurigaanku akan adanya sesuatu yang ghaib yang mungkin saat ini tengah berada sangat dekat dengan diriku, telah membuatku menghentikan langkah kaki ini, tatapan mataku yang kini terarah ke beberapa sudut ruangan di dalam rumah yang tidak mendapatkan penerangan yang cukup, hanya mendapati ruang ruang kosong yang terselimuti oleh keheningan malam, mendapati hal itu, aku memutuskan untuk kembali berjalan menuju ke arah pintu kamar ita, hingga akhirnya setibanya aku di pintu kamar ita, aku mendapati keberadaan ita yang tengah tertidur pulas di atas tempat tidurnya

“ sukurlah enggak terjadi apa apa…” gumamku seraya memasuki kamar ita lalu menutup pintu kamar, dan dikarenakan saat ini aku belum melaksanakan sholat isya, aku memutuskan untuk sholat isya di dalam kamar, hal ini aku lakukan dengan harapan sholat yang aku lakukan itu akan dapat mencegah terjadinya kejadian ghaib di dalam kamar, namun sayang, harapanku itu kini sirna seiring dengan merebaknya aroma bau busuk di dalam kamar begitu aku telah menyelesaikan sholat isya

“ ya tuhan…ini benar benar pertanda yang kurang baik….”

Lama aku terdiam dalam perasaan tegang, menanti kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang ghaib di dalam kamar ita, keheningan yang tercipta malam ini, seperti mempertajam indera perasaku untuk merasakan adanya sesuatu yang berbeda malam ini, dan ternyata apa yang dirasakan oleh indera perasaku itu kini telah menjadi kenyataan, diantara keberadaanku yang saat ini tengah duduk di atas sajadah dengan posisi membelakangi tempat tidur ita, adrenalinku ini terhentak naik seiring dengan terdengarnya suara dengkuran ita yang menyerupai suara seseorang yang tengah melewati proses sakratul maut, mendapati hal itu, aku sempat merasa ragu untuk menolehkan pandangan mata ini ke arah tempat tidur ita dikarenakan oleh rasa takut yang saat ini tengah aku rasakan, namun disaat aku kembali mendengar suara dengkuran ita untuk yang kedua kalinya dan dengan nada suara yang sama, secara perlahan aku memberanikan diri untuk menoleh ke arah tempat tidur ita, dan di saat itulah logika berpikirku seperti dibuat tumpul oleh sebuah kejadian yang mungkin bagi sebagian besar orang yang tidak mengalaminya akan menganggap apa yang telah aku lihat saat ini adalah sebuah khayalan

“ iiiii…iii.iiitaaa….”

Hanya perkataan itulah yang bisa terucap dari mulutku diantara tatapan mataku yang kini tengah memandang ke arah dinding yang berada tepat di bagian atas tempat tidur ita, saat ini aku melihat, wajah dari perempuan tua itu secara perlahan mulai tersembul menembus dinding, mengiringi tersembulnya kedua tangannya yang memperlihatkan jari jemarinya yang kusam dengan deretan kukunya yang tajam, pada awalnya aku menyangka, jari jemari perempuan tua itu hanya akan menggenggam kedua pergelangan tangan ita, tapi kini diiringi dengan suara dengkurannya yang panjang, ita membelalakan kedua bola matanya ke atas, seakan akan tengah merasakan rasa sakit akibat dari cengkraman jari jemari perempuan tua itu

“ itaaaa..!!”

Seiring dari suara teriakanku itu, aku langsung beranjak bangun lalu menghampiri ita, keberadaan dari jari jemari tanganku yang saat ini telah menyentuh tubuh ita, hanya mendapatkan respon berupa keterdiaman ita, pada awalnya aku sangat merasa khawatir dengan kondisi ita saat ini, namun begitu aku merasakan adanya rasa hangat pada tubuh ita, aku merasa yakin bahwa kondisi ita saat ini tidaklah seburuk seperti apa yang ada di dalam pikiranku

“ sadar taa…sadarrrrr….”

Untuk sejenak aku terdiam seraya berharap adanya respon positif dari ita, namun setelah beberapa saat aku menunggu dan respon positif itu tidak juga terlihat, tanpa berpikir panjang lagi, aku segera keluar dari dalam kamar untuk memberitahukan ambu atas apa yang telah terjadi saat ini, namun baru saja aku hendak mengetuk pintu kamar ambu, ambu sudah terlebih dahulu membuka pintu kamar dengan turut serta menunjukan ekspresi kekhawatirannya akibat dari melihat kepanikanku saat ini

“ kamu kenapa tang…? ada apa dengan ita….?”

“ lebih baik ambu temani ita sekarang, atang mau ke halaman belakang…..”

“ memangnya ada apa tang….? atanggg… jawab pertanyaan ambu…..!”

Tanpa memperdulikan lagi pertanyaan yang terucap dari mulut ambu, aku segera berlari menuju ke halaman belakang, sebilah pisau yang tersimpan di dapur, kini turut serta aku bawa, hal ini aku lakukan, karena aku takut sesuatu yang lebih buruk akan kembali terjadi di halaman belakang, hingga akhirnya di saat aku mulai membuka pintu rumah yang menuju ke halaman belakang, adrenalinku ini melonjak tinggi, seiring dengan tatapan mataku yang mendapati keberadaan sosok perempuan tua itu tengah menyeret tubuh ita yang tergeletak di tanah dengan cara yang kasar

“ ya tuhannn….iii…iitaaa”

Dalam rasa tidak percaya atas apa yang tengah aku lihat saat ini, suara teriakan ambu yang terdengar memanggil namaku, menyadarkan aku untuk tidak melakukan tindakan gegabah di dalam menyikapi situasi ini, dan kini diantara tatapan mataku yang masih memandang ke arah perempuan tua itu, aku kembali mendengar suara teriakan ambu, dan entah mengapa seiring dengan terdengarnya suara teriakan ambu tersebut, keberadaan sosok perempuan tua itu secara perlahan mulai memudar dan menyatu dengan kegelapan malam, mendapati hal itu, dikarenakan rasa keingintahuanku yang tinggi atas kodisi ita saat ini, aku memutuskan untuk memenuhi panggilan ambu, hingga akhirnya sesampainya aku di kamar ita, terlihat ambu tengah memeluk tubuh ita yang saat ini tengah terbaring dalam ketidakberdayaannya

“ tang…apa yang sebenarnya telah terjadi….?” tanya ambu diantara suara tangis ita yang menunjukan bahwa saat ini ita telah kembali dalam kesadarannya

“ susah bagi atang untuk menjelaskannya mbu…tapi tadi itu…..”

Rasa bahagia yang aku rasakan akibat dari tersadarnya ita saat ini, telah membuatku merasa sulit untuk melanjutkan perkataanku itu, dan kini diantara keberadaan ambu yang sudah tidak lagi memeluk tubuh ita, aku langsung berjalan menghampiri ita, lalu memeluknya

“ jangan pernah berlaku seperti itu lagi ta…akang benar benar takut….” bisikku pada telinga ita,

“ kangg atangg….”

Entah apa yang hendak dikatakan oleh ita saat ini, namun kini begitu aku mendengar suara ita yang menyebut namaku dengan nada suaranya yang lirih, aku langsung mengarahkan tatapan mataku ke wajah ita, dan berharap adanya informasi yang terucap dari mulut ita mengenai kejadian yang telah di alaminya

“ ita sudah enggak tahan lagi kang….sepertinya waktu ita sudah enggak lama lagi…”

“ kamu ini bicara apa ta……jangan pernah berbicara seperti itu lagi, besok pagi ambu akan mencari orang yang bisa mengobati kamu….” ujar ambu seraya berusaha untuk menahan tangisnya

“ saat itu semuanya begitu asing mbu…ita hanya ingin pulang tapi ita enggak tahu harus berjalan kemana…sampai akhirnya ita berjumpa dengan seorang perempuan tua bungkuk dengan tongkat kayu di tangannya…pada awalnya ita menyangka perempuan tua itu adalah perempuan tua yang ingin menunjukan jalan pulang….tapi…”

Diantara perkataanya yang kini terhenti, ita terbatuk beberapa kali dan hal ini telah menyebabkan ita merasa kesulitan untuk melanjutkan kembali perkataannya, mendapati hal itu, ambu meminta agar ita tidak lagi melanjutkan perkataannya itu

“ perempuan tua itu bukan manusia mbu…dia…dia…perempuan jahat….….”

Untuk kedua kalinya, ita kembali menghentikan perkataannya, ekspresi wajahnya kini terlihat begitu pucat, namun walaupun dalam kondisi seperti itu, sepertinya saat ini ita tetap berusaha untuk melanjutkan perkataannya, dan hal itu jelas telah menimbulkan rasa kekhawatiranku dan juga ambu atas kemungkinan terjadinya sesuatu yang buruk pada diri ita

“ cukup ta…jangan diteruskan lagi…kamu bisa menceritakannya lagi..di saat kamu sudah lebih baik…”

“ hanya ini kesempatan ita untuk mengatakannya kang…”

“ ta…jangan berkata sep….”

“ perempuan tua itu mengancam akan membunuh ita, jika ita menceritakan apa yang telah dilakukan oleh abah… abah…abah telah melakukan…”


SANTET – Dendam Berakhir Petaka

SANTET – Dendam Berakhir Petaka

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Enggan rasanya bagiku untuk menceritakan aib yang teramat kelam ini, namun di saat malam mulai menancapkan sisi kegelapannya dan di saat keheningan malam mulai menghadirkan suara suara tanpa raga yang silih berganti membisikan kisah kisah yang teramat sulit untuk aku terima dengan logika ini, aku hanya bisa terpaku dalam bisu dan membiarkan goresan tanganku ini mewakili jeritan hati dari suara suara tanpa raga itu… “ apakah mereka yang telah melakukan ini mbu….?” tanyaku kepada ambu diantara isak tangisnya yang terdengar begitu lirih “ entahlah tang…” “ atang yakin mbu…memang mereka yang melakukannya…” Untuk sesaat aku terdiam, bibirku bergetar hebat, semuanya ini mewakili rasa amarah yang begitu besar dihatiku ini “ atang bersumpah mbu, atang akan membalas semuanya ini….darah yang tertumpah…nyawa yang terenggut…adalah harga yang mereka harus bayar….” Sepenggal percakapan yang kini telah terpatri dalam catatan kehidupanku di dunia ini, kini telah menjadi awal sebuah petaka yang menyeretku pada sebuah pilihan untuk menyelesaikan permasalahan hidupku ini dengan jalan yang kelam…SANTET – Dendam Berakhir Petaka

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset