Waktu dalam sunyi kutemukan remah mimpimu. Kutanyakan berulangkali kepastian tentang hal itu. Tentang kegigihan menggantungkan tiap-tiap citamu. Sandaran hidup masa depan yang terus menggila dan bergerilya dalam benak pikiranmu. Pun sebelumnya aku tak pernah mau tahu dan sekarang kenapa aku mendadak rugi karena ingin menahu?
Apa benar kegilaanmu telah menular akut pada sungkanku? Sampai hati, hingga aku melupa perihal janji dan sumpah serapah yang sempat keluar dari mulut sompralku. “Aku budakmu! Aku serdadu kumbang yang akan meluluhlantakkan mimpi-mimpi mu! Aku telanjur menggamit obsesi untuk melampiaskan semua sendumu. Menimpahmu dengan segala sengkarut yang kusebut dendam karena sikap acuh, tak pedulimu”.