“ Siapa Miker itu? sepertinya Dia sangat kuat?. Ini benar- benar merepotkan “ Pikirku dalam hati.
“Itu bretel yang dulu digunakan oleh Mikerkan? “ Tanya pria berkupluk
“ Ya. Memangnya kenapa? Sander?. Apa Kau mengkawatirkanku? “ Tanya Edwin balik.
“ Tentu saja tidak “ Kata Sander sambil melempar bola basket ke arah kepala Edwin. Tapi Edwin membungkuk dan berhasil menghindari bola itu. Sander berlari ke arah Edwin. Edwin menusukkan besinya ke arah perut Sander tapi sander menendang besi itu dengan keras sampai besinya terlontar jauh. Sander mengancam Edwin dengan senjatanya tepat di dekat leher Edwin.Lalu Sander berkata
“ Lumayan, tapimasih kurang “.
“ Kurang mancep? “ Kata Edwin dengan seringai diwajahnya
* Crt
Edwin melempar pisau kecilnya disakunya ke arah tangan kanan Sander dan melompat menjauhi Sander.
“ Kau memang temanku yang hebat “ Kata Edwin lalu berlari ke suatu ruangan. Lalu Sander mengikutinya. Aku memutuskan untuk melihat pertarungan mereka dari jauh
* Sudut pandang Edwin
Akhirnya Aku sampai juga di ruang kesenian. Disini lumayan gelap, hal ini menguntungkanku.
* kkkeekk
Pintu terbuka perlahan dan cahaya luar mulai masuk menerangi ruangan ini. Ya, itu Sander. Aku melihat benda-benda di sekitarku, barangkali saja ada senjata.
*dp
Sander menusuk lemari lalu membukanya dengan was- was, sepertinya Dia pikir Aku bersenbunyi di lemari itu, dasar idiot. Sepertinya jantungnya berdebar sangat kencang sama sepertiku.Ah, akhirnya Aku menemukan sebuah senjata yang dipajang di dinding, meskipun ukurannya kecil tapi ini lumayan. Aku mengambil sebuah lukisan garis miring merah yang dilukis di sebuah kertas, Aku meremasnya bulat. Lalu Aku lemparkan ke kepala Sander. Dia berbalik dengan was- was sambil bersiap menyerang dengan pedangnya.
.
*Dong
.
Aku memukul sebuah gong lalu Sander mendekati gong itu dengan hati-hati. Aku menempel di dinding dengan pose seperti lukisan orang di dinding mesir. Sander melewatiku. Lalu Aku melakukan gerakan memutar dan menendang pergelangan tangan kanannya dan membuat pedangnya terpental jauh. Lalu menghajar wajahnya dengan cukup keras. Dia hampir terjatuh. Tapi dengan cepat Sander melepaskan jas hitamnya dan melemparkannya ke arah kepalaku. Aku gagal menghindari jas itu karena jas itu terlalu besar untuk dihindari. Gelap sekali, ini lebih gelap dari pada mati lampu. Aku bisa merasakan Sander memukulku di bagian kepala beberapa kali dengan lumayan keras lalu memegangku dengan kuat dan…..
* prreng
Sepertinya Sander melemparku keluar melalui jendela. Aku melepaskan jas bau keringat ini dari kepalaku. Aku melihat Sander di jendela dan melompat ke arahku.
.
* dk
.
Dia menginjak bahuku lalu jongkok, memegang kepalaku dan membenturkannya ke lantai. Aku melawan dengan meludahi matanya lalu memegang kakinya dan mengangkatnya sambil berdiri sampai Sander terjatuh. Dengan cepat Aku mengambil belati di saku celanaku yang Aku dapat di ruang kesenian dan melemparkannya ke bahu kanan Sander. Secepat mungkin Aku menahan bahu kiri Sander dengan tulang kering kakiku sambil duduk di atas dadanya dan memegang tangan kanannya menggunakan tangan kiriku.
Aku menarik belatiku dari bahu kanan Sander lalu menancapkannya di bahu kirinya, lalu manariknya lagi. Dia memberontak dan akhirnya berhasil bangun dan Aku terjatuh. Dia menginjak dadaku tapi Aku merobek betisnya dan secara otomatis Dia mengangkat kakinya. Aku berdiri dan menusuk paha kaki kanannya. Lalu menarik belatiku lagi dan dengan cepat Aku melakukan gerakan memutar dan menendang Sander sekuat mungkin sampai Dia terpental dan terbentur di dinding ruang kesenian.
Aku membantunya berdiri dengan mencekiknya.
.
* crt
.
Aku merobek perutnya lalu melemparkan belatiku dan perlahan memasukkan tanganku ke perutnya. Dia sedikit melawan dengan memukulku pelan, tapi hal itu tidak menghalangiku. Aku tertawa sinting dan memperhatikan bagaimana darah dan ususnya keluar. Lalu berkata di depan wajahnya
“ Bagaimana rasanya?, apa masih kurang? Masih kurang? Masih kurang?. Benar-benar kurang! “.
Aku menarik ususnya keluar perlahan. Luka yang kubuat melebar dan darah mengalir dengan derasnya seperti air terjun. Sander batuk berdarah beberapa kali pada saat Aku mengeluarkan ususnya meskipun Aku mencekiknya. Ini akan lama selesainya jadi Aku langsung menarik ususnya keluar sekaligus. Dan melepaskan cekikanku.Sander terjatuh tak bernyawa. Darahnya membasahi seragam, celana, sepatu, dan tentu saja tanganku. “ Nikmat sekali “ Kataku sambil memegang pipiku danmelihat ke langit-langit dengan mata melotot seperti mau keluar.
“ Menyenangkan sekali bukan? “ Tanya seseorang dibelakangku. Aku langsung berbalik dan melihat siapaDia. Aku sangat terkejut, ternyata Dia adalah Miker…..
Kenapa Dia bisa ada disini?. Padahal skorsnya berakhir 7 hari lagi.