Sletingnya Bapi, semuanya berawal dari Sleting episode 22

22 "Kesempatan"

Gue harap semua kebahagiaan ini akan bertahan selamanya walaupun terkesan berlebihan, tapi gue tetap sadar kalo semua kebahagiaan ini perlahan akan menghilang atau langsung hilang begitu saja. Gue punya kesempatan, gue punya waktu… Perempuan itu spesial, perempuan itu jago bersandiwara di balik topeng yang tersenyum tapi ia menangis. Perempuan itu bernama Lia, dan Gue? Bapi, I will not give up on you!!… Gue akan ada di setiap tangis, dan tawa itu walaupun gue bukan siapa-siapa lagi nanti.

Festival telah berakhir, sejak saat itu setiap SMS gue nggak di bales sama Lili, bahkan beberapa kali gue coba telepon tapi nggak di angkat. Mungkin gue terlalu khawatir aja kali ya, hati gue nggak tenang banget nunggu kabar dari Lili, dan hari minggu ini gue habiskan dengan resah karena nunggu kabar dari Lili. Kenapa nggak kerumahnya aja?, Gue udah kerumahnya tapi kosong! Bikin tambah khawatir aja, “ahh paling Lili lagi liburan sama keluarganya” gue coba berfikir positif, tapi susah! Karena biasanya Lili selalu kabarin gue kalo mau pergi.

Setiap libur sekolah DBT sering ke rumah gue, nggak cuma nongkrong-nongkrong tapi sekarang mereka bicara tentang “Bisnis” sama Bokap gue karena festival kemarin mereka dapat untung besar, bahkan semua singkongnya habis sebelum sore hari!. Gue nggak boleh terlalu khawatir sama Lili, jadi gue ikut gabung sama DBT, dan gue cuma bisa menunggu Senin pagi pasti Lili udah pulang dari liburannya.

~~jejejejengggg jejejejenggg…~~

“Pi kamu berangkat sekolah nggak usah jemput aku ya
aku izin udah bilang ke Ibu Kartika tadi”

Hari senin ini di luar prediksi gue, pagi ini gue dapat kabar nggak enak dari Lili. Gue udah semangat mau jemput dia berharap bisa bercanda-canda di jalan, di kelas, dan di taman seperti kemarin-kemarin, tapi apa daya Lili SMS gue kayak gitu. Pagi ini rasanya lebih ringan, Susilo lebih kencang dari biasanya, mungkin ini karena nggak ada Lili di belakang gue yang selalu senyum, dan tertawa. Hari ini semuanya hitam putih!.

Hari selasa masih sama semuanya hitam putih, gue coba SMS, dan telepon masih nggak ada jawaban. Senin kemarin itu SMS terakhir dari Lili, sampai sekarang gue nggak bisa menjelaskan ada apa dengan gue? Kenapa gue khawatir gini?. Sahabat-sahabat gue terus beri masukan ke gue “Bro Bapi broo si Lia paling lagi Liburan ke tempat yang nggak ada sinyalnya bro bapi yoo”, gimana pun juga gue nggak puas dengar jawaban-jawaban dari mereka sebelum gue dengar langsung alasannya dari Lili.

Hari Rabu sudah tidak ada warna yang tersisa, hahaha sepertinya gue sudah mulai terbiasa dengan ini, dengan berbagai macam pertanyaan yang tidak terjawab ini… Ta-tapi, nggak! Gue nggak bisa terbiasa dengan semua ini!. Perasaan gue nggak terima dengan keadaan ini, bahkan DBT pun mulai mempertanyakan kemana perginya Lili.

Sebelum pulang gue pergi ke taman, gue pergi sendirian, dan ini pertama kalinya gue sendiri ke sini dengan keadaan seperti ini. Gue liat bangku taman yang biasa menemani Gue sama Lili suasananya jadi berbeda, rasanya hari-hari yang telah gue lalui sama Lili itu cuma mimpi!, semuanya seperti kenangan yang perlahan berlalu begitu saja… Ini yang gue takut!, ini yang nggak bisa gue hadapi, ini yang nggak bisa gue bayangi, tapi kenapa ini semua terjadi? Sekarang?. Di saat gue merasa semuanya akan baik-baik saja, dan bahagia seperti tumpukan novel cinta tanpa akhir air mata?.

Besok hari kamis, dan hati gue? Masih menangis. Gue sudah kayak orang yang kehilangan harapan!, gue baru di tinggal beberapa hari, ta-tapi kenapa rasanya sangat lama! Nggak seperti waktu Lili masih ada di sini. Ya!, waktu gue masih bisa di samping Lili, dan menemani dia tertawa. Seminggu, Sebulan… Rasanya cepat sekali berlalu, bahkan semuanya terasa seperti mimpi!, terlelap tengah malam, dan bangun di pagi hari… Secepat itu!, tapi sakitnya kenapa selama ini?.

Rabu malam kamis, Bulan terlihat lebih terang dari biasanya, dari taman ini bulan terlihat hampir mirip mentari di malam hari. Di taman yang penuh kenangan ini, di taman yang sunyi karena sudah tidak ada siapa-siapa selain gue. Mungkin kenangan-kenangan itu sudah menguap sampai ke bulan, dan cahaya bulan yang gue lihat sekarang adalah cahaya kenangan antara gue sama Lia.

“aaahhhhhh!!! Lillliiiiiii!!!!… Jangan menjauh dari gue!… Gue janji li! Kalo kita bertemu lagi gue bakal bikin lu lebih bahagia!!, Gue janji!… Ma-maaf li jika gue cuma menambah beban lu, gue nggak tau… Gu-gue cuma mau buat lu bahagia li, terserah lu mau anggap gue apa, gue nggak peduli… Gue cuma mau buat lu tersenyum walaupun hanya sekali li… Maaf”

Udah nggak tahan gue sama semua perasaan, dan tanda tanya ini. Cukup!, gue hanya bisa meneriakkan ini di taman, sendiri, dengan semua kebodohan gue yang telah membuat Lili pergi. Gue teriak dengan lantang! Nggak peduli apapun yang terjadi! gue nggak nangis malam ini, mata gue emang basah, tapi ini bukan air mata… ini hanya tetesan air yang jatuh dari bulan. Ya!, ini tetesan kenangan antara Gue dengan Lili.

~~jejejejengggg jejejejenggg…~~

“Api besok jemput aku ya ”

Lili?, Lili SMS gue?… hahahaha jujur gue akui sekarang gue nangis, gue nangis bahagia, dan gue nggak bisa berhenti nangis malam ini “Apakah Lili mendengar teriakan gue di taman ini? Atau Apakah bulan memberitahu dia”  ahh biarlah, mungkin ini kesempatan lagi untuk gue.

Selamat pagi hari kamis, gue semangat banget hari ini, gue nggak tau harus ngomong apa ke Lili, gue nggak tau harus di mulai dari mana, tapi yang gue tau hari ini gue harus membuat Lili tersenyum. Gue berangkat lebih awal, gue kangen banget sama Lili, sudah beberapa hari ini gue nggak jemput Lili, dan sekarang rasanya itu nggak bisa gue jelasin dengan mudah.

“Assalamu’alaikum… Hai bel apa kabar ”

gue semangat banget nyapa bel hari ini

“Bapi! , tumben kamu lebih cepat dari biasanya”

wihh Bokapnya sudah menunggu gue, gue harap nggak di doorr sama Bokapnya Lili!  kan nggak lucu kalo rasa kangen, dan khawatir ini di balas dengan sebuah butir peluru ataupun tembakan laser

“ehh Om apa kabar?… Kemarin Lili kenapa ya Om?”

“Om baik-baik aja, Lili nggak kenapa-napa kok cuma ada keperluan aja sama Neneknya di luar kota”

lah kok Bokapnya Lili lebih ramah sekarang? Bahkan dia sempat senyum ke gue

“Hai ”

“Li…li ”

Li gue kangen banget sama senyum lu itu, gue kira nggak bakal bisa ngeliat senyum lu lagi :’), gue gugup banget, gue nggak tau harus ngomong apa… Rasanya mulut gue nggak mau ngomong, misalnya nggak ada Bokapnya Lili mungkin gue udah nangis hehehe

“ehhh udah jangan bengong mulu, cepat sana berangkat… Li cepetan kasihan tuh Bapi nunggunya kelamaan”

“ehhh I-iya Om”

tuh kan Bokapnya Lili jadi ramah… Kalo bokapnya Lili nggak bilang gitu mungkin gue bakal jadi patung kali cuma bisa bengong doang hehe

“udah siap Li?”

“Assalamu’alaikum Om”

“yoo wa’alaikum salam”

pas gue tanya Lili cuma ngangguk aja

Pagi ini suasananya beda lagi, selama di perjalanan kami nggak ngomong apa-apa Lili cuma peluk gue kencang banget, tapi hati gue nyaman banget, dan rasanya sudah bertahun-tahun nggak merasakan sesuatu kayak gini lagi padahal baru di tinggal kurang dari seminggu. Sebenarnya banyak sih yang pengen gue tanyain ke Lili tapi semua pertanyaan itu rasanya nggak perlu lagi saat Lili ada di dekat gue  rasa nyaman ini sudah membayar semuanya.

“Li udah sampe nih… Yuk turun”

Lili kelihatannya lagi tidur

“Pi kita di sini dulu aja ya”

gue dengar suara lesu dari belakang gue sambil semakin kencang pelukannya

“iya”

“pii aku takut kita nggak bisa kayak gini lagi, aku takut kalau nanti kita nggak bisa ketemu lagi… A-aku takut ini terakhir kalinya kita bisa bareng, Maafin aku pi kemarin-kemarin aku nggak ada buat kamu, Aku…”

“udah Li udah cukup, aku ngerti kok… Apapun yang terjadi aku nggak akan berubah Li, aku pasti di sini aku akan nungguin kamu Li, walaupun aku nggak tau kamu kenapa, tapi aku percaya li pertemuan kita nggak pernah sia-sia… Tolong izinkan aku untuk selalu ada di sisi kamu, tolong Li… Mungkin suatu hari nanti kita nggak saling kenal lagi, aku cuma mau minta tolong berbagi kesedihan ini sama aku kayak sekarang ini, janji sama aku kita lalui ini bersama Li”

Gue nggak sanggup dengar Lili ngomong kayak gitu sambil nangis jadi gue potong aja, jujur hati gue nggak tenang sekarang! Gue bingung!, bodohnya gue! Kenapa gue nggak bisa mengerti tentang Lili sedikit pun, kenapa gue masih ragu, apa pantas jadi pacarnya Lili? Sedangkan gue nggak bisa menahan air matanya. Gue sama Lili diam di atas susilo sampai bel masuk bunyim, dan gue liat DBT, Iqbal, Rafi ada di pojokan lagi ngintipin kami… Gue cuma kasih kode aja kalo gue sama Lili baik-baik aja.

“Pi ikut gw bentar di panggil guru katanya”

“oke Fi”

gue yang lagi senyum-senyum sama Lili di kelas kayak orang baru kenal, dan jatuh cinta di pandangan pertama malah di panggil Rafi

“Fi kok kita ke WC? Katanya di panggil guru?”

“ahh alasan gw doang kok, tadi Lia kenapa?”

Kalo masalah tindakan Iqbal emang bisa di andalkan, tapi kalo masalah yang rumit Rafi lebih paham

“gue juga nggak tau Fi tiba-tiba aja dia nangis, dan nggak mau turun dari Susilo”

“lu nggak merasa aneh gitu?”

“Aneh lah banyak yang berubah hari ini, niatnya nanti gue mau tanyain langsung sama Lia habis pulang sekolah”

“Jangan!! Jangan pernah tanya Pi… Gw takutnya itu sesuatu yg buruk, gw juga liat matanya beda!”

Matanya? Iya sih dari kecil Rafi lebih pinter dari gue kalo masalah nebak karakter seseorang, mungkin Rafi benar gue nggak seharusnya nanya-nanya walaupun gue pacarnya, setidaknya gue harus bisa menghilangkan keraguan, dan kesedihan Lili

“iya Fi, gue paham kok maksud lu, dan gue sekarang tau apa yang harus gue lakukan Thanks yoo… Gue ganti oli dulu ye”

“yaelah yaudah deh gw duluan, jangan lupa sleting di tutup!, jadi saudara gw jangan bego-bego amat apa ”

“Kambing lu Fi… Gue siram nih ”

Rafi emang bisa di andalkan, tapi Rafi tetap aja orang yang ngeselin … Setidaknya dia perhatian lah sama sleting gue ~~ehh

Di kelas gue sama Lili malu-malu kucing gitu, walaupun nggak sering bercanda-canda kayak kemarin-kemarin sebelum Festival, tapi gue tetap senang kok. Lili ternyata masih ingat, dan masih pengen ke taman habis sekolah nanti. Gue harap ini bisa jadi awal yang baru lagi, ini awal yang baik dari sebelumnya. Jika bangku taman itu bisa ngomong “Hey bro kemana aja pacar lu? Kirain udah di rebut sama Susilo” hahaha

“Yuk ke taman Li”

gue sih nggak sabar pengen cepat-cepat ke taman lagian juga kan udah bel pulang

“piii”

“Li  yuk”

waktu Lili panggil gue di langsung pegang tangan kanan gue, sedangkan gue cuma senyum aja

“Pii makasih ya udah ngertiin aku ”

“iya, ehh ini pertama kalinya lho aku pegangan tangan sama cewek, dan itu kamu Li ”

“ihhh apaan sih dasar gombalnya basi tau”

asik gue bisa ngeliat Lili cemberut lagi hehehe

Gue sama Lili pegangan tangan sampai parkiran, dan kami pergi menuju Taman. Selama di perjalanan suasanya sudah kembali seperti kemarin, gue bercanda-canda sama Lili, kalo ada orang lain yang pacaran pasti di komentarin yang jelek-jelek sedangkan gue sama Lili kan juga lagi pacaran -_- nggak sadar diri dia, emmm maklum sih nggak sadar diri kan pacarnya ganteng hehehe.

“Aku kangen taman ini pi  hehehe”

“aku lebih kangen sama kamu Lili ”

“ ihh gombal mulu, beliin aku minuman dong pi haus nih”

tuh kan gue bisa ngeliat Lili cemberut lagi  dan itu artinya ini bukan mimpi

“siap Lili sayangku, sayap-sayap patahku, bunga mawarku  hehehe”

lah kok gue malah jadi kayak Bokap ya -_- 

Kami bercanda-canda kayak dulu, Lili naik ke atas bangku taman sambil ngeliatin burung, dan menari-nari gitu, sedangkan gue duduk di samping Lili sekalian jaga-jaga kalo misalnya Lili jatuh. Moment berharga ini nggak bisa tergantikan, makasih Li untuk kesempatan yang telah kamu berikan lagi, dan nggak terasa hari sudah sore karena gue takut di doorr jadi…

“Li pulang yuk udah sore nih nanti papah kamu nyariin lho”

“nggak mau”

“Besok kita ke sini lagi deh”

“nggak mauu”

Lili malah menyandarkan kepalanya di pundak gue

“yaudah deh”

“Aku mau lihat matahari merah lagi pi”

“Senja maksudnya, tuh udah keliatan”

Senja ini emang nggak tergantikan deh indahnya, mungkin suatu hari nanti gue akan kangen dengan senja ini

“tumben kamu manja banget biasanya juga cemberut mulu”

“Aku nggak mau pergi dari sini pi, aku takut nggak bisa ke sini lagi nanti…”

“keluarin aja semuanya Lili, aku ada di sini kok”

Lili nangis lagi di sela-sela Senja yang terlihat indah banget dari taman ini, benar kata Rafi gue nggak perlu nanya macam-macam, gue cukup di samping dia, dan perlahan semua pertanyaan gue terjawab. Untuk sekarang gue cuma bisa biarin Lili nangis di pundak gue, gue cuma bisa ngeliat air mata yang perlahan membasahi pundak gue, dan gue cuma bisa nangis dalam hati “Gue nggak akan kalah sama perempuan kuat kayak Lili ini”.


Sletingnya Bapi, semuanya berawal dari Sleting

Sletingnya Bapi, semuanya berawal dari Sleting

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2015 Native Language: Indonesia
cerita tentang Sleting, Sletingnya si BapiGara-gara Sleting si Bapi punya sahabat!Gara-gara Sleting si Bapi jadi artis di kelas!Gara-gara Sleting si Bapi jadi ketua kelas! , dan Gara-gara Sleting si Bapi punya pacar yang ... gitu deh

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset