Namaku Mentari Senja, orang-orang biasa menyapa Tari, umur 35, memiliki dua putri yang sangat cantik. Yang sulung kelas 1 SD sedangkan yang kedua umur 4 tahun. Kehidupanku nyaris sempurna sebelum iblis berbentuk perempuan masuk ke dalam rumah tanggaku, memporak porandakan tatanan kehidupanku tanpa ampun, tanpa jeda, terseok-seok, hingga hancur berkeping-keping. Tapi, kuatnya iman dalam dada mampu membuatku bertahan untuk tetap menjalani kehidupan.
Alfin, nama suamiku. Seorang karyawan BUMN di Jakarta. Dia tidak tampan, biasa saja menurutku, masih banyak lelaki yang lebih tampan darinya, mantan pacarku saja jauh lebih tampan darinya. Tapi, aku sangat mencintainya, entahlah, mungkin karena sikapnya yang selalu baik terhadapku dan anak-anak. Bahkan ia tidak pernah sekali pun marah padaku. Serius!
Dia menjadikan aku wanita paling bahagia di bumi.
Namun, itu tidak berlangsung lama sampai perempuan bernama Zulfa muncul. Perempuan itu adalah teman SMA suamiku, mereka bertemu lagi saat reunian. Dari sana komunikasi mereka berlanjut, tapi saat itu belum ada yang berubah dengan sikap Mas Alfin.
Suatu hari aku mulai merasakan sikap suamiku berubah, dingin, dan seolah enggan menatapku. Aku bingung, tapi aku mencoba berbaik sangka dulu, mungkin dia lelah.
“Mas, mau aku bikinin kopi?” tawarku sambil menyentuh pundaknya. Saat itu dia sedang duduk di teras, serius mengetik pesan di ponselnya, entah siapa yang sedang berkomunikasi dengannya.
“Enggak. Sudah, jangan ganggu Mas. Sana masuk!” bentaknya. Hatiku sakit. Baru kali ini dia membentakku.