Tuan Bradesmith lebih siap bercerita dibanding istrinya, tuan dan nyonya Bradesmith sudah menikah cukup lama, namun belum juga memiliki momongan. Setelah diperiksa ke dokter kandungan ternyata nyonya Bradesmith tidak bisa memiliki anak. Akhirnya dengan besar hati mereka berniat untuk mengadopsi anak.
Mereka mencari di internet sampai mengikuti komunitas orang tua asuh untuk mencari tahu panti asuhan yang bagus. Akhirnya sampailah mereka di Saint Joan, menurut beberapa orang yang merekomendasikan panti asuhan ini dikenal dengan pola didik yang bagus ke setiap anak asuhnya. Pilihan jatuh ke kakak-beradik Lisa dan Julie Stamford, nyonya Bradesmith sangat suka dan terkesan dengan Lisa karena Lisa sangat baik dan memiliki hobi yang sama dengannya yaitu menggambar.
Kehidupan tuan dan nyonya Bradesmith menjadi lengkap dengan hadirnya Lisa dan Julie. Mereka juga tidak keberatan kalau Lisa mempunya teman khayalan yang dia panggil Christy. Setiap malam nyonya Bradesmith tidak lupa membacakan mereka berdua dongeng sebelum tidur. Suatu ketika Lisa pulang ke rumah dengan mata sembab, dia menangis sekencang-kencangnya. Dia bilang ke nyonya Bradesmith teman-teman disekolahnya berperilaku jahat kepada Christy. Nyonya Bradesmith saat mendengarkan cerita anaknya hanya bisa tersenyum dan berkata semua akan baik-baik saja.
Kejadian itu terus berlanjut sampai tuan dan nyonya Bradesmith menerima laporan dari sekolah bahwa Lisa telah membuat kepala anak bocor hingga harus dirawat di rumah sakit. Gara-gara kejadian itu Lisa sampai harus dipindahkan ke sekolah lain, ternyata di sekolah lain pun sama. Bertahun-tahun sampai akhirnya Julie memutuskan untuk pindah dari rumah ini, dia berpendapat jika mereka pindah kelingkungan baru kejadian ini tidak akan terjadi.
“Apa anda pernah mencoba memeriksakan Lisa ke dokter ahli atau ke psikiater?” Tanya detektif Judy.
“Kami sudah mencobanya, namun sosok Christy ini tidak bisa hilang dari benak Lisa,” Jawab tuan Bradesmith pelan.
“Jika anda tahu kondisi Lisa seperti itu mengapa anda memperbolehkan Julie membawa Lisa untuk pergi?” lanjut pertanyaan dari detektif Judy.
Tuan Bradesmith menjelaskan, sebenarnya mereka sangat tidak setuju dengan keputusan Julie itu. Walaupun diperlakukan berbeda di tiap sekolah namun Lisa sanggup bertahan dan tidak pernah mengeluh lagi karena merasa Christy selalu ada disampingnya. Julie berkata dia akan membuat Lisa menjadi normal selayaknya remaja biasa, dia tidak tega melihat Lisa menjadi seperti ini. Mereka percaya karena hubungan darah lebih bisa mengerti satu sama lain. Di bulan pertama Julie memberikan kabar bahwa Lisa sudah jarang berbicara sendiri dan terlihat lebih ceria, dan di bulan kedua ini Julie datang kembali dengan membawa berita duka.
“Saya sendiri tidak tahu apa yang dilakukan oleh Julie,” ucap tuan Bradesmith. “semua barang-barang Lisa dia bawa pergi bersamanya,” lanjutnya.
Saat fokus mendengarkan tuan Bradesmith bercerita detektif Judy melihat sosok yang mirip dengan Lisa lewat di belakang tuan dan nyonya Bradesmith, “Saya akan memeriksa kondisi Julie,” gesturnya yang tiba-tiba membuat pasangan suami istri heran dan mengikuti langkah detektif.
Julie sudah sadar namun tidak berkata apa-apa saat orang tua dan detektf Judy menghampirinya, nyonya Bradesmith turun ke bawah untuk membuatkannya sarapan.
“Ayah…bisakan ayah keluar dahulu sebentar? Aku ingin bicara empat mata dengan ibu ini,” tuan Bradesmith seperti tidak mau menuruti perkataan anaknya. “kumohon…,” dengan berat hati tuan Bradesmith keluar dari kamarnya. “saya tahu cepat atau lambat pasti polisi akan datang, dari cara berpakaian anda saya sudah tahu anda anggota kepolisian. Kemarin saya melihat anda datang…,” lalu diam.
“Jika kamu sudah tahu siapa saya, apakah kamu tidak keberatan menceritakan kronologis kejadian malam itu?”
“Tapi…sungguh bukan saya yang melakukannya, apakah anda akan percaya dengan apa yang akan saya ceritakan?”
“Saya akan mendengarkan,” duduk disamping Kasur Julie.
Julie bercerita dia baru pindah ke rumah itu selama dua bulan, dia melihat iklan di internet dari seorang penjual bernama Robbie. Harga yang ditawarkan sangat murah dan dia setuju untuk menyewanya. Julie merasa kasihan jika mendengar cerita dari ibunya, untuk itu dia bertekad merubah sikap Lisa. Dia membuang semua kertas dan alat tulis berwarna, menyimpan semua gambar-gambar Lisa dalam sebuah kotak coklat yang tempatnya dirahasiakan. Dia selalu berkata kepada Lisa bahwa dia akan selalu ada untuknya, dia kakak yang bisa diandalkan.
Dalam tiap kesempatan entah itu jeda kuliah atau saat kerja sambilan Julie tidak lupa memberinya kabar, mengajaknya chat mengobrolkan hal-hal biasa bahkan hal tidak penting. Julie juga selalu minta diberikan shift siang saat bekerja sehingga tidak terlalu larut malam saat pulang, permintaan ini dikabulkan oleh pemilik tempat dia bekerja. Cara ini terbukti berhasil, sedikit demi sedikit Lisa tidak berbicara sendiri, maupun menggambar. Dia jadi senang menuliskan ceritanya lewat buku diary. Bahkan Lisa jadi jarang membicarakan tentang Christy.
Namun malam itu merubah semuanya, saat mereka berdua sedang bercerita mengenai aktivitasnya seharian.
“Malam itu…saat saya sedang mengobrol dengan Lisa, dia tiba-tiba pergi ke dapur. Tatapannya sangat kosong, saya terus memanggilnya namun tidak ada jawaban. Saya mencoba menghampirinya, lalu…,” detektif Judy mendengarkan dengan seksama. “saat aku panggil lagi, dia menoleh sangat cepat sambil berteriak ‘AKU BUKAN LISA!’ dengan membawa sebuah pisau. Saya tidak tahu apa yang terjadi…,” pintu terbuka nyonya Bradesmith masuk membawakan makan yaitu sup dalam sebuah mangkuk. Secara tiba-tiba Julie berteriak histeris.
Nyonya Bradesmith yang kaget mendengarnya menjatuhkan mangkuk berisi sup, sup tumpah dan mangkuk pun pecah berkeping-keping. Saat melihat pecahan mangkuk Julie beranjak dari Kasur, mendorong detektif Judy sampai jatuh. Dengan cekatan Julie mengambil pecahan mangkuk itu, tangannya mulai berdarah.
“Wanita ini…wanita ini akan kubunuh!” mencoba menancapkan pecahan itu kelehernya sendiri, namun gagal setelah detektif Judy dengan sigap menangkap tangan Julie.
“Tuan, tolong bantu saya! Nyonya cepat panggil 911!” darah mulai keluar dari mata Julie, tuan Bradesmith membantu menahan Julie yang meronta sangat hebat. Nyonya Bradesmith turun ke bawah untuk membuat panggilan 911.
Mereka kewalahan karena tenaga Julie sangat besar, darah masih menetes dari matanya suara Julie menjadi lantang. Tuan Bradesmith dan detektif Judy terpental, nyonya Bradesmith sudah kembali ke atas. Dia tidak percaya dengan apa yang dilhatnya.
“Nak..tolong…buang benda itu nak…,” nyonya Bradesmith mencoba menenangkan Julie.
Julie berbalik badan, “AKU BUKAN ANAKMU!!!!” berlari mencoba menancapkan pecahan itu ke nyonya Bradesmith.
Suara pistol terdengar keras, detektif Judy tidak mempunyai pilihan lain kecuali melumpuhkannya. Setelah ditembak dibagian bahu kanan Julie tidak sadarkan diri. Tidak lama kemudian kepolisian dan ambulans datang setelah merespon panggilan 911. Detektif Judy meminta kepolisian tuk membawanya ke rumah sakit terlebih dahulu, mereka menerimanya. Suasana di sekitar rumah mereka menjadi ramai di pagi ini. Tuan dan nyonya Bradesmith syok atas kejadian ini, detektif Judy mengikuti rombongan polisi dan ambulans menuju rumah sakit.