Sister List episode 9

Bagian Sembilan

Detektif Judy perlahan membuka matanya, cahaya matahari menyusup melalui sela-sela jendela. Disampingnya sudah berdiri detektif Ryan dengan kening yang diperban. Dia mencoba bangun namun tidak sanggup karena lukanya yang lumayan parah. Dia dirawat di ruang pasien setelah kejadian tadi malam.

“Sudah berapa lama aku terbaring di sini?” tanyanya ke detektif Ryan.

“Hm…belum sampai sehari.”

“Apa yang terjadi? Di mana Julie?” ekspresi muka detektif Ryan berubah seperti menyimpan sesuatu. “Di mana kataku!”

“Hei…tenang sedikit, kamu juga baru sadar. Lihat…badanmu penuh luka begitupun denganku,” memamerkan tangannya yang diperban. “istirahatlah sebentar, aku akan menceritakannya jika kamu sudah rileks dan merasa nyaman.”

Detektif Ryan menyuruh detektif Judy untuk memakan dahulu sarapan yang diberikan oleh pihak rumah sakit untuk memulihkan tenaganya, awalnya dia menolak tetapi detektif Ryan berjanji akan langsung bercerita jika dia sudah menghabiskan sarapannya. Selagi detektif Judy makan detektif Ryan mengintip melalui jendela di kamar ini, suasana di luar cukup kondusif dan sepi. Setelah selesai, detektif Judy mencoba duduk dikasurnya dengan merebahkan diri ke penyangga yang ada di kasur ini.

Detektif Ryan memulai ceritanya, saat dia terpental dia langsung tidak sadarkan diri. Dia mulai terbangun saat mendengar detektif Judy menembak gagang pintu namun dia masih belum menyadari apa yang terjadi. Ruangan juga mendadak jadi gelap membuat detektif Ryan tidak bisa melihat apa-apa, ponselnya kebetulan mati saat itu. Saat tenaganya mulai terkumpul dia bangun dan meraba-raba di sekitarnya.

Dia berhasil keluar dari kamar pasien itu, lalu mencoba mencari detektif Judy. Cahaya dari senter detektif Judy menjadi petunjuk bagi detektif Ryan untuk mengetahui lokasi detektif Judy. Tetapi lorong sangat gelap, dia takut jika bertindak gegabah malah mencelakakan dirinya. Dengan pelan-pelan dia mencoba mengikuti cahaya itu sambil menempelkan jemarinya ke tembok sebagai pegangan.

Dia berlari setelah mendengar bunyi yang sangat keras dari kejauhan, dia takut terjadi apa-apa dengan detektif Judy. Cahayanya terpusat dalam satu ruangan, dia bergegas. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia mencoba memanggil sosok itu, wajahnya sekarang terlihat jelas. Awalnya dia tidak ingin menyakiti Julie dan hanya menarik pelatuknya sebagai gertakan. Namun Julie yang bentuknya sudah sangat berbeda malah mencoba menyerangnya.

“Dia menyerangku dengan kukunya yang tajam dan panjang, terpaksa aku harus menembaknya dibagian paha. Namun dia masih bisa bangun, dan berhasil melukai tanganku. Saat ingin mencakarku lagi dia tidak sadarkan diri, lampu kembali menyala dan semuanya datang kemari,” detektif Ryan mengakhiri ceritanya.

“Lalu dia sekarang ada di mana? Apa masih dirawat di rumah sakit ini?”

“Tidak, dengan izin orang tuanya Julie dipindahkan ke rumah sakit jiwa. Mereka takut jika Julie kembali kumat dan akan menggangu pasien di rumah sakit ini. Selama dibawa menuju ambulans di bawah Julie tidak henti-hentinya tertawa, ibunya bahkan sampai pingsan. Dengan pengawasan polisi mereka membawanya ke rumah sakit jiwa.”

“Kamu tahu di mana rumah sakitnya?”

Detektif Ryan tidak serta merta memberitahu di rumah sakit jiwa mana Julie ditempatkan. Dia meminta detektif Judy untuk memulihkan keadaannya dulu sekarang. Detektif Ryan lalu keluar dari kamar agar detektif Judy dapat beristirahat dan melupakan kasus ini untuk sejenak. Sore hari di kafetaria rumah sakit tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang saja yang terlihat sedang menikmati makanannya. Hingga akhirnya dikejauhan detektif Ryan melihat detektif Judy sedang berjalan tertatih.

“Bisa beritahu sekarang?” melihat keseriusan dan keteguhan detektif Judy, detektif Ryan memberitahu di rumah sakit jiwa mana Julie ditempatkan. Sesuai dugaan detektif Judy bergegas menuju mobilnya untuk segera berangkat.

Tidak tega melihat kondisi detektif Judy, detektif Ryan mengantarnya ke rumah sakit jiwa itu walaupun sempat ditolak beberapa kali oleh detektif Judy. Namun akhirnya detektif Judy luluh dan mau diantarkan oleh detektif Ryan. Diperjalan menuju rumah sakit jiwa itu keadaan di mobil hening, detektif Ryan yang biasanya banyak bicara jadi pendiam.

“Laporan dari kepolisian sudah ku terima,” kepalanya fokus ke jalan.

“Tentang apa?”

“Pisau yang kamu temukan, di benda itu tidak ada sidik jari dari Lisa. Sehingga membuat kepolisian berkesimpulan bahwa ini kasus bunuh diri.”

“Bunuh diri? Semua itu belum jelas sebelum Julie memberikan kesaksiannya.”

“Ya…aku setuju,” mempercepat laju mobilnya.

Rumah sakit jiwa ini cukup bagus bangunannya, tidak kelihatan kalau bangunan ini adalah rumah sakit jiwa. Keadaannya sangat sepi jika dibandingkan dengan rumah sakit biasa, tidak terlihat ada orang yang menunggu sanak keluarganya. Hanya ada beberapa perawat yang sedang berinteraksi dengan pasien. Mereka berdua menuju ke tempat informasi untuk menanyakan di kamar berapa Julie dirawat. Setelah mendapatkan nomor kamarnya mereka berdua bergegas menuju kamar Julie.

Lorong rumah sakit ini cukup menyeramkan, lampu-lampunya sudah tidak bisa menyinari dengan maksimal. Banyak ruangan yang di isi oleh pasien, mereka hanya diam dan ada juga yang berlaga seperti orang gangguan mental. Mereka berdua sudah berada di depan pintu kamarnya Julie, mereka masuk. Sudah ada perawat dan dokter di sana. Julie hanya duduk dikasurnya, tatapan matanya kosong.

“Maaf mengganggu, kami dari kepolisian. Bisa minta waktunya untuk kami berbicara dengan Julie?” detektif Ryan mengenalkan diri.

“Ya…silahkan, tapi tolong jangan melakukan sesuatu yang dapat membuatnya tertekan,” dokter wanita itu dan perawat keluar.

Detektif Judy dan detektif Ryan menghampiri Julie, keadaannya sungguh memprihatinkan. Tatapan matanya juga kosong serta tangan dan kakinya juga masih diikat. Detektif Judy duduk disebelahnya, mengelus-elus rambutnya dan memegang pipinya dengan penuh kelembutan.
“Julie…Julie…ini saya Judy, apa kamu bisa mendengar saya?” tidak ada respon apapun, tatapanya kosong.

“Hm..maaf mengganggumu tapi perutku lapar, barangkali di sekitar sini ada penjual makanan. Kamu ingin aku belikan sesuatu?” detektif Judy menggelengkan kepalanya, “baiklah, jika ada apa-apa kamu bisa hubungi aku,” keluar dari kamar Julie.

Sesaat detektif Ryan keluar, mata Julie menghitam semua dan mulai mengeluarkan darah. Detektif Judy mundur beberapa langkah. Julie tersenyum lebar sambil melihat ke arah detektif Judy.

“Kamu beruntung, wanita ini kelelahan dan terikat begini sehingga aku tidak bisa membuatmu pergi menyusul Lisa!”

“Ya…saya sangat menunggu kamu melakukan itu.”

Detektif Judy lalu mencoba untuk bertanya kepada Julie yang sekarang dirasuki lagi oleh Christy tentang kejadian sebenarnya malam itu.

“Baiklah karena ini mungkin hari terakhirmu aku akan menceritakannya sebagai hadiah kenang-kenangan dariku,” sambil memperlihatkan senyumnya yang lebar.

Dia menceritakan kejadian malam itu, mulai dari awal sampai penyebab Lisa bisa meninggal. Ceritanya sungguh mengenaskan, detektif Judy sampai tidak tega untuk mendengarkannya. Apalagi Christy bercerita dengan sangat detil.

“Bagian terbaiknya saat aku…,” pintu kamarnya terbuka, detektif Ryan sudah kembali lagi.

“Judy…mundur, jangan sampai lengah!” langsung menodongkan pistol saat melihat Julie seperti itu.

“Tenang detektif Ryan, dia sedang…,” Julie tidak sadarkan diri.

Julie tertidur, walaupun begitu detektif Judy sudah mendengarkan cerita tentang malam itu. Belum semuanya tetapi sudah ada gambaran bahwa Lisa dirasuki oleh Christy saat malam itu. Hari sudah gelap, dua detektif itu pergi meninggalkan Julie yang sedang tertidur. Sebelum pergi mereka menemui perawat untuk menjaga Judy.

Sama seperti mereka datang saat mereka pergi detektif Ryan masih memegang kendali kemudi. Seorang dokter wanita yang tadi merawat Julie melihat mereka meninggalkan rumah sakit jiwa ini. Dokter itu berjalan dan melihat ada seorang perawat, lalu dia bertanya.

“Siapa yang memberi izin dua polisi itu untuk membawa pasien kamar 117?”

“Pasien 117?” perawat itu bertanya.

Perawat itu menjawab kebetulan tadi dia berpapasan dengan dua polisi itu saat mereka ingin pergi, tetapi dia hanya melihat mereka berdua tidak ada orang lain lagi yang ikut. Mencium hal yang tidak beres, dia dan perawat bergegas menuju kamar 117 untuk mengeceknya langsung. Dia membuka pintunya, di lantai tergeletak seorang perawat yang pingsan dan Julie tidak ada dikasurnya. Padahal tadi dia yakin sekali melihat Julie duduk di kursi belakang dalam mobil dua polisi itu.


Sister List

Sister List

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2017 Native Language: Indonesia
Detektif Judy , seorang detektif yang bertugas untuk menangani kasus pembunuhan misterius yang menimpa gadis remaja bernama Lisa. Karena minimnya bukti bekas pembunuhan hal ini membuat semua kecurigaan jatuh ke saudari korban , yang berada dirumah disaat Lisa terbunuh. Misteri apa yang akan terungkap di cerita ini? yuk dibaca kisahnya !

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset