Setelah meninggalkan rumah sakit jiwa itu detektif Ryan berencana membawa kembali detektif Judy ke rumah sakit karena lukanya belum sembuh benar tetapi detektif Judy tidak mau dan ingin diantarkan pulang kerumahnya. Hari sudah malam, keduanya penuh luka dan lelah sehingga tidak ada percakapan di dalam mobil, suasana sepi sunyi. Tidak terasa detektif Ryan mempercepat laju mobil, jalanan di sini juga sedang kosong hanya satu dua mobil yang berpapasan dengan mereka.
Sampai di suatu jalan, di samping kiri dan kanan hanya ada sebuah lapang yang luas. Tiap beberapa meter lampu jalan bersinar.
“Kamu ingin gantian? Bagaimana kalau aku yang menyetir?” kata detektif Judy.
“Ah tidak usah, aku masih sanggup,” melihat ke arah detektif Judy.
Dengan cepat sebuah mobil van berukuran sedang menabrak mobil mereka, efeknya sangat hebat sehingga mobil mereka terpental beberapa meter dan sempat terguling beberapa kali. Keadaan mobil mereka sekarang dalam posisi terbalik, berkas-berkas maupun gambar-gambar yang detektif Judy temukan berserakan memenuhi dalam mobil.
Detektif Judy yang sudah sadar melihat ke arah detektif Ryan, dia pingsan dan masih tersangkut dikursinya dengan sabuk pengaman.
“Ryan…detektf Ryan!” mencoba membangunkannya namun gagal.
Detektif Judy melepaskan sabuk pengaman, terjatuh dan keluar dari mobil dengan merangkak. Lukanya terbuka kembali, dia bangun dan membuka pintu detektif Ryan, melepaskannya dan menyeretnya menjauh dari mobil. Kondisi mobilnya rusak parah, penyok sana-sini dan tangki bensinya bocor. Dia bersyukur masih bisa selamat dengan detektif Ryan. Lalu detektif Judy dengan luka yang begitu parah mendekati van yang menabraknya. Dia menodongkan pistol, pengemudinya tidak sadarkan diri dikursinya.
Terdengar suara tawa anak kecil di van ini, dia tidak tahu dari mana asal suara tawa itu. Munculah seorang perempuan dari balik cahaya lampu jalan, dia membawa sebuah pisau. Dari matanya mengeluarkan darah segar, dia menaikkan wajahnya. Seorang perempuan itu adalah Julie yang sedang dirasuki oleh Christy.
“Jangan-jangan….,” detektif Judy menodongkan pistolnya ke arah Julie.
“YA..AKU YANG MEMBUATMU JADI BEGINI…, SEKARANG KAMU BISA MATI DENGAN TENANG!” berlari menuju detektif Judy.
Beberapa tembakan dilepaskan oleh detektif Judy, namun tidak ada yang kena karena kondisi tubuhnya yang sedang luka membuat bidikannya banyak yang meleset. Julie mencoba membacoknya dengan pisau itu, tetapi tangannya mampu dipegang oleh detektif Judy. Dia terjatuh ke lantai, dengan sekuat tenaga Julie mencoba menusuk wajahnya. Tenaga detektif Judy masih kuat untuk menahan pisau itu meraih wajahnya. Tiba-tiba Julie berhenti, dia melihat ke arah mobil detektif Judy. Dia sadar bahwa detektif Ryan berada di sekitar situ. Dia meninggalkan detektif Judy dan berlari ke detektif Ryan.
“Jangan!…berhenti!” detektif Judy menembaknya, lagi-lagi meleset dan mengenai mobilnya.
Percikan api dari tembakan tadi mengenai bensin yang menetes dari mobilnya, dengan cepat mobil detektif Judy terbakar. Hal aneh terjadi, Julie yang tadi berlari cepat sekarang jalan terpatah-patah. Pisaunya terlepas dan Julie jatuh sambil berteriak sangat kencang. Kesempatan ini digunakan oleh detektif Judy untuk menolong detektif Ryan. Walaupun jaraknya lumayan jauh tetapi jika mobilnya meledak maka detektif Ryan akan terkena imbasnya.
Dengan sekuat tenaga detektif Judy berlari sambil memegangi luka diperutnya yang kembali terbuka. Dia melewati Julie yang masih berteriak dan mulai menggeliat di tanah. Api semakin besar, dia mendekati detektif Ryan, lalu dia melihat sebuah kertas yang terbakar api. Dia melihat dengan seksama ternyata kertas itu adalah gambar Lisa yang tadi berserakan setelah terjadi tabrakan. Detektif Judy mengangkat bahu detektif Ryan dan menyeretnya lagi menjauhi mobil.
Melihat dari kejauhan semakin banyak kertas yang terbakar semakin kuat Julie berteriak dan menggeliat di tanah.
“Jadi itu kelemahanmu,” ucap detektif Judy. “Julie!” mengarahkan pistolnya ke mobil yang terbakar.
“Jangan!…arrggghhhh…,” sekuat tenaga Julie bangun dan berlari ke arah detektif Judy.
“Selamat tinggal…Christy,” menembakan pistolnya, mobilnya meledak. Detektif Judy dan Julie terpental, dia tidak sadarkan diri.
Beberapa hari kemudian, di rumah sakit yang sama seperti Julie dirawat sebelumnya. Detektif Judy akhirnya siuman, disebelah ada dokter wanita yang dia temui di rumah sakit jiwa itu.
“Anda?…apa yang terjadi?” dalam keadaan yang lemah.
“Kamu baru siuman, sudah hampir tiga hari kamu tidak sadarkan diri. Luka-luka yang ada ditubuhmu masih belum sepenuhnya pulih…,” kata dokter wanita itu. “rekanmu ada diruangan lain, lukanya lebih parah darimu tapi kondisinya sudah stabil sekarang, dan untuk Julie dia dalam keadaan koma,” lanjutnya.
Dokter Wanita ini bernama Amanda Byrne, malam itu dia mengejar kedua detektif itu karena khawatir melihat mereka membawa Julie. Saat menemukan mereka keadaan sudah sangat kacau, tiga tubuh tergeletak di tanah, mobil hangus terbakar, satu orang bersimbah darah di dalam van. Dengan sigap dia menghubungi telepon darurat dan polisi dan ambulans bisa mengevakuasi mereka.
Tiga minggu kemudian Julie bersaksi dipengadilan, dia menceritakan semuanya di situ. Kondisi fisik maupun mental Julie sudah sangat baik, sebelumnya jenazah Lisa sudah dimakamkan secara wajar karena semua data dan barang bukti kasus ini sudah ditemukan. Detektif Judy, detektif Ryan, orang tua Lisa, bahkan nyonya Rose datang pada saat Lisa dimakamkan. Kedua orang tuanya tidak bisa menahan tangis, suasana waktu itu sangat sedih.
Dihadapan hakim Julie membeberkan apa yang sebenarnya terjadi malam itu. Saat malam itu Julie meminta kepada bos tempat dia bekerja sambilan untuk mengambil jam pulang lebih awal, bosnya mengizinkan. Dia lalu pulang dan mendapati adiknya sedang menunggunya di dalam rumah. Tidak ada hal aneh, mereka makan malam bersama dan saling bercanda. Hingga malam mulai larut Lisa tiba-tiba diam. Julie bertanya namun tidak ada jawaban sedikitpun. Lisa semakin aneh lalu perlahan mata Lisa menjadi hitam semua dan darah mulai menetes.
“Darah? Apa kamu yakin? Kamu tidak dalam pengaruh obat-obatan kan malam itu?” Tanya hakim yang kaget mendegar cerita Julie.
“Tidak pak hakim, saya dalam keadaan baik,” hakim meminta Julie melanjutkan ceritanya.
Saat Lisa menjadi seperti itu Julie langsung panik, dia mencoba mendekat tetapi Lisa malah meneriakinya, “Salahmu! Semua salahmu!”. Julie terhenyak, tidak mengerti apa yang terjadi kepada adiknya. Tiba-tiba Lisa mendekat dan langsung mencekik leher Julie, Julie mencoba melepasnya dengan menarik pergelangan tangan Lisa dengan kuat. Inilah penyebab pergelangan Lisa terdapat luka lecet. Karena tenaga Julie lebih besar dari Lisa, dia berhasil melepaskan cekikan itu dan mendorong Lisa dengan kuat. Lisa terjatuh dan kepalanya mengenai ujung anak tangga dirumahnya.
Julie yang sadar telah melukai adiknya menghampiri, kondisi Lisa kembali seperti semula, matanya normal dan tidak mengeluarkan darah. Lisa mengaku kepalanya pusing dan ingin meminum air. Dia pergi ke dapur, Julie tidak bilang apa-apa. Ketika kembali Lisa sudah membawa pisau, kondisinya kembali lagi seperti tadi. Yang dia lakukan tadi adalah pura-pura untuk mengelabui Julie agar Lisa bisa mengambil pisau.
Dalam kondisi itu Lisa mengaku bahwa dia adalah Christy, teman khayalan Lisa yang selalu menemaninya. Julie semakin bingung, dengan suara yang lantang Christy memarahi Julie. Akibat perkataan Julie kepada Lisa, dia menjadi gadis yang suka berteman dengan anak disekolahnya. Christy semakin terlupakan dan itu membuat dirinya muak. Julie mengaku salah dan meminta dia untuk melepaskan pisau itu dan pergi dari tubuh Lisa. Dia berjanji akan berkata kepada Lisa untuk bermain lagi dengan Christy.
Perkataan Julie tidak didengar oleh Christy, dia sudah sangat marah dan sebelum menggorok leher Lisa dia berkata, “Akan kubuat kamu menderita! Adikmu akan kubawa bersamaku!” kejadiannya sungguh cepat Julie tidak bisa menghentikan Lisa saat melakukannya. Melihat adiknya bersimbah darah dia menangis hebat, karena tidak tahu harus berbuat apa dia mengambil pisaunya dengan baju bagian dalam untuk menutup tangannya dan lari dari rumah. Di luar dia melihat tetangganya yang sudah ada dihalaman, sebelum orang itu menemukan apa yang terjadi Julie pergi dengan mobilnya dan mengendarai mobilnya secepat mungkin.
Orang-orang yang hadir dalam sidang itu terhenyak dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Julie, namun keterangan dari detektif Judy dan detektif Ryan menguatkan cerita Julie. Belum lagi tidak ada saksi lain selain Julie yang melihat kejadian itu, dalam barang bukti juga tidak ada sidik jari Julie. Akhirnya Julie terbebas dari semua tuntutan dan pihak kepolisian menyatakan bahwa kasus Lisa murni karena bunuh diri, mereka tidak mengungkapkan kepada publik tentang misteri yang ada dalam kasus ini.
Hal berbeda terjadi kepada Robbie, dia dipenjara dalam waktu yang lumayan lama karena melakukan penipuan dengan menjual rumah tanpa seizin pemilik aslinya. Sementara itu pengendara van yang menabrak kedua detektif juga terbebas dari semua tuntutan. Ini terjadi setelah pengendara van itu bercerita kepada detektif Judy bahwa sebelum hilang kendali dia melihat seorang perempuan melintas dan dia mengira telah menabraknya. Itulah mengapa dia banting stir dan langsung menabrak mobil detektif Judy. Yang masih menjadi pertanyaan bagi detektif Judy yaitu dia yakin betul bahwa malam itu Christy menyerangnya dengan pisau namun pisaunya tidak ditemukan, dia bertanya kepada dokter Amanda tapi dokter itu bilang tidak melihat pisau. Dia hanya melihat Julie, kedua detektif dan pengendara van.
Tepat sebulan dari peristiwa mengerikan itu kehidupan keluarga Bradesmith kembali normal, mereka sudah mengikhlaskan kepergian Lisa dan Julie sudah tinggal dengan kedua orang tuanya. Mereka sangat berterima kasih kepada detektif karena sudah menolong Julie. Detektif Judy juga di undang ke rumah yatim piatu Saint Joan, bu Rose mengundangnya untuk mengobrol.
“Terima kasih Bu detektif, berkat kerja keras anda masalah ini dapat terselesaikan dan Julie dapat hidup bahagia lagi,” ucap bu Rose lalu memberikan bingkisan kepada detektif Judy. “terimalah.”
“Ya..terima kasih,” menerima bungkusan bisa dia pegang dengan satu tangan.
Setelah selesai detektif Judy kembali kerumahnya dan membuka bingkisan yang diberikan oleh bu Rose. Dia membuka kotak kecil berwarna coklat itu, isinya adalah sebuah boneka anak perempuan yang mempunyai mata berwarna hitam,berukuran kecil dengan rambut pirang diikat dua. Dia menaruh boneka itu rak lemari yang kebetulan juga dijadikan sebagai tempat menyimpan koleksi bukunya. Dia pergi untuk mengistirahatkan tubuhnya, tidak lama kemudian dari mata boneka itu keluar darah segar.