The Best of Tomorrow episode 2

Chapter 2

Aku berbaring di tempat tidurku, menatap kosong ke arah dinding. Foto-foto dengan tanda tangan Seon-jae memenuhi dinding di ruanganku. Orang yang paling aku favoritkan telah mati, dan tak seorangpun menanyakan apakah aku baik-baik saja.

Karena kau tidak menunjukkannya. Aku adalah seorang cosplayer yang sangat sukses. Tak seorangpun mengenali aku. Kau benar-benar menipu mereka semua. Memikirkan semua hal itu membuat air mataku mengalir.

Pada saat itu, aku mendengar suara mendengung di apartemen sebelah. Aku bertanya-tanya berapa tinggi volume yang dia setel. Lalu muncul sebuah suara dari dinding, ‘Selamat Tahun Baru, Aku ucapkan Selamat Tahun Baru kepada semuanya’ Aku melompat, dan mengepalkan tanganku, lalu memukul dinding sumber suara itu datang.

“KECILKAN SUARA TVNYA!”

Kemudian terdengar suara gedoran pintu apartemen sebelah, lalu dia memukul dinding dengan keras.

“Berhenti menangis seperti hantu yang sedang meratapi nasibnya! kau menggangguku!”

“Hantu yang meratapi nasibnya..”

Bibir bawahku membengkak. Lalu lubang hidungku membesar. Air Mata memenuhi mataku lagi.

Aku menutupi diriku dengan sebuah selimut dan menangis dengan keras. 1 Janurai, Tahun Baru telah tiba. Namun, tahun baru itu masih belum berlalu untuk Seon-jae. Dan, begitu pula denganku…Tahun baru tanpa Seon-jae.

Di atas kursi aku menutupi wajahku dengan bantal dan menangis, lalu aku berbalik dan jongkok, dan aku kembali menutup wajahku sambil menangis.

“Hugh Hugh…”

Suara tangisan yang tersedu-sedu keluar dari mulutku.

“Tolong kembalikan Seon-jae-ku. Bawa Seon-jae-ku kembali, dasar kamu dunia sialan!”

Setelah aku mengusap air mataku, aku berbalik dan duduk di kursiku. Sesuatu menyentuh pantatku ketika aku duduk. Apa itu ponselku?

Dengan selimut di tanganku, aku meraba-raba kasurku. Ketika aku menurunkan pandanganku aku melihat sebuah cahaya yang mengisi selimutku, cahaya itu, yang mulanya berasal dari pantatku secara bertahap mulai membesar.

“Hah…apa ini….”

Cahaya dari bawah pantatku tiba-tiba menyebar ke seluruh tempat, memenuhi pandanganku. Aku menutup mataku dengan rapat dan berteriak pada cahaya yang membuatku serasa seperti buta.

“Ahhhh!”

Cahaya itu meledak dan mengilang seketika. Matanya masih tertutup, tapi dia bisa merasakannya.

“sol, Im-sol.”

Seseorang meraih pundakku dan mengguncangku dengan kasar. Uh, apa ini? aku mengangkat kepalaku,pandangan mataku bertemu dengan mata berwarna hitam. Wajah yang terlihat familiar itu mengedipkan matanya dengan wajah yang bingung. Ketika aku melihat kesana, seorang wanita dengan wajah yang sangat kesal melihatku dengan kedua tangannya terlipat.

…uh,huh?

“Tidak cukup bagimu tidur di dalam kelas, sekarang kau bahkan berbicara di dalam tidurmu. Apa selanjutnya?, mau berkiling di taman sambil tertidur?”

Mulutku ternganga lebar. Kenapa guru mata pelajaran etika dan sopan santun ada disini?

Ketika aku menurunkan pandanganku. Aku melihat sebuah buku tulis yang dipenuhi air liur di sebuah meja kecil persegi. Jaket berwarna biru, rompi berwarna biru, dan dasi berwarna merah.

Aku mengenakan seragam sekolah…Aku berbalik dan memeriksa sekali wajah yang aku lihat sebelumnya. Wajahnya terlihat familiar, Apa dia Eun-hee? orang yang berada di kelas yang sama dengan Im-sol ketika dia duduk di kelas dua SMA. Oh, ya Tuhan. Apa yang terjadi? Sebuah mimpi?

Guru etika itu memukul kepalaku dengan tinjunya.

Itu sakit.

“Bawa buku tulismu dan dengarkan pelajarannya di belakang.”

Melihatku yang masih duduk dengan wajah kebingungan, guru itu berteriak ke arahku untuk segera melakukannya. Aku menutup mataku dengan rapat dan perlahan membukanya. Guru itu mengkerutkan keningnya. Apa yang terjadi? kenapa suasana disini sangat terlihat nyata?

“….baik.”

Astaga, suaraku muncul.

Aku membawa buku tulisku lalu memundurkan bangku-ku. Aku pindah ke bagian belakang kelas dan berdiri. Melihat pemandangan kelas dari belakang, aku rasa aku akan menjadi gila. Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?

Tanganku yang satu memegang buku tulis. Aku mencoba untuk memasukkan tanganku ke dalam kantong dan mengambil arloji.

Itu adalah arloji yang aku ambil di jalan sebelumnya, dengan kondisi masih hidup. Dengan angka romawi dari 1 sampai 12 di dalamnya, tapi arah jarum jam dan menitnya berbeda dari saat aku mengambilnya. Jam 12 tepat? aku membalikkan kepalaku dan melihat ke arah jam dinding di kelas. Itu menunjukkan pukul 3 sore. Apa arloji ini rusak? Tidak, mungkin ini bisa terjadi karena ini mimpi.

Kemudian terdengar suara ketukan, lalu pintu depan ruangan kelas dibuka. Rambut yang diikat erat, ditambah dengan kacamata tanpa bingkai, bisa dilihat kalau itu adalah guru kesehatan.

“Ah, maaf telah menganggu kelas kalian. Aku datang karena hasil pemeriksaan medis. Siswi bernama Im-sol, boleh aku menemui sebentar?”

Mata semua orang tertuju padaku, orang yang sedang berdiri paling belakang di kelas. Ketika aku hanya berdiri disana, mengedipkan mataku, guru etika itu membuat gestur gerakan seolah-olah menyuruhku untuk keluar. Aku meletakkan buku tulis disampingku dan membuka pintu belakang ruangan kelas, lalu pergi ke lorong. Aku mengambil beberapa langkah dan berdiri di depan guru kesehatan.

Jika aku mengingatnya dengan benar, dia mungkin akan mengatakan, ‘Hasil tes pengambilan darah sebelumnya mengatakan kalau itu adalah anemia akut, jadi mintalah resep dokter untuk pil yang mengandung zat besi.

“Nak Im-sol, di pemeriksaan yang terakhir menunjukkan bahwa anemiamu berada di tingkat anemia akut tingkat sangat rendah, tapi jika itu tidak ditangani, akan dapat sangat berbahaya, sehingga kau perlu resep obat yang mengandung zat besi.”

Aku benar.

“Apa kau pernah mengalami pandangan yang kabur atau tersandung ketika kau duduk atau akan berdiri?”

Berdiri dengan keadaan bingung, aku menatap ke arah guru kesehatan itu seolah-olah dia terlihat aneh.

“Nak Im-Sol?”

“….Iya?”

“Apa kau baik-baik saja?”

Tentu aku tidak baik-baik saja dengan situasi ini.

Aku memalingkan pandanganku dan mengamati taman bermain melelui jendela lorong. Pohon mapel yang ditanam di luar diluar taman berwarna kemerahan. Di ujung kiri taman bermain itu, ada sebuah papan konstruksi yang terpasang karena rekonstruksi kantin sekolah.

Rekonstruksi kantin sekolah.

Jika para siswa mengeluhkan suara bising dari konstruksi itu, pengawas murid akan berkata kepada siswa dengan peringkat buruk yang berani-breraninya mengeluh dan berteriak, ‘kalian bahkan tidak hadir di kelas!’.

Seolah-olah untuk menghancurkan berbagai pikiranku, debu beterbangan di atas tirai dengan suara puing-puing bangunan yang jatuh.

Aku tahu pemandangan ini.

Karena ini adalah masa laluku.

***

Aku duduk di dalam bus, aku menggoyangkan kakiku dengan gugup. Aku menggigit kuku ibu jariku dan menggertakkannya dengan gigiku.

–Ini adalah perhentian SMA Jagam. Perhentian selanjutnya adalah Jagam Street.

Aku melihat keluar jendela dengan wajah menghadap lututku, jalan panjang yang ditumbuhi dengan pohon Ginkgo, dan ketika aku melewati seorang pejalan kaki, jalan yang pernah aku lewati terbentang.

Aku pernah datang ke sini sekali ketika aku ingin pergi ke halaman dimana tempat Seo-jae bersekolah. Aku salah membaca peta dan justru terus menyusuri jembatan layang.

Aku menekan tombol keluar dan berdiri di depan pintu belakang. Jantungku berdebar-debar. Aliran waktu yang stabil, detak jantungku terasa hingga di seluruh tubuhku. Apakah ini lucid dream? Tapi apa memang sejelas ini?

Aku meninggalkan guru kesehatanku, yang terus menanyakan apakah aku baik-baik saja dan pulang meninggalkan sekolah. Ini adalah masa lalu tepatnya 6 tahun lalu.

Aku penasaran apakah mungkin untuk membuat ulang hal-hal dari 6 tahun yang lalu dalam urutan ini menjadi sesuatu yang baru?

Tapi jika ini adalah mimpi dari masa lalu, jika aku memutar kembali masa lalu terlepas dari keinginanku, mungkin aku akan dapat bertemu dengan Seonjae yang tidak aku kenal saat ini.

Beberapa saat yang lalu, saat sepulang sekolah aku mencoba untuk mencegat taksi seperti biasa namun aku tak menemukan satu catatanpun di dompetku.[1]

Mimpi terlihat begitu nyata bahkan dompetku tidak terlihat berubah sejak datang ke mimpi ini. Jadi aku tidak memiliki pilihan selain menaikki bus.

Saat perjalanan menuju Jagamgo, pintu kaca dari sebuah gedung komersial memantulkan bayanganku. Poni pendek, rambut belakang yang terikat, dan kaos kaki berwarna pink yang telah usang yang tertutup stoking. Itu adalah enam tahun yang lalu.

Luar biasa, aku melangkah dan berlari dengan cepat. Dengan beberapa harapan, hatiku terasa seperti akan meledak seiring tubuhku terhembus oleh angin yang lembut.

Karena ini sebuah mimpi, Jika aku bertemu dengan Seon-jae aku ingin memberi tahunya bahwa ada banyak orang di dunia ini yang mencintainya,  hanya saja mereka tidak terbuka sama seperti aku. Kau adalah sosok yang indah.

Saat aku bernafas dengan dagu terangkat ke bawah, aku meregangkan punggungku sambil menghembuskan nafas lalu mengangkat kepalaku kembali, Aku dapat melihat papan nama bertuliskan “SMA Jagam”

Wow, ini gila.

Perlahan aku melewati gerbang sekolah SMA Jagam. Ini adalah sebuah mimpi, walaupun aku berpikir aku tidak perlu takut, hatiku terasa berdebar-debar.

Saat menyebrangi taman bermain, aku melihat seseorang siswa berdiri di depan wastafel umum dari kejauhan.

Celana abu-abu dan baju berwarna putih dengan rompi krem yang menutupinya.

Tak peduli berapa banyak dia berkedip dan menyipitkan mata ke arahnya, dia hidup dan berdiri tepat di depannya.

Oh ya Tuhan!

“Seon-jae!”

Dia berlari dengan kecepatan penuh menuju ke arah Seon-jae.

Seon-jae yang mendengar teriakkannya mendengung ke seluruh taman bermain, menolehkan kepalanya ke arahku.

Aku dapat melihat wajahnya dengan jelas yang saat ini sedang menatapku. Itu adalah Seon-jae

Seon-jae, seorang siswa SMA yang hanya dia lihat di foto.

Dalam sekejap, dia melintasi taman bermain dan memeluk Seon-jae.

Apa aku berlari terlalu cepat?

Yah, terkadang kau bahkan dapat terbang di dalam dalam mimpimu. Seon-jae terdorong mundur olehku yang berlari dengan cepat.

Aku memeluk Seon-jae dan menangis di rompi bajunya.

“Seon-jae, kau benar-benar Seon-jae!”

“Apa?, Apa?”

Seon-jae terkejut, seseorang menarikku dan meraih pundakku.

Itu adalah Baek In Hyuk


Translator note :

1.aku tak menemukan satu catatanpun di dompetku. : maksudnya adalah lembaran uang yang digunakan untuk membayar sesuatu, seperti sebuah cek tapi bukan cek, umumnya digunakan oleh pegawai kantoran atau anak dari seseorang yang kaya.

 


The Best of Tomorrow

The Best of Tomorrow

Status: Ongoing Tipe: Author: Dirilis: 2019 Native Language: Indonesia
Im-sol adalah seorang siswi biasa yang akan segera lulus dari sekolahnya.Menyembunyikan fakta bahwa dia adalah penggemar berat Ryu Seo-jae, anggota kelima dari boyband atau idol group 'Potato Pancakes'.Saat ini, Im-sol sedang melakukan cosplay di suatu tempat.-BERITA TERBARU-Ryo Seo-jae, anggota idol group, 'Potato Pancakes', telah meninggal dunia!Pada suatu hari, karena sebuah kecelakaan, Ryo Seon-jae harus pergi meninggalkan dunia, dan Im-Sol yang sedang berduka karena hal itu, secara tidak sengaja menemukan sebuah arloji dan membuat lompatan waktu yang mengirimnya ke masa lalu, ke enam tahun yang lalu...Celana Abu-abu, kaos putih, dan rompi berwarna krem.Tak perduli berapa kali Im-sol berkedip dan mengucek matanya, dia melihat Ryu Seon-jae hidup , tepat di hadapannya."Seon-jae. itu adalah Seon-jae. Itu benar-benar dia"Ryu Seon-jae, seorang murid SMA yang biasanya hanya dia lihat lewat foto, berdiri tepat di hadapannya.Sebuah kesempatan untuk menyelamatkan Ryu Seon-jae, orang yang mati saat berumur 23 tanpa keberuntungan di hidupnya karena dia salah meminum obat.Kembali ke umur delapan belas tahun dengan satu tujuan.Untuk menyelamatkan yang terbaik di masa lalu.Ditranslate oleh : Nishikinrei @ Cerbung.net

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset