Hari mulai gelap, namun rintik hujan tak kunjung selesai mengairi tanah kering dan bangunan yang masih dikepuli api dan asap serta sekelilingnya.
Marlene, Alvin, Sebastian, Chika dan Albert berteduh di bawah pohon yang lumayan lebat berdaun sebagai atap.
“Siapa kau? Bisa kau perkenalkan dirimu?” Ketus Sebastian kepada Albert,
“Maaf, aku pun tidak tahu, aku tak mengingat apapun, Yang aku tahu Marlene dan Alvin memanggilku Albert, hanya itu. Selebihnya aku tak bisa tahu.”
Beberapa puluh menit perbincangan mengenai penjelasan siapa kah Albert pun terjadi diantara mereka ber empat, sedangkan Chika terlihat sedang sibuk dengan ponsel digenggaman tangannya.
“Sekitar 1 jam 45 menit lagi helikopter akan kemari menjemput kita, aku meminta pertolongan ke boss ku dan dia bersedia mengirimkan tim penyelamat, mari bergegas, kita harus ke tempat terbuka dan membuat tanda”
Perjalanan pun di mulai, mereka menuju ke pesisir pantai dan berusaha mencari barang seadanya untuk dijadikan tanda SOS.
Tugas pun dibagi, tanpa perkakas apapun mereka harus mencari dan mengumpulkan benda dari sekitar agar mempermudah helikopter yang akan datang untuk mememukan mereka semua.
Alvin bersama Albert dan Marlene, sedangkan Chika bersama Sebastian.
Suara jangkrik mulai terdengar pertanda hari makin gelap. Pemandangan sekitar tak lain adalah hutan lebat yang dan mereka harus memgumpulkan apa yang mereka cari, ranting pohon, daun-daun lebat ataupun akar-akaran pohon.
“Kak Marlene, disini rupanya lebih aman daripada di kota, bahkan tak terlihat satu zombie pun berkeliaran, setidaknya kita bisa keluar dari mimpi buruk, iya kan?” Alvin berucap sambil langkahnya berhati-hati, sedangkan Marlene hanya menjawab dengan senyum manis.
Beberapa menit setelah apa yang dicari dirasa cukup Albert memutar badan ke arah mereka berdua,
“Sepertinya cukup, mari kita segera kembali” Ajak Albert sedangkan dia tak sadar ada sesuatu yang tiba-tiba muncul di belakangnya, bayangan hitam besar yang tak jelas makhluk apa dalam kegelapan.
“Alberrrttt….” Teriak Marlene.
######
“Mereka bertiga terlalu lama, aku khawatir terjadi sesuatu” Lontar Sebastian kepada Chika yang sudah lebih awal sampai di tempat yang ditentukan.
“Aku yakin mereka bisa saling menjaga, tapi jika kau ingin memastikan baiklah kita bisa mencari mereka” jawab Chika sambil menata kayu-kayu yang sedari tadi dibawanya.
Langkah demi langkah di iringi teriakan memanggil nama teman-temannya, Sebastian dan Chika kembali memasuki lepasnya hutan lebat. Namun tak ada sedikitpun terdengar bahkan terlihat respon dari Alvin, Marlene dan Albert.
Tak dipungkiri lagi waktu mereka menipis, jemputan berbaling yg ditunggu akan segera tiba di lokasi yang mungkin bisa ditemukannya.
“Sebastian bukankah sebaiknya kita kembali ke lokasi semula, mungkin mereka sudah menunggu disana, sebentar lagi tim penyelamat akan segera datang.” Yakin Chika kepada teman pria nya,
“Ok, tapi jika mereka belum ada disana aku akan kembali mencari, kau pergilah” jawab Sebastian.
Langkah demi langkah diatur sedemikian rupa untuk kembali ke lokasi yang ditentukan, Sebastian memimpin jalan dan Chika mengikuti dari belakang.
Sesaat sebelum keluar dari dalam hutan suara baling-baling berputar terdengar dari atas tertutup lebatnya daun, gerakan kaki pun dipercepat. Tepat saat keluar dari lebatnya hutan dan helikopter memberi isyarat untuk segera mendarat terlihat makhluk terbang besar seperti elang menabrak sengaja dan mengganggu pilot yang hendak mendaratkan kendaraannya itu. Memang berhasil dihindari sayangnya dagingnya tercincang di baling-baling yang menjadikan helikopter oleng dan terjatuh di bangunan yang sudah habis terbakar sebelumnya.
Api kembali berkobar dan baru disadari oleh Sebastian bahwa Chika yang sedari tadi mengikutinya ternyata sudah tidak ada.
“Chikaaa….!!!” Teriak Sebastian memanggil wanita setinggi 165cm itu.