Senja kembali datang menggantikan teriknya matahari. Cuacanya cerah, tanpa mendung yang terkesan melankolis. Jendela rumah nenekku menampakkan siluet jingga yang indah. Lantainya menciptakan bayangan bagi siapa pun yang melewatinya.
Sore hari mulai menyingsing, suasana berubah sedikit sunyi setelah adzan berkumandang. Hanya terdengar beberapa langkah kaki para santri yang hendak melaksanakan kewajiban shalat Maghrib.
Malam ini bertepatan dengan malam Jumat. Dimana, masyarakat di negaraku mempercayai bahwa kehadiran makhluk astral akan lebih aktif pada waktu ini. Bagi umat muslim, mereka senantiasa bermunajat dan berdoa untuk saudara-saudara mereka yang telah wafat. Begitupula dengan kami, para santri sekolah menengah pertama disebuah desa yang lumayan terpencil.
Aku dan teman-temanku berjalan menuju aula untuk melaksanakan doa dan tawassul bersama, seperti biasanya. Tangan kami saling memeluk buku doa,
berjalan beriringan di tengah gelapnya malam.
Belum ada kerlip apa pun yang terlihat di langit sana. Hanya terasa angin yang mulai terasa dingin. Beberapa temanku masih memakai mukena, berbincang penuh canda tawa.