Sister List episode 11

Alternate Ending

Setelah meninggalkan rumah sakit jiwa itu detektif Ryan berencana membawa kembali detektif Judy ke rumah sakit karena lukanya belum sembuh benar tetapi detektif Judy tidak mau dan ingin diantarkan pulang kerumahnya. Hari sudah malam, keduanya penuh luka dan lelah sehingga tidak ada percakapan di dalam mobil, suasana sepi sunyi. Tidak terasa detektif Ryan mempercepat laju mobil, jalanan di sini juga sedang kosong hanya satu dua mobil yang berpapasan dengan mereka.

Sampai di suatu jalan, di samping kiri dan kanan hanya ada sebuah lapang yang luas. Tiap beberapa meter lampu jalan bersinar.

“Kamu ingin gantian? Bagaimana kalau aku yang menyetir?” kata detektif Judy.

“Ah tidak usah, aku masih sanggup,” melihat ke arah detektif Judy.

Dengan cepat sebuah mobil van berukuran sedang menabrak mobil mereka, efeknya sangat hebat sehingga mobil mereka terpental beberapa meter dan sempat terguling beberapa kali. Keadaan mobil mereka sekarang dalam posisi terbalik, berkas-berkas maupun gambar-gambar yang detektif Judy temukan berserakan memenuhi dalam mobil.

Detektif Judy yang sudah sadar melihat ke arah detektif Ryan, dia pingsan dan masih tersangkut dikursinya dengan sabuk pengaman.

“Ryan…detektf Ryan!” mencoba membangunkannya namun gagal.

Detektif Judy melepaskan sabuk pengaman, terjatuh dan keluar dari mobil dengan merangkak. Lukanya terbuka kembali, dia bangun dan membuka pintu detektif Ryan, melepaskannya dan menyeretnya menjauh dari mobil. Kondisi mobilnya rusak parah, penyok sana-sini dan tangki bensinya bocor. Dia bersyukur masih bisa selamat dengan detektif Ryan. Lalu detektif Judy dengan luka yang begitu parah mendekati van yang menabraknya. Dia menodongkan pistol, pengemudinya tidak sadarkan diri dikursinya.

Terdengar suara tawa anak kecil di van ini, dia tidak tahu dari mana asal suara tawa itu. Munculah seorang perempuan dari balik cahaya lampu jalan, dia membawa sebuah pisau. Dari matanya mengeluarkan darah segar, dia menaikkan wajahnya. Seorang perempuan itu adalah Julie yang sedang dirasuki oleh Christy.

“Jangan-jangan….,” detektif Judy menodongkan pistolnya ke arah Julie.

“YA..AKU YANG MEMBUATMU JADI BEGINI…, SEKARANG KAMU BISA MATI DENGAN TENANG!” berlari menuju detektif Judy.

Beberapa tembakan dilepaskan oleh detektif Judy, namun tidak ada yang kena karena kondisi tubuhnya yang sedang luka membuat bidikannya banyak yang meleset. Julie mencoba membacoknya dengan pisau itu, tetapi tangannya mampu dipegang oleh detektif Judy. Dia terjatuh ke lantai, dengan sekuat tenaga Julie mencoba menusuk wajahnya. Tenaga detektif Judy masih kuat untuk menahan pisau itu meraih wajahnya. Tiba-tiba Julie berhenti, dia melihat ke arah mobil detektif Judy. Dia sadar bahwa detektif Ryan berada di sekitar situ. Dia meninggalkan detektif Judy dan berlari ke detektif Ryan.

“Jangan!…berhenti!” detektif Judy menembaknya, lagi-lagi meleset dan mengenai mobilnya.

Percikan api dari tembakan tadi mengenai bensin yang menetes dari mobilnya, dengan cepat mobil detektif Judy terbakar. Hal aneh terjadi, Julie yang tadi berlari cepat sekarang jalan terpatah-patah. Pisaunya terlepas dan Julie jatuh sambil berteriak sangat kencang. Kesempatan ini digunakan oleh detektif Judy untuk menolong detektif Ryan. Walaupun jaraknya lumayan jauh tetapi jika mobilnya meledak maka detektif Ryan akan terkena imbasnya.

Dengan sekuat tenaga detektif Judy berlari sambil memegangi luka diperutnya yang kembali terbuka. Dia melewati Julie yang masih berteriak dan mulai menggeliat di tanah. Api semakin besar, dia mendekati detektif Ryan, lalu dia melihat sebuah kertas yang terbakar api. Dia melihat dengan seksama ternyata kertas itu adalah gambar Lisa yang tadi berserakan setelah terjadi tabrakan. Detektif Judy mengangkat bahu detektif Ryan dan menyeretnya lagi menjauhi mobil.

Melihat dari kejauhan semakin banyak kertas yang terbakar semakin kuat Julie berteriak dan menggeliat di tanah.

“Jadi itu kelemahanmu,” ucap detektif Judy. “Julie!” mengarahkan pistolnya ke mobil yang terbakar.

“Jangan!…arrggghhhh…,” sekuat tenaga Julie bangun dan berlari ke arah detektif Judy.

“Selamat tinggal…Christy,” menembakan pistolnya, mobilnya meledak. Detektif Judy dan Julie terpental, dia tidak sadarkan diri.

Beberapa hari kemudian, di rumah sakit yang sama seperti Julie dirawat sebelumnya. Detektif Judy akhirnya siuman, disebelah ada dokter wanita yang dia temui di rumah sakit jiwa itu.

“Anda?…apa yang terjadi?” dalam keadaan yang lemah.

“Kamu baru siuman, sudah hampir tiga hari kamu tidak sadarkan diri. Luka-luka yang ada ditubuhmu masih belum sepenuhnya pulih…,” kata dokter wanita itu. “rekanmu ada diruangan lain dia dalam keadaan koma, dan untuk Julie kondisinya stabil,” lanjutnya.

Dokter Wanita ini bernama Amanda Byrne, malam itu dia mengejar kedua detektif itu karena khawatir melihat mereka membawa Julie. Saat menemukannya keadaan mereka sudah sangat kacau, tiga tubuh tergeletak di tanah, mobil hangus terbakar, satu orang bersimbah darah di dalam van. Dengan sigap dia menghubungi telepon darurat dan polisi dan ambulans bisa mengevakuasi mereka.

Tiga minggu kemudian seharusnya Julie bersaksi dipengadilan sesuai jadwal, tetapi tidak jadi dilakukan karena kondisinya stabil dalam artian secara fisik dia sehat namun tidak secara mental. Dokter Amanda sudah mencoba menterapinya, orang tuanya bahkan sudah mencoba berbicara padanya tetap saja Julie hanya bisa diam. Tatapan matanya sangat kosong, kadang dia berteriak jika terlalu lama diajak berbicara.

Akhirnya polisi menutup kasus ini karena menilai Julie tidak bisa bersaksi karena menderita gangguan mental dan menganggap bahwa kejadian ini murni adalah bunuh diri yang dilakukan Lisa. Dari barang bukti yang ditemukan juga tidak ada bekas sidik jari dipisau yang ditemukan oleh detektif Judy. Pemakaman Lisa pun dilakukan, keluarga, bu Rose, dan detektif Judy datang. Pasangan Bridesmith selaku orangtua Lisa sangat terpukul bahkan tidak bisa berhenti menitikkan air mata. Anak bungsunya meninggal sedangkan anak pertamanya mengalami gangguan mental atas kejadian ini.

Hal berbeda terjadi kepada Robbie, dia dipenjara dalam waktu yang lumayan lama karena melakukan penipuan dengan menjual rumah tanpa seizin pemilik aslinya. Sementara itu pengendara van yang menabrak kedua detektif juga terbebas dari semua tuntutan. Ini terjadi setelah pengendara van itu bercerita kepada detektif Judy bahwa sebelum hilang kendali dia melihat seorang perempuan melintas dan dia mengira telah menabraknya. Itulah mengapa dia banting stir dan langsung menabrak mobil detektif Judy. Yang masih menjadi pertanyaan bagi detektif Judy yaitu dia yakin betul bahwa malam itu Christy menyerangnya dengan pisau namun pisaunya tidak ditemukan, dengan rasa penasaran yang tinggi dia mendatangi dokter Amanda di ruang kerjanya.

“Maaf mengganggumu, apa anda harus mengunjungi pasien hari ini?” Tanya detektif Judy.

“Ah tidak…hanya Julie saja yang masuk dalam daftar kunjunganku hari ini, ada yang bisa saya bantu?”

“malam itu anda yang menemukan kami terlebih dahulu, apa anda tidak melihat sebuah pisau didekat tubuh Julie?”

“Pisau?” dokter Amanda mencoba mengingat kejadian malam itu, “tidak, saya tidak melihatnya. Lagi pula hal yang saya lakukan malam itu adalah langsung menelepon panggilan darurat, ya memang sebelum polisi dan ambulans datang saya memeriksa keadaan kalian untuk memastikan kalian masih hidup atau tidak namun saya tidak melihat sebuah pisau di dekat Julie.”

Penjelasan dokter Amanda cukup masuk akal dan detektif Judy mempercayainya tanpa menaruh curiga sedikitpun. Lalu dia berpamitan dan segera menuju rumah sakit untuk melihat kondisi detektif Ryan yang masih koma. Tepat sebulan dari peristiwa mengerikan itu kehidupan keluarga Bradesmith belum kunjung membaik. Setelah kehilangan Lisa mereka juga harus kehilangan Julie karena Julie tinggal di rumah sakit jiwa karena kondisi kejiwaaanya yang terguncang hebat.

Hampir setiap hari orang tuanya datang berkunjung, kadang bu Rose menyempatkan diri untuk mampir untuk memberi dorongan semangat kepada Julie. Respon yang diberikan Julie hanya mengangguk tanpa merubah ekspresi wajahnya yang dingin, dia tertawa-tawa lalu berteriak histeris sampai menangis. Bu Rose merasa kasihan dan tidak tega melihatnya.

“Apa ada kemungkinan kondisi Julie kembali seperti dahulu?” bu Rose sangat khawatir.

“Keajaiban akan selalu ada, namun untuk saat ini saya tidak tahu apakah dia bisa kembali normal apa tidak. Saya sudah menghadapi pasien seperti ini sebelumnya, saya akan melakukan yang terbaik,” kata dokter Amanda.

“Terima kasih bu dokter,” sambil memegang kedua tangan dokter Amanda.

Di hari yang sama detektif Ryan akhirnya sadar, semua orang sangat bersyukur termasuk detektif Judy. Esoknya dia pergi menuju rumah sakit untuk menjenguk detektif Ryan. Dengan membawa bunga dan bingkisan berupa buah-buahan dia berjalan menuju kamar rawat detektif Ryan. Kedatangannya membuat detektif Ryan tersenyum lebar namun tiba-tiba merubah ekspresi wajahnya.

“Kamu sudah bertemu dengan dokter wanita yang kita temui di rumah sakit jiwa itu?”

“Ya…sudah, ada apa? Kenapa tiba-tiba menanyakan dokter itu?”

“Apa Julie mendekam dipenjara? Bisa saja sidik jarinya tertanam di benda itu.

Detektif Judy bingung atas pertanyaan yang dilontarkan oleh detektif Ryan.

“Hei..hei…apa maksudmu, Julie tidak dipenjara. Polisi juga tidak menemukan sidik jari di pisau yang digunakan sebelumnya oleh Lisa.”

“Bukan…bukan itu maksudku,” detektif Ryan mulai menceritakan kejadian malam itu.

Malam saat kejadian itu detektif Ryan sama sekali tidak benar-benar pingsan, kesadarannya masih terjaga walau penglihatannya samar-samar. Saat mobilnya meledak dia melihat detektif Judy terpental lalu tidak sadarkan diri begitupun dengan Julie. Beberapa saat kemudian dokter Amanda datang, dia melihatnya menelepon. Lalu dia mulai menghampiri Julie, dia mengeluarkan sapu tangan dan mengambil pisau di dekat tubuh Julie. Saat dokter Amanda menghampirinya dan detektif Judy, dia langsung tak sadarkan diri.

Detektif Judy seakan tidak percaya dengan cerita detektif Ryan. Sebelumnya dia sudah berkunjung dan dokter itu mengatakan dia tidak melihat pisau di dekat tubuh Julie.

“Kamu tahu kan apa yang terjadi pada Julie, aku takut kalau…,” detektif Judy terhenyak lalu bergegas keluar dari kamar detektif Ryan.

Detektif Judy berada dimobilnya dalam perjalanan menuju kantor dokter Amanda, dia menelponnya namun tidak diangkat. Di rumah sakit jiwa tempat Julie dirawat terlihat dokter Amanda yang baru datang, dia melapor kepada suster ingin melakukan pengobatan kepada Julie. Suster itu mengantarkannya keruangan Julie. Dokter Amanda masuk seorang diri, dan mendekati Julie.

“Julie….julie….,” matanya sudah menghitam semua, darah segar menetes dari matanya. Dia memegang pisau yang sudah berlumuran darah dan Julie hanya bisa menatap dengan tatapan kosong.


Sister List

Sister List

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2017 Native Language: Indonesia
Detektif Judy , seorang detektif yang bertugas untuk menangani kasus pembunuhan misterius yang menimpa gadis remaja bernama Lisa. Karena minimnya bukti bekas pembunuhan hal ini membuat semua kecurigaan jatuh ke saudari korban , yang berada dirumah disaat Lisa terbunuh. Misteri apa yang akan terungkap di cerita ini? yuk dibaca kisahnya !

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset