Setelah mengantarkan istrinya ke rumah, Ryan langsung pergi menuju tempat pertemuan dengan bu Angel. Dia memberitahu istrinya bahwa ada pertemuan dengan klien malam ini. Ryan memacu mobilnya cepat dan sampainya dia di sebuah tempat makan. Pertemuan ini dilakukan sambil makan malam tentunya. Bu angel yang berumur dipertengahan 30-an tampil cantik dengan setelah jas dengan rok berbahan yang panjangnya selutut.
“Maaf, sebelumnya saya tidak bisa bertemu dengan anda pak,” menyambutnya dengan sopan.
“Engga apa-apa bu Angel, langsung saja bu. Saya ingin menanyakan alamat pemilik rumah saya sebelumnya,” bu Angel sudah mengira Ryan akan bertanya seperti itu. Dia hanya diam, gestur tubuhnya seakan menolak untuk memberitahu Ryan alamat pemilik rumahnya sebelumnya.
“Hm…, begini pak Ryan,” menjawabnya dengan sopan. “untuk alamat pemilik rumah saya tidak bisa memberitahunya,” matanya melihat ke kiri dan kanan, tidak berani menatap Ryan secara langsung.
“Kenapa bu? Saya cuman ingin berkunjung saja sekalian ingin berterima kasih secara langsung kepada pemilik sebelumnya sudah diberikan furnitur yang sangat bagus,” mencari berbagai alasan agar bu Angel mau memberikan alamat rumah pemilik sebelumnya padanya.
Berbagai cara sudah Ryan lakukan, seribu alasan sudah dia utarakan namun tetap saja bu Angel tetap pada pendiriannya. Dia tidak ingin memberikan alamat rumah pemilik sebelumnya. Hingga akhirnya Ryan menceritakan kejadian dirumahnya. Mulai dari seseorang yang menyerupai asisten rumah tangganya hingga suara senandungan yang belakangan dia dengar. Lalu sosok wanita Belanda yang dia lihat di balkon rumahnya. Bu Angel makin terdiam, minuman didepannya sudah berair karena menguap. Dari sikapnya yang seperti itu nampaknya bu Angel tahu sejarah rumah itu yang sebenarnya.
“Bu…apa bu Angel tahu apa yang terjadi di rumah itu sebenarnya?”
Bu Angel masih diam, dia hanya memalingkan pandangannya.
“Tolong bu, ini menyangkut keselamatan keluarga saya,” Ryan sedikit memaksa.
“Hari itu…, pemilik rumah sebelumnya, bu Ratna datang ke kantor,” bu Angel akhirnya mau membuka suaranya.
Cerita bu Angel dimulai, hari itu hampir setahun yang lalu saat malam sangat tenang. Telepon datang dari kantor, ada seseorang yang ingin sekali menjual rumahnya. Karena rumah bu Angel lebih dekat dibanding sales lainnya, maka dia datang kekantornya. Kebetulan kantornya belum tutup, ada divisi lain yang bekerja lembur. Bu Angel datang dengan setelan rapih namun santai, dia menemui seseorang yang bernama Ratna. Mukanya sangat pucat, badannya kurus kering, tatapan matanya kosong. Namun saat bertemu, Ratna menunjukan sikap yang agresif.
Dia terus meminta untuk menjualkan rumahnya, bu Angel meminta bu Ratna untuk tenang. Agak sulit menenangkan seorang wanita di umur 40an, apalagi posisi bu Angel yang lebih muda. Anehnya bu Ratna tidak mau kembali kerumahnya, bu Angel semakin bingung. Setelah diberikan segelas air, dan bu Ratna sudah tenang. Barulah bu Angel kembali menanyakannya, namun bu Ratna tidak mau menceritakannya di sini. Dia malah meminta untuk menginap di rumah bu Angel. Bu Angel tidak keberatan, dia juga masih single belum berumah tangga.
Saat dirumahnya bu Angel baru bu Ratna bercerita, dia saat ini tinggal sendiri. Suaminya sedang berada di luar kota sedangkan anaknya satu-satunya sudah tinggal jauh darinya. Mengenai rumahnya, dahulu rumah itu dia beli dari seorang janda tua yang tidak memiliki anak. Rumahnya masih sederhana berlantai satu, sebelum komplek perumahan dibangun rumah itu sudah ada di sana. Karena pemiliknya sudah sangat tua maka saat pembebasan lahan rumah itu dibiarkan begitu saja. Bu Ratna juga membelinya dengan harga murah walaupun berada dalam komplek mewah. Setahun setelah membeli karena akhirnya dia dan suaminya berniat pindah ke sana, rumah itu direnovasi. Seluruh furnitur maupun perabotan yang ada saat membeli rumah itu dipindahkan semua.
Keanehan terjadi, furnitur yang ada di kamar utama. Sangat sulit dipindahkan dari luar rumah, ada-ada saja kendalanya. Mobil yang membawanya tidak bisa berjalan karena mesin mati tidak mau menyala, atau ban yang tiba-tiba pecah, supir yang membawanya mendadak pingsan. Hingga akhirnya furnitur bisa dipindahkan namun saat rumah selesai direnovasi, secara aneh furniturnya menata sendiri. Sudah ada di kamar utama lantai dua. Awalnya bu Ratna tidak menanggapinya dengan serius hingga akhirnya banyak kejadian mistis hingga puncaknya dia ingin segera pergi dari rumah itu.
“Maaf sebelumnya jika tidak memberitahu bapak cerita ini, bu Ratna menitipkan agar jual sebagai rumah biasa. Dan saya akan mendapatkan bonus yang banyak jika berhasil menjual, kini saya sangat menyesal,” wajahnya mendadak murung setelah bercerita.
“Jadi memang benar rumah itu sudah berhantu sejak dahulu, tapi bu Angel sepertinya tidak mengetahui tentang buku merah yang kutemukan dalam furnitur itu,” ucap Ryan dalam hati. “tidak bu tidak apa-apa, lagipula rumah itu memang bagus dan nyaman ditempati. Terima kasih bu sudah mau bercerita,” agar bu Angel merasa nyaman.
Bu Angel memberikan alamat bu Ratna, dengan pesan kepada Ryan hanya alamat itu saja yang dia dapatkan. Jika beruntung Ryan dapat menemukan bu Ratna dialamat itu. Pertemuan mereka selesai saat minuman yang mereka pesan sudah habis, mereka pun berpisah di area parkir. Bu Angel dapat melihat mobil Ryan yang terparkir tidak jauh darinya. Saat Ryan sedang bersiap-siap, sebuah pesan masuk. Pesan ini dari bu Angel.
“Kenapa istrinya disuruh menunggu di dalam mobil pak? Hehehe…,” isi pesan yang masuk, seakan-akan bu Angel telah melupakan apa yang baru dia ceritakan barusan.
Sontak Ryan kaget membacanya seraya melihat bu Angel yang telah keluar terlebih dahulu dari tempat makan dengan menyalakan klaksonnya pelan.