Sister List episode 1

Bagian Satu

Malam hari yang dingin, anjing saling menyapa satu sama lain. Sebuah rumah di ujung jalan dipenuhi oleh lampu-lampu sirine polisi yang bergantian berputar. Saksi mata menyebutkan ada sebuah kejadian pembunuhan di sana. Dia melihat ada seorang mayat remaja perempuan tergeletak di sana tak bernyawa. Saksi mata itu menyebutkan bahwa dia mendengar suara teriakan dari dalam rumah, ketika dia menghampiri rumah itu ada seorang perempuan lagi yang pergi dengan menggunakan mobil dengan kencang.

Seorang detektif muda Judy Laws tiba di tkp, dengan memamerkan lencananya dia dapat masuk ke dalam rumah dan melihat langsung kondisi korban pembunuhan itu. Langkah sepatunya terdengar jelas dari lantai yang berlapiskan kayu. Kondisi mayat sungguh mengenaskan, lehernya hampir putus dan baju piyamanya berlumuran darah. Detektif menanyakan kepada petugas polisi yang berdiri disamping mayat ini.

“Bisa anda jelaskan kondisi mayat ini lebih detil?” Detektif Judy bertanya kemudian polisi itu menjelaskan.

Selain kondisi leher yang hampir putus, ditemukan juga luka lain seperti bagian atas kepala yang memar dan mengeluarkan darah segar. Lalu pergelangan tangan seperti bekas luka ikatan tambang. Detektif bertanya lagi barang bukti apa yang ditemukan, polisi itu menjawab tidak menemukan barang bukti apa-apa. Kemungkinan besar semua barang bukti sudah dibawa oleh pelaku.

Detektif Judy lalu melanjutkan investigasinya dengan bertanya dengan saksi mata yang kebetulan juga sedang ditanyai keterangan oleh polisi lainnya. Dia menyuruh polisi itu untuk membantu polisi lain tuk menyelidiki sedangkan dia akan bertanya lagi dengan saksi mata ini.
“Apa benar anda saksi mata atas kasus ini?”

“Ya…ya awalnya saya mendengar suara teriakan, lalu saya datang…,” lelaki yang berumur itu menjawab dengan nada gelisah.

“Tunggu sebentar, bisa anda jelaskan lagi detilnya. Jam berapa dan bagaimana suara teriakan itu?”

Lelaki itu menceritakan, sekitar pukul 10 malam dia mendengar suara cekcok dari dalam rumah. Dengan rasa penasaran dia mengintip melalui jendela dalam rumahnya. Ada dua perempuan, satu perempuan remaja berumur kurang lebih 12 tahun dan satu lagi sudah dewasa kemungkinan berusia di atas 20an. Saat dia mengintip perempuan dewasa melihatnya lalu menutup tirai rumah mereka. Sampai sana dia tidak bisa melihatnya lagi tetapi suara teriakan masih terdengar.

“Bisakah anda menceritakannya di rumah? Agar saya bisa memvisualisasikannya. Lagipula di sini bising dan terlalu banyak orang,” kata detektif Judy. Lelaki itu mengiyakan dan mereka berdua masuk ke rumah lelaki itu. Sesekali detektif Judy melihat ke rumah yang menjadi tkp. Sesampainya di rumah lelaki itu menceritakannya lagi, sambil menunjuk jendela tempat dia mengintip dua saudari yang sedang bertengkar.

Suara teriakan semakin keras, namun suara ini keluar dari perempuan yang masih remaja. Semakin lama semakin keras dan itu membuat lelaki ini gelisah. Dengan berani dia keluar dan menyebrang menuju rumah perempuan itu, baru saja dia sampai halaman depan rumah dia melihat perempuan dewasa itu keluar dari rumah lalu bergegas masuk ke dalam mobil dan memacunya dengan kencang. Lelaki itu lalu berlari menuju rumah, dia melihat seorang remaja perempuan tergeletak tidak berdaya. Dia masih hidup dan tangannya berusaha meraih lelaki itu, dengan pelan remaja perempuan itu sempat berkata, “tolong…siapapun anda tolong saya…,” ketika lelaki itu menghampiri remaja itu dia sudah meninggal.

Lelaki itu bergegas menelepon panggilan darurat 911 lalu petugas polisi dan ambulans datang.
“Sudah berapa lama mereka tinggal di sana? Apakah mereka memiliki hubungan keluarga?” detektif Judy melanjutkan pertanyaannya.

“Um…seingat saya mereka baru dua bulan tinggal di tempat itu, mereka hanya berdua saja. Dilingkungan padat seperti ini mereka sama sekali jarang berinteraksi. Saya kurang tahu apakah mereka berdua kakak adik atau ada hubungan saudara apa tidak. Tapi tiap hari perempuan dewasa itu selalu mengantar-jemput remaja itu pergi ke sekolah.”

“Apa anda tahu mobil yang digunakan oleh…kita sebut saja kakak dari remaja perempuan ini?”

“Dia…dia memakai mobil jenis sedan lama berwarna putih, kondisi mobilnya juga tidak terlalu bagus namun masih bisa berjalan cepat.”

Merasa sudah mendapat info mengenai kejadian ini detektif Judy pergi meninggalkan seorang saksi mata tuk menuju rumah tempat kejadian perkara. Dia berkata kepada seorang polisi bahwa dia akan melakukan investigasi lanjutan besok, sedangkan mayat korban dibawa ambulans tuk dilakukan autopsi. Terakhir kali detektif Judy melihat muka korban, dia masih sangat muda tetapi sudah mengalami peristiwa yang begitu tragis. Semua polisi dan mobil ambulans pergi meninggalkan tempat itu. Sementara detektif Judy masih melihat-lihat rumah dari halaman depan yang sudah terpasang garis polisi.

Detektif Judy kemudian pergi membawa mobilnya sendirian. Di jalan dia masih memikirkan kasus ini dan dia merasa kasihan kepada korban yang masih di bawah umur. Saat melewati jalan sepi dia melihat ke spion belakangnya, dia menginjak rem kuat-kuat sehingga mobilnya berhenti mendadak. Dia menoleh ke bangku belakang mobilnya, dia tidak melihat apa-apa.

Dia mengelus mukanya dengan kedua telapak tangannya lalu mengambil nafas panjang, “Mungkin hanya perasaanku saja,” dia melanjutkan perjalanannya pulang.

Sesampainya di rumah dia menyiapkan diri untuk tidur dan beristirahat. Saat menuju kamarnya dia merasa seperti ada seseorang dibelakangnya, dia menoleh kebelakang tetapi tidak ada siapa-siapa. Lalu dia berbaring di kasur, berusaha mengingat kejadian tadi dimobilnya. Saat dia melihat sesosok remaja perempuan duduk dibelakang, sosok itu mirip dengan korban yang kasusnya akan dia tangani. Dia mematikan lampu tidurnya lalu bersiap tuk tidur, tiba-tiba terdengar suara berbisik dikupingnya.

“Tolong…tolong aku…,” detektif Judy sontak bangun lalu menyalakan lampu tidurnya.

Dia berkeringat, wajahnya tegang dan mendadak menjadi pucat. Dia beranjak dari kasurnya untuk mencuci muka untuk menyegarkan diri. Setelah satu dua bilasan air dia melihat dari pantulan kaca kamar mandinya sesosok remaja perempuan itu lagi. Dia bergerak cepat kebelakang, nafasnya tidak beraturan. Lalu dia mengambil obat tidur, meminumnya lalu berusaha untuk tidur.

Keesokan siangnya, detektif Judy sudah berada di halaman rumah tempat pembunuhan terjadi. Di depan sini juga sudah ada mobil polisi lainnya, dia adalah detektif Ryan Seastone. Rekan satu kantor detektif Judy dikepolisian.

“Untuk apa kamu datang ke sini? Seingatku kamu tidak ada keperluan di sini,” kata detektif Judy ketus.

“Ayolah Judy…aku hanya ingin membantu kok. Kamu selalu saja menolak untuk menyelesaikan kasus bersama, hal yang wajar kan satu kasus diselesaikan oleh dua orang detektif?”

“Tolong panggil aku detektif Laws, kita sedang dalam jam kerja. Mengerti?” berjalan meninggalkan detektif Ryan menuju ke dalam rumah.

Detektif Judy membuka pintu rumah itu, kemudian masuk dengan perlahan. Detektif Ryan mengikutinya dari belakang. Keadaan rumah ini sama sekali tidak berubah, masih sama seperti tadi malam. Darah-darah korban masih mengotori lantai.

“Ju..um maksudku detektif Laws, saya akan menggeledah lantai dua. Saya akan memberitahu jika saya menemukan hal menarik,” dihiraukan oleh detektif Judy, detektif Ryan bergegas ke lantai dua. Suara langkah kakinya terdengar sangat jelas.

Detektif Judy melihat-lihat ruang tamu rumah ini, sangat baik dalam hal penataan maupun furniture yang ada. Karena yang tinggal adalah anak perempuan maka kondisi rumah tergolong apik. Lalu dia mulai mencari bukti atau apapun yang bisa memberikan informasi tentang kasus ini. Masuklah detektif Judy ke salah satu kamar. Kamar ini sangat bersih, dia melihat foto-foto yang terbingkai berbaris rapih dekat meja rias. Tidak ada satupun foto yang mirip dengan korban, hanya foto hitam putih seseorang perempuan cantik.

Saat dia sedang melihat-melihat foto, dia merasakan ada sesuatu yang lewat di luar pintu. Dia melihat ke arah luar pintu, tidak ada apa-apa hanya hembusan angin yang numpang lewat. Ketika dia melihat kaca, sosok remaja perempuan itu terlihat lagi. Sontak dia melepaskan foto yang sedang dia pegang. Foto itu jatuh dan pecah. Suara pecahan foto itu membuat detektif Ryan bergegas ke bawah.

“Hei…terjadi sesuatu?” melihat detektif Judy yang sudah duduk di tepi Kasur menatap cermin didepannya.

Memegangi keningnya dengan jari-jari kecilnya, “Tidak, tidak apa-apa. Kau menemukan sesuatu?”

“Yah, aku menemukan ini,” memperlihatkan sebuah buku besar. “di sini tertulis panti asuhan Saint Joan, ada foto-foto dan beberapa artikel.”

“Perlihatkan padaku,” detektif Judy menghampirinya. Dibukanya lembar demi lembar, dia terhenti di suatu halaman. “Lisa..Stamford…apa lagi yang kamu temukan?” menutup buku itu.

Detektif Judy bergerak menuju lantai dua rumah ini untuk mencari barang-barang atau benda yang bisa dijadikan petunjuk atas kasus ini.


Sister List

Sister List

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2017 Native Language: Indonesia
Detektif Judy , seorang detektif yang bertugas untuk menangani kasus pembunuhan misterius yang menimpa gadis remaja bernama Lisa. Karena minimnya bukti bekas pembunuhan hal ini membuat semua kecurigaan jatuh ke saudari korban , yang berada dirumah disaat Lisa terbunuh. Misteri apa yang akan terungkap di cerita ini? yuk dibaca kisahnya !

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset