Elissa tak betah dikurung dalam goa bawah tanah…..dia memohon pada SiAmang untuk keluar jalan-jalan, SiAmang mengawasi seluruh gerak-gerik Elissa yang sepertinya mencoba melarikan diri meninggalkan goa. Putri Elissa mengetahui tak mungkin kalau SiAmang membiarkannya dan Ia mencoba bersiul memanggil anak buahnya berharap pertolongannya. Rupanya SiAmang tak memberikan makanannya selama dua kali akibatnya air laut mengamuk lalu Korg mendatangi Si Amang.
Korg : ” Mengapa kamu membiarkan aku kelaparan dua bulan ini…? ”
SiAmang : ” Maaf kakakku….rakyat sangat bersedih kalau engkau melakukan seperti ini terus menerus….”
Korg : ” Bukankah sudah menjadi tanggung jawabmu….dan bersedia membantu rakyat kala itu…. ” Dengan marahnya Korg memelototi SiAmang adiknya yang membuat ombak laut meninggi lagi, para nelayan tak berani melaut dan Korg terbang keluar menampakkan diri sambil mengeluarkan suara ” Krrraaaakkkkk…..krrraaaakkkk….” yang membuat telinga rasanya mau pecah.
SiAmang : ” Aku akan meminta rakyat kembali memberikan korban untukmu kakakku….” Dengan linangan air mata Si Amang merayu kakaknya agar jangan mengganggu rakyat mereka.
Putri Elissa menyusuri goa sampai dia bisa menemukan jalan ke arah kerajaan Negeri Dewata yang sudah menjadi tempat tinggalnya, pintu itu terbuat dari batu dan masih melalui beberapa pintu lagi sampai Ia bisa menuju kamarnya . Alangkah senangnya hati Putri Elissa yang segera memanggil anak buahnya. Anak buahnya keheranan dikiranya putri Elissa sudah meniggal sebagai korban untuk Korg yang jahat. Tetapi ternyata mereka salah dan Putri Elissa menceritakan kalau SiAmang telah menolongnya dan membiarkan putri Elissa leluasa berada di sekitar istana sampai bisa menemukan sendiri kamar tempatnya beristirahat dalam istananya sendiri.
Diluar sana Korg mengamuk matanya memerah ketiga-tiganya mengeluarkan api dan membakar kapal-kapal yang sedang sandar , rakyat amat ketakutan dan mencari seorang pelindung tapi dengan siapa…? mereka berlari sampai masuk hutan dan menemukan kerajaan Negeri Dewata di Atol. Putri Elissa keluar dengan menyamar sebagai rakyat jelata dia berhasil bertemu dengan lelaki yang pincang dan Putri Elissa menceritakan tentang panah serta busur yang rencana di buatnya.
Pemuda pincang tersebut bernama Damar, Pertapa Wanara mengawasi Damar yang ternyata kuat mengangkat kayu dan segera membuat busur serta panah . Selama seminggu Damar telah selesai membuat busur dan panah untuk putri Elissa tetapi putri Elissa tak kuat mengangkatnya dan terpaksa menerima pemberian putri Elissa . SiAmang keluar untuk menemui kakaknya Korg agar menghentikan teror yang diberikan Korg.
Korg tetep saja marah air laut menjadi bergelombang yang amat besar . Putri Elissa memohon kepada pertapa Wanara untuk menyelamatkan rakyatnya .
Elissa : ” Tolong kami pertapa….apakah sudah saatnya Damar menembak panahnya ke angkasa…? ”
Wanara : ” Belum….belum saatnya Elissa…..” . Korg yang marahnya menjadi karena SiAmang tak memberikan santapannya membuat kerajaan di Atol terendam air dan Elissa terendam bersama kerajaannya tetapi putri Elissa masih bisa berenang dan menepi lalu Wanara menghampirinya agar Putri Elissa bersemedi mengharap kepada Dewata maka munculan karang-karang yang mengelilingi kepulauan Atol untuk melindungi masyarakat di Atol . Sebagian wilayag Atol sudah terkurung karang karena untuk melindungi kapal-kapal agar tak hilang. Korg menjadi heran dengan munculnya karang-karang secara tiba-tiba dan inilah yang menyebabkan tubuh Korg terluka . SiAmang mendengar tangisan Korg yang kesakitan karena goresan karang-karang pelindung pulau Atol kediaman Dewi Rembulan .
Dalam Goa Korg meminta tolong pada Si Amang agar memberikan persembahan untuknya, tapi SiAmang tak mau memberikan putri Elissa karena Si Amang amat mencintainya dan mereka berkelahi satu sama lainnya , Si Amang tak berani kepada kakaknya dan dia menurut saja apa yang dilakukan Korg si Naga syetan.
Dewi Rembulan yang merasa anak-anaknya sedang mengalami perkelahian dia turun ke Bumi menyusul suaminya Wanara yang sedang melaksanakan pertapaan untuk mengusir syetan yang mengganggu kehidupan di Bumi. Dewi Rembulan yang menungu Ksatria Wanara untuk kembali ke kahyangan tempat tinggal Dewa di angkasa, tetapi karena di Atol terjadi hujan dan petir makanya Dewi Rembulan mengurungkan niatnya menjemput suaminya . Dewi Rembulan merenungi apakah yang sedang terjadi sampai suaminya belum kembali sampai sekarang.