SANTET – Dendam Berakhir Petaka episode 9

Chapter 9

Tepat pada pukul sembilan pagi, selepas dari kepergian abah meninggalkan rumah, aku memutuskan untuk membuka warung sembako, hal ini aku lakukan karena aku ingin kembali membiasakan diri, untuk menjalani hari dengan kehidupan yang normal, dan sepertinya apa yang aku lakukan ini, kini berbuah dengan sedikit terlupakannya berbagai macam kejadian buruk yang telah aku, ambu dan ita alami

“ kang atang…..kok tumben buka warungnya agak siangan…?” tanya seorang ibu warga kampung, yang sepertinya akan menjadi pembeli pertamaku hari ini

“ iya ceu, maklum….di rumah lagi banyak kesibukan….”

Pandanganku kini menatap ke arah pagar bambu yang berada di depan warung, nampak terlihat adanya kerusakan di beberapa bagian ujung pagar berupa patahnya beberapa bilah bambu

“ aneh…kapan patahnya ya…perasaan aku, kemarin itu masih baik baik saja….” gumamku diantara pergerakan ibu warga kampung yang berjalan memasuki warung, untuk sejenak ibu warga kampung terlihat memperhatikan barang barang dagangan yang ada di dalam warung, hingga akhirnya tatapan matanya kini tertuju pada drum kecil yang berisikan minyak sayur

“ kang atang, saya minta minyak sayurnya satu liter saja ya….”

Mendapati permintaan itu, aku segera mengambil kantong plastik yang akan aku pergunakan sebagai penampung minyak sayur, dan kini diantara kesibukanku yang tengah memasukan minyak sayur ke dalam kantong plastik, terlihat kedatangan seorang warga kampung lainnya yang bernama mang ayip

“ wah…tumben mang ayip belanjanya pagi…..?” tegurku mengiringi langkah mang ayip yang tengah berjalan memasuki warung

“ iya nih kang atang…istri saya di rumah jadi bawel kalau sudah urusan dapur….”

“ yaa…namanya juga ibu ibu kang ayip….kalau sudah urusan dapur sudah pasti paling bawel….”

Mendapati candaan ibu warga kampung, dengan mengembangkan senyum mang ayip mengarahkan pandangannya ke arah peti penyimpanan telur, dan sepertinya telur telur itulah yang menjadi alasan mang ayip datang ke warungku

“ oh iya kang…bagaimana kondisi ita saat ini…? apakah sudah baikan, maaf ya kang kalau saya belum sempat untuk menjenguknya….”

“ alhamdulillah hari ini ita sudah agak baikan ceu….tapi tetap saja ita masih harus perlu beristirahat…agar kondisinya pulih kembali……” jawabku seraya mengembangkan senyum, lalu menyerahkan plastik yang berisikan minyak sayur kepada ibu warga kampung, hingga akhirnya setelah ibu warga kampung tersebut melakukan pembayaran dan beranjak pergi meninggalkan warung, aku segera melayani mang ayip yang saat ini tengah memilih beberapa telur dari peti penyimpanan telur

“ wahh…sepertinya ada yang bakal makan enak nih….”

Mendapati candaanku itu, mang ayip hanya tertawa kecil, lalu berjalan menghampiriku dengan turut serta membawa telur yang telah dipilihnya

“ cukup telurnya mang….?”

“ cukup enggak cukup kang atang…. yang penting dapur harus tetap ngebul….”

Dengan tawa lepasnya, mang ayip menyerahkan lima butir telur yang berada di dalam genggaman tangannya kepadaku, namun kini baru saja aku menerima telur tersebut dan hendak memasukannya ke dalam kantong plastik, entah apa yang menjadi penyebabnya, tiba tiba saja, butiran telur yang masih berada di dalam genggaman tanganku ini pecah seluruhnya

“ lohh…kok bisa begitu kang atang….” ujar mang ayip seraya menutupi hidungnya, akibat dari terciumnya aroma bau busuk yang berasal dari cairan telur yang pada saat ini terlihat jatuh menetes dari arah tanganku ke arah lantai

“ atang juga enggak tahu mang…kenapa bisa seperti ini ya…

Diantara rasa mual yang aku rasakan akibat dari aroma bau busuk yang tercium begitu menyengat, aku mencoba untuk menghilangkan cairan telur yang masih melekat di tanganku ini dengan menggunakan kain lap

“ ini aneh…..” gumam mang ayip seraya berjalan menuju ke arah peti penyimpanan telur, sebutir telur kini diambilnya dari peti penyimpanan telur

“ telur telur ini masih segar kang….bahkan yang tadi saya ambil itu pun masih segar….kenapa tiba tiba berubah menjadi busuk seperti itu ya….”

Mang ayip memperlihatkan keberadaan sebutir telur segar yang berada di dalam genggaman tangannya, mendapati hal itu, aku segera berjalan menghampiri mang ayip, untuk memastikan akan kodisi semua telur yang tersimpan di dalam peti penyimpanan telur

“ apakah mungkin ini hanya kebetulan saja, secara enggak sengaja…mang ayip telah mengambil telur yang memang sudah busuk…tapi bagaimana mungkin, kalau hanya satu telur mungkin aku percaya…” gumamku dalam hati dengan pandangan menatap ke arah telur telur di dalam peti penyimpanan telur

“ kenapa kang atang…pasti ada yang aneh ya….?”

“ enggak ada yang aneh mang….bisa jadi, ini hanya kebetulan saja…ya sudah…biar telur yang telah mang ayip pilih tadi, atang ganti dengan yang lain….”

Selepas dari perkataanku itu, aku segera mengambil lima butir telur dari dalam peti penyimpanan, lalu menaruhnya di dalam kantong plastik

“ ini buktinya enggak ada apa apa mang….percayalah..yang tadi itu hanya kebetulan saja….” ujarku seraya menyerahkan kantong plastik yang telah berisikan telur kepada mang ayip

“ kang atang….sebenarnya ada sesuatu yang ingin saya bicarakan kepada kang atang….”
“ membicarakan apa mang….?”

Diantara pertanyaanku yang belum terjawab, mang ayip menyerahkan uang pembayaran atas telur yang telah dibelinya

“ semalam itu kang…pada saat saya melewati warung ini, tanpa sengaja dan entah apakah pengelihatan saya itu nyata atau enggak, saya seperti melihat sesuatu di warung ini…”

Sia sia….hanya kata itulah yang bisa menggambarkan hasil dari alasanku untuk membuka warung hari ini, dan kini seiring dengan perkataan mang ayip yang mengatakan bahwa dirinya telah melihat sesuatu di warung ini, firasatku langsung mengatakan, bahwa sesuatu yang telah dilihat oleh mang ayip adalah sesuatu yang erat hubungannya dengan hal yang ghaib, dan sangat besar kemungkinannya terhubung dengan peristiwa menghilangnya ita

“ memangnya mang ayip telah melihat apa di warung ini…?”

“ sesuatu yang aneh kang….mungkin lebih tepatnya sesuatu yang menyeramkan…duh saya jadi merinding nih kang….” jawab mang ayip dengan memasang ekspresi wajah yang menunjukan rasa ketidaknyamanannya dalam menceritakan kejadian yang telah dialaminya

“ semalam itu kalau enggak salah sekitar pukul tiga pagi, di saat saya hendak melintasi warung ini, dari kejauhan saya seperti melihat keberadaan seorang perempuan tua dengan tubuh yang bungkuk, tengah berjalan hilir mudik di depan warung, pada awalnya saya menduga mungkin perempuan tua itu adalah warga kampung lain yang tersasar di kampung ini…..tapi ternyata dugaan saya itu salah kang….”

“ salah….? salah bagaimana mang…?” tanyaku memotong perkataan mang ayip

“ ya salah kang…salah besar…sosok perempuan tua yang telah saya lihat itu…bukanlah sosok manusia melainkan setan….”

“ hahhh setan…astaga mang…apakah mang ayip yakin dengan perkataan mang ayip itu…?”

“ seratus persen yakin kang…karena pada saat itu, saya benar benar melihat secara jelas penampilan dan bentuk wajah dari sosok perempuan tua itu…..”

“ maksud mang ayip….mang ayip berhadapan langsung dengan sosok perempuan tua itu….?” tanyaku dengan harapan adanya penjelasan yang lebih rinci atas sosok perempuan tua itu, karena entah mengapa, saat ini aku merasa bahwa sosok perempuan tua yang telah dilihat oleh mang ayip, bisa jadi adalah perwujudan nyata dari sosok perempuan tua yang telah berbicara melalui perantara mulut ita

“ bukan hanya berhadapan kang…..bahkan saya juga sempat menegurnya ketika perempuan tua itu tengah berjalan tertatih tatih dengan bantuan tongkat kayunya, menuju ke arah samping warung, dan ketika saya tegur, perempuan tua itu sama sekali enggak menjawab teguran saya, justru malah terus berjalan ke arah samping warung, di karenakan saya merasa curiga atas tingkah lakunya itu, saya memutuskan untuk menyusulnya ke samping warung….dan disanalah akhirnya saya baru tersadar, bahwa sosok perempuan tua yang sedang saya ikuti itu bukanlah manusia…..”

Diantara perkataannya yang kini terhenti, mang ayip memperlihatkan kepadaku keberadaaan dari bulu halus di tangannya yang meremang

“ ya tuhann…sepertinya sosok perempuan tua yang telah dilihat oleh mang ayip, sangat memenuhi kriteria dari suara perempuan tua yang telah berbicara melalui perantara mulut ita, dan juga suara langkah kaki serta suara ketukan kayu yang semalam aku dengar…gilaa..ini benar benar gila..…” gumamku dalam hati seraya berusaha untuk tidak menunjukan ekspresi wajah yang mencurigakan, namun sepertinya saat ini mang ayip telah terlanjur menaruh rasa kecurigaannya kepadaku, hal ini ditunjukannya dengan pertanyaan mang ayip yang menanyakan apakah aku pernah juga menjumpai sosok perempuan tua itu

“ waduh mang…jangan sampai deh atang bertemu dengan yang seperti itu, mendengar cerita mang ayip saja atang sudah takut, apa lagi atang mengalaminya sendiri….” jawabku yang pada akhirnya menghilangkan kecurigaan mang ayip

“ ohh iya mang…tadi kan mang ayip mengatakan, pada saat mang ayip mengikuti perempuan tua itu, mang ayip akhirnya mengetahui, bahwa sosok perempuan tua itu bukanlah manusia…memangnya pada saat itu perempuan tua itu telah melakukan apa mang….?”

“ pada awalnya perempuan tua itu hanya terdiam dengan posisi membelakangi tubuh saya, namun secara tiba tiba perempuan tua itu membalikan tubuhnya ke arah saya….jujur saja kang…di saat itu saya benar benar merasakan rasa takut hingga membuat tubuh saya ini terasa sulit untuk digerakan, beruntungnya tubuh saya ini kembali bisa digerakan seiring dengan lecutan adrenalin yang saya rasakan akibat dari rasa keterkejutan saya setelah melihat sosok perempuan tua itu mulai berjalan dengan langkah yang cepat ke arah saya, dan saat itu saya memutuskan untuk berlari tanpa menghiraukan lagi keberadaan pagar bambu yang menghadang laju langkah saya…..”

Mendapati perkataan mang ayip tersebut, aku kini mengetahui penyebab dari patahnya beberapa bilah bambu di pagar depan

“ waduh…kang atang…. jadi ketahuan deh kalau saya yang telah merusak pagar bambu itu….saya benar benar minta maaf kang….”

“ enggak mengapa mang…lagi pula kerusakannya itu cuma sedikit kok, mudah untuk diperbaikinya…” ujarku seraya mengembangkan senyum, dan di saat itulah mang ayip memperlihatkan luka yang ada di kakinya akibat menerjang pagar bambu

“ maaf mang ayip….kalau mang ayip enggak keberatan, bisakah mang ayip menceritakannya secara lebih rinci lagi mengenai bentuk wajah dan juga penampilan dari perempuan tua itu…”

“ kang atang….saya ini sudah beberapa kali menjumpai berbagai bentuk penampakan mahluk ghaib, tapi untuk yang satu ini, entah mengapa saya mempunyai firasat ini bukanlah penampakan ghaib biasa, saya merasa seperti ada sesuatu yang jahat di balik wajah yang dingin dan kelam itu, wajah itu tersusun dari kulit tua yang lusuh dan tipis, pada bagian dahi dan dagunya, saya bisa melihat kulitnya yang tipis dan keriput itu membentuk kerutan kasar yang saling berdekatan laksana pahatan kayu, di bagian matanya, kedua bola matanya yang terlihat kelam, seperti tersamar oleh lingkaran gelap yang menyelimuti kelopak matanya, sedangkan untuk bagian hidung dan mulutnya, kulit tipis yang menyelimuti bagian hidung, memperlihatkan keberadaan tulang hidungnya yang bisa dikatakan hampir menyatu dengan deretan giginya yang tajam, dan semuanya itu semakin di sempurnakan menjadi bentuk yang menyeramkan dengan keberadaan rambut panjangnya yang terurai secara enggak beraturan…..”

“ ya tuhann…semenyeramkan itu mang…”

“ bukan menyeramkan lagi kang….itu super menyeramkan…” ujar mang ayip yang sepertinya kini sudah merasa lega karena telah berbagi pengalaman menyeramkan yang telah dialaminya

“ ohh iya kang…saya mempunyai sedikit pandangan atas kejadian yang saya alami semalam…itu pun kalau kang atang mempercayainya…”

“ pandangan seperti apa mang….?”

“ sejujurnya saya sedikit merasa curiga dengan kejadian yang saya alami semalam, bisa jadi penampakan ghaib yang saya lihat itu, adalah salah satu bentuk gangguan dari mahluk ghaib penunggu tempat ini yang merasa enggak suka karena kang atang telah membuka warung ini tanpa meminta izin terlebih dahulu, atau bisa juga kang….penampakan ghaib yang telah saya lihat itu adalah salah satu bentuk kiriman jahat dari seseorang yang mungkin mempunyai dendam pribadi kepada kang atang atau kepada keluarga kang atang….”

“ wahhh mang…mungkin kalau gangguan ghaib itu terjadi karena atang yang belum meminta izin kepada penunggu ghaib di tempat ini, itu bisa saja terjadi….tapi kalau sudah menyangkut kiriman jahat dari seseorang, rasanya sangat enggak mungkin….karena keluarga atang sama sekali enggak mempunyai musuh di luar sana….hmm..jangan jangan mang ayip berpandangan seperti itu karena mang ayip terpengaruh dengan desas desus di luar sana yang mengatakan abah banyak mempunyai musuh…..”

Dengan seketika, ekspresi wajah mang ayip memperlihatkan rasa penyesalannya karena telah mengeluarkan pendapat yang menyentuh pada ranah desas desus yang mengatakan bahwa abah mempunyai banyak musuh sewaktu abah mengikuti pemilihan kepala kampung

“ haduhh kang atang…maaf…sekali lagi maaf..saya sama sekali enggak bermaksud mengarah ke arah sana, tolong jangan tersinggung dan tolong juga jangan membicarakan hal ini kepada abah….” ujar mang ayip dan berbalas dengan senyum kecilku

“ tenang saja mang…saya enggak akan membicarakan hal sepele ini kepada abah…lagi pula itu kan merupakan hak mang ayip untuk mempercayai atau enggak mempercayai desas desus itu….”

Selepas dari perkataanku itu, aku tetap meminta saran kepada mang ayip untuk memberikan jalan keluar yang terbaik apabila kejadian ghaib yang terjadi di rumahku ini memanglah disebabkan oleh ulah penunggu ghaib di tempat ini yang merasa tidak suka karena aku tidak meminta izin sewaktu memulai usaha, dan pada akhirnya mang ayip memberikan saran agar aku memberikan sesaji sebagai bentuk permintaan maaf kepada penunggu ghaib di tempat ini
Tanpa terasa waktu yang terus berjalan, kini mengantarkan hari beranjak menuju malam, suara kumandang azan magrib yang mulai terdengar, menghadirkan keraguan di hatiku untuk beranjak pergi menuju ke masjid guna melaksanakan sholat magrib berjamaah

“ bagaimana mbu…apa sudah lebih enakan kepalanya…?”
Keberadaan sebuah piring kecil yang berada di hadapan ambu, terlihat sudah kosong, hal ini menandakan bahwa ambu telah menghabiskan semua kelopak bunga yang tersaji di piring

“ sudah lebih enakan tang….” jawab ambu seraya mengarahkan pandangan matanya ke arahku yang saat ini tengah menatap ke arah halaman rumah melalui kaca jendela.


SANTET – Dendam Berakhir Petaka

SANTET – Dendam Berakhir Petaka

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2021 Native Language: Indonesia
Enggan rasanya bagiku untuk menceritakan aib yang teramat kelam ini, namun di saat malam mulai menancapkan sisi kegelapannya dan di saat keheningan malam mulai menghadirkan suara suara tanpa raga yang silih berganti membisikan kisah kisah yang teramat sulit untuk aku terima dengan logika ini, aku hanya bisa terpaku dalam bisu dan membiarkan goresan tanganku ini mewakili jeritan hati dari suara suara tanpa raga itu…“ apakah mereka yang telah melakukan ini mbu….?” tanyaku kepada ambu diantara isak tangisnya yang terdengar begitu lirih “ entahlah tang…” “ atang yakin mbu…memang mereka yang melakukannya…”Untuk sesaat aku terdiam, bibirku bergetar hebat, semuanya ini mewakili rasa amarah yang begitu besar dihatiku ini“ atang bersumpah mbu, atang akan membalas semuanya ini….darah yang tertumpah…nyawa yang terenggut…adalah harga yang mereka harus bayar….”Sepenggal percakapan yang kini telah terpatri dalam catatan kehidupanku di dunia ini, kini telah menjadi awal sebuah petaka yang menyeretku pada sebuah pilihan untuk menyelesaikan permasalahan hidupku ini dengan jalan yang kelam…SANTET – Dendam Berakhir Petaka

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset