Kania memukul kepala Hengky dengan sandal jepit karena Hengky tak mau mengambil boneka Kania yang tertinggal di kamar maminya , Hengky berlari dan kembali ke rumahnya. Hatinya jengkel pada Kania yang mau menang sendiri, ia memilih membantu ibunya memunguti sampah dikampung sebelah dan mendorong gerobag tersebut. Kania jengkel dan melaporkannya pada Mira ibunya Kania. Mira memeluk anaknya yang terkecil sambil menasihati, ” Sudahlah Kania Hengky itu anak baik dan sopan kau tak boleh memperlakukan Hengky seperti itu, kasihan Hengky dia sudah tak punya ayah dan hidupnya susah “. Keluarga Hengky hidup dalam kemiskinan , ibunya yang bernama Sarini bekerja di keluarga Kania sebagai pembantu mulai pukul 6 pagi sampai Bu Mira pulang dari Puskesmas , sehingga Hengky harus bangun pagi untuk persiapan sekolah sedangkan Hengky sepulang sekolah sorenya sudah ke masjid terdekat untuk belajar mengaji , bermain sebentar dan itupun bersama Kania karena rumah bu Sarini yang kecil itu berada dibelakang rumah Kania dan dibatasi tembok tinggi. Samping rumah Hengky adalah ladang pohon pisang milik pak RT. Gerobag sampah yang diletakkan di ladang itu setiap hari dibersihkan Hengky anak usia 9 tahun seusia Kania sambil mengingat kenangan bersama ayahnya yang telah tiada . ” Bapak , alhamdulillah Ibu dalam keadaan sehat…Hengky selalu ingat pesan bapak unrtuk selalu berdoa selesai shollat dan menyayangi ibuk serta selalu istikomah “. Kebiasaan yang selalu Hengky sampaikan karena rasa rindunya pada ayah yang selalu mengajak bermain sebelum sakit kena serangan jantung.
Penasaran dengan lanjutan ceritanya? yuk segera baca cerpen yang satu ini.