Sister List episode 6

Bagian Enam

Detektif Judy masih terpaku dalam kursinya, matanya menatap tajam ke bagian ujung kamarnya. Lalu dia beranjak mengambil obat penenang, dua tiga butir dimasukan kemulutnya berharap keadaan dia semakin membaik. Selagi dia menenangkan diri, dia melihat-lihat berkas yang diberikan oleh detektif Ryan. Tidak ada lagi laporan lain selain hasil autopsi.

Detektif Judy segera menelepon detektif Ryan. Awalnya dia menanyakan kondisi Julie, dia masih belum sadarkan diri. Selanjutnya dia menanyakan soal berkas yang dia berikan, ternyata memang isinya hanya hasil autopsi saja tidak ada laporan lain selain itu. Bahkan mobil sedan putih yang dibawa oleh Julie belum ditemukan detektif Ryan berkata polisi sendiri kesulitan mengindentifikasinya karena saksi hanya memberikan informasi yang sangat minim.

“Ju..um maksudku detektif Laws, apa semuanya baik-baik saja?” tiba-tiba detektif Ryan menanyakan hal itu ditelepon. “suaramu agak goyah…”

“Iya…saya baik-baik saja, baiklah kalau begitu terima kasih,” dengan cepat menutup teleponnya, dia tidak mau kalau detektif Ryan tahu dia habis menangis.

Detektif Judy lalu terpikirkan untuk menanyakan hal ini ke orang yang menyewakan rumah kepada Julie. Karena baik di Saint Joan ataupun dikediaman Bradesmith sedan putih milik Julie tidak terlihat. Dia mencarinya diberbagai situs, dengan pilihan harga yang jauh dibawa pasaran. Dari banyaknya akun penjual dia menfokuskan perhatiannya kepada akun Robbin Slay, dia menjual rumah tipe sedang dengan harga yang jauh lebih murah bahkan dua kali lipat dibandingkan akun-akun lainnya.

Dia ingat orang yang menyewakan rumah ke Julie bernama Robbie, jika diucapkan nama Robbie dan Robbin hampir mirip. Kecurigaan detektif Judy semakin menumpuk, di akun itu juga tertera nomor teleponnya. Dia meneleponnya, tidak banyak bicara detektif Judy mengajaknya untuk bertemu di salah satu restoran dekat daerah rumah itu diiklankan. Siang hari mereka berdua bertemu, detektif Judy sudah datang terlebih dahulu. Dipercakapan via telepon seseorang bernama Robbin Slay ini akan memakai setelan kemeja motif flannel.

Detektif Judy sengaja memilih meja yang berdekatan dengan kaca agar dia bisa melihat orang keluar masuk. Beberapa saat kemudian dia melihat sebuah sedan putih datang, keluar dari mobil itu seseorang pemuda memakai kemeja flannel. Detektif Judy mengangkat tangannya ketika pemuda itu masuk ke dalam restoran. Mereka berkenalan ternyata benar pemuda ini bernama Robbin Slay.

“Jadi…hm..nyonya? ibu?”

“Panggil saja saya Judy.”

“Baiklah kenapa tidak langsung bertemu ditempatnya? Padahal anda bisa langsung melihat kondisi rumahnya,” berbicara dengan penuh percaya diri.

Mengalihkan pembicaraan, “Mobilmu itu yang putih itu kan? Kelihatannya sedan keluaran lama,” sambil melirik ke mobil sedan putih itu.

“Oh mobil itu,” melihat melalui jendela restoran. “ya memang keluaran lama tapi soal tenaga boleh diadu.”

Detektif Judy beralasan rumah itu bukan untuk dirinya tetapi untuk adik sepupunya yang baru datang dari tempat jauh. Dia ingin langsung menego harga, jika harga cocok maka barulah dia akan mengajaknya bertemu di rumah itu dan sekaligus melakukan transaksi jika adik sepupunya setuju. Dia tidak ingin terlihat miskin didepan adik sepupunya jika nego harga dilakukan di sana, Robbin Slay tertawa mendengar cerita dari detektif Judy.

Situasi dibuat senyaman mungkin agar Robbin tidak menaruh rasa curiga kepada detektif Judy, ketika situasi dirasa sudah nyaman detektif Judy mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Robbin sudah senang, dia mengira detektif Judy akan mengeluarkan cek kosong yang akan diisi dengan sejumlah nominal uang. Wajah cerianya seketika berubah ketika detektif Judy ternyata mengeluarkan sebuah foto dari dalam tasnya.

“Kamu mengenal wanita ini?” detektif Judy menaruh foto tersebut di atas meja.

“Siapa…saya tidak mengenalnya,” mungkin dia bisa berbohong melalui ucapan tetapi gestur tubuhnya berkata lain. “jadi anda berniat atau tidak membeli rumah yang saya tawarkan? Saya masih ada urusan lain.”

“Kenapa begitu terburu-buru?” detektif Judy mengeluarkan lencananya, Robbin tidak bisa berkutik. “Robbin a.k.a Robbie, benarkah?”

“Apa…apa yang anda katakan, nama saya Robbin. Saya tidak mengenal Robbie, mungkin anda salah orang,” semakin tidak nyaman dengan situasi ini.

Gestur tubuh Robbin dan gerak-geriknya mempermudah detektif Judy untuk mengetahui bahwa Robbin dan Robbie adalah orang yang sama. Apalagi perubahan raut wajah mendadak yang diperlihatkan Robbin saat melihat foto Julie membuat detektif Judy semakin yakin bahwa dia tahu sesuatu tentang Julie.

“Saya…saya tidak tahu apa-apa tentang kasus itu, saya berani bersumpah!” Robbin berkucuran keringat.

“Bisa antarkan saya ke mobil sedan itu? Lebih enak jika bercerita di sana,” mereka berdua pergi dari restoran menuju mobil sedan itu diparkirkan.

Di dalam mobil Robbin alias Robbie menceritakan kronologis bagaimana dia bisa mendapatkan mobil Julie dengan terbata-bata. Malam itu dia ditelepon oleh Julie, katanya mobilnya mengalami kerusakan dan dia diminta Julie untuk datang membantu. Dia sempat bingung karena kenapa dia yang dihubungi olehnya. Tidak mungkin wanita muda seperti Julie tidak mempunyai kenalan laki-laki yang baik. Awalnya dia berpikir ini hanya iseng belaka untuk mengerjai dirinya, karena dengan mudahnya dia menurunkan harga sewa setelah dirayu oleh Julie.

Robbie mengacuhkannya dan melanjutkan aktivitasnya malam itu, namun Julie menelepon lagi tetapi suaranya seperti orang menangis. Dia bilang sedang berada di sisi jalan, dan di jalanan itu sangat sepi. Dia tidak berani menelpon orang tuanya karena rumah orang tuanya berada di luar kota. Robbie sempat menyarankan untuk menelepon panggilan darurat 911 tetapi Julie menolak karena urusannya akan panjang dan Julie tidak mau merepotkan orang tuanya. Akhirnya dengan berat hati Robbie pergi ke tempat di mana Julie berada.

“Bu detektif tahu, setelah saya mengeluarkan uang yang banyak untuk membayar taksi dia tidak ada di situ. Saya langsung tahu bahwa saya dikerjai!” terbawa suasana dengan menceritakan kejadian itu lagi, “uang saya sudah habis, wanita itu tidak ada disitu. Akhirnya saya coba mengeledah mobil untuk menemukan kuncinya, siapa tahu dia meninggalkan kuncinya begitu saja. Saya menemukan kuncinya di bawah mobil dekat ban depannya. Lalu saya meminjam mobilnya dan saya berniat akan meneleponnya esok hari karena saya sudah puluhan kali menghubunginya tetapi tidak diangkat,” menggeleng-gelengkan kepalanya.

Robbie baru tahu keesokan harinya bahwa Julie diduga terlibat sebuah kasus pembunuhan saat dia sedang bermain di suatu forum internet. Foto Julie terpampang di situ, dia panik dan langsung mencoba mengubah tampilan sedan milik Julie. Dia memasangkan plat palsu dan mengganti warna lampu agar terlihat lebih modern. Dia juga mengganti nama pada akun tempat dia berjualan rumah yang nyatanya rumah yang dia jual atau sewa bukanlah rumah miliknya, melainkan rumah yang sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya.

“Baiklah, saya sudah cukup mengerti. Bisa antarkan saya ke tempat kamu menemukan mobil ini?” Robbie pasrah dan mengikuti perintah detektif Judy.

Diperjalanan detektif Judy lebih banyak diam, sedangkan Robbie sangat gelisah. Sesampainya di sana tangan Robbie diborgol dikemudi untuk berjaga-jaga agar Robbie tidak kabur, kunci mobilnya diambil oleh detektif Judy. Jalanan ini memang sepi, langit masih terang juga sedikit sekali kendaraan yang lewat. Dipinggir-pingginya ditumbuhi semak belukar dan juga pohon-pohon. Detektif Judy mulai mencari barang bukti, dia yakin bahwa barang buktinya pasti dibuang di sekitar sini.

Belasan meter dari sedan putih terparkir dia melihat sebuah pakaian yang penuh dengan darah. Dengan memakai sarung tangan dia memasukannya ke kantong plastik. Tidak jauh dari situ dia menemukan sebuah pisau dapur berukuran besar. Bau-bau darah dari kejadian itu masih menempel. Dia menelusuri tempat itu lagi untuk mencari barang bukti lain tetapi tidak ketemu. Polisi datang setelah menerima panggilan dari detektif Judy untuk menjemputnya. Robbie dan dirinya berada dalam satu mobil polisi sedangkan mobil Julie dibawa oleh polisi lain untuk keperluan investigasi.


Sister List

Sister List

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2017 Native Language: Indonesia
Detektif Judy , seorang detektif yang bertugas untuk menangani kasus pembunuhan misterius yang menimpa gadis remaja bernama Lisa. Karena minimnya bukti bekas pembunuhan hal ini membuat semua kecurigaan jatuh ke saudari korban , yang berada dirumah disaat Lisa terbunuh. Misteri apa yang akan terungkap di cerita ini? yuk dibaca kisahnya !

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset