Asap mengepul terlihat jelas dari dua cangkir kopi yang ada dihadapannya. Tatapannya sulit diartikan, bahkan raut wajahnya tak memancarkan apa-apa. Sesekali ia menyesap kopi miliknya lalu pandanganya jatuh pada cangkir satunya.
Dia duduk di pojok sana bersama dengan dua cangkir. Ini adalah hari pertamaku bekerja sebagai waiters, dan ini adalah hari pertamaku melihatnya.
“Kau lihat apa?” tanya Dini, teman baruku yang wajahnya tak kalah cantik denganku.
“Din, kau tahu siapa dia?” aku justru balik bertanya kepada Dini seraya menunjuk lelaki tersebut dengan daguku.
“Lelaki dengan dua cangkir?” sahut Dini.