Saat ini, aku ikut bersama Bude setelah Papa menikah lagi. Akhirnya, aku diambil Bude ikut dan tinggal di Semarang.
Aku tidak tahu, belum dua bulan kepergian mama. Papa, kembali menikah. Papa menikah, tanpa meminta persetujuan dariku dan tidak memberitahukan. Ada sedikit kecewa yang kurasakan, waktu tahu papa telah menikah lagi.
Saat ini aku berusia lima belas tahun, di usiaku yang sekarang ini, bukankah aku, sudah berhak untuk tahu dan berhak memutuskan? Akan tetapi, papa tidak pernah menganggap aku ada. Tanpa terasa air mataku jatuh di pipi.
“Andai mama masih bersamaku, mungkin ini tak ‘kan pernah terjadi.”
“Sabar Nak, sabar. Ada Bude Yati yang akan menemanimu.” Bude Yati, menghapus air mataku.
Hari-hariku kini, begitu sunyi.
“Mama, aku rindu Ma.” Kutatap foto Mama yang ada di tanganku.
Sebulan, sebelum kepergian mama, masih ada rasa bahagia yang kurasakan kala itu. Namun, karena penyakit kanker otak yang mama derita, selama enam bulan terakhir ini, menyebabkan mama akhirnya pergi untuk selama-lamanya.
“Hesti, sabar ya, Nak.”