Fri, 05.28 WITA 18042014
Species nya berubah, mereka berlari, berstrategi dan berfikir, bahkan saat berebut mangsa mereka sesekali dapat bertengkar, layaknya binatang.
Aku sekarang sudah bersama Kak Marlene, dia terpisah dari Sebastian saat perjalanan pulang untuk menemuiku. Clarissa belum ada kabar, semoga mereka bisa selamat dari ancaman baru ini.
Kata Kak Marlene beberapa dari species itu ada yang memiliki sulur mirip seperti Albert, bedanya keluar dari rongga mulut.
Beruntung aliran listrik di kota tidak padam, setidaknya cukup terang untuk berlari mencari persembunyian yang lebih aman.
Diluar bising, suara senapan dan pemberitahuan speaker untuk melakukan evakuasi diberitahukan berbagai pihak. Safe Zone ada di stadion kelabat.
Kami harus segera kesana, semoga Clarissa dan Sebastian juga langsung menuju stadion, signal telepon terputus semua, membuat ku kesulitan menghubungi mereka.
Written by Diary for Android Smartphone
Fri, 08.32 WITA 18042014
Tidak mudah, mereka bukan lagi zombie di kota sebelumnya, fikirannya berjalan mereka dapat dapat mengejar dengan teknik tertentu, seperti memecah kaca dengan besi, menutup dan membuka pintu. Semua lebih mengerikan.
Bahkan tinggal jarak beberapa ratus meter saja dari stadion kami masih kesulitan kesana.
Aku tidak bisa menulis terlalu panjang, mereka terlalu cerdas untuk tetap mengejar.
Written by Diary for Android Smartphone
Fri, 11.21 WITA 18042014
Lega rasanya, 3 gelas air mineral habis kuminum. Di dalam sini lebih terjaga, para aparat keamanan full penjagaan diluar sana. Lebih dari 700 orang berkumpul disini, dari yang sudah lanjut usia hingga yang masih anak-anak.
Kondisi di luar masih mengkhawatirkan, tapi kabar baiknya Sebastian sudah berada di dalam sini bersama kami, dia tadi menunggu di mulut gerbang masuk stadion. Clarissa? Entah bagaimana kabarnya.
Semua aman, menunggu beberapa helikopter menjemput kami dan membawa ke tempat lain yang mereka(aparat) janjikan sebagai tempat yang jauh lebih aman dan jauh dari wabah infeksi.
Written by Diary for Android Smartphone
Dan keadaan makin membingungkan, kenapa wabah infeksi bisa memasuki area Manado yang jelas sebelumnya sama sekali tidak ada ancaman. Alvin, Sebastian dan Marlene mencoba mencari informasi lebih.
“Clarissa?” Sebastian kaget ternyata Wanita berambut pirang itu sudah berada di dalam dekat toilet wanita yang bersebalahan dengan toilet pria.
“Sebastian, ternyata kau sudah disini, dimana Alvin dan Marlene?”
“Mereka ada di tribun tepat diatas toilet ini. Mungkin kau bisa bergabung bersama mereka agar tidak terpisah lagi”
“Baiklah aku akan kesana” Jawab Clarissa sambil berlalu.
Matahari mulai berwarna orange tua menandakan suasana yang lebih mencekam akan segera dimulai. Tembakan demi tembakan dan letusan masih terdengar bersautan di luar sana. Baru beberapa helikopter yang berhasil membawa penumpang dalam hitungan jari, jelas saja, helikopter bukan kendaraan angkutan umum. Perlu waktu yang lama untuk mambawa semua warga yang berjumlah ratusan.
Mereka berempat mencoba berebut giliran untuk menaiki helikopter jemputan, namun terlalu anarkis, semua menginginkan selamat diantara ratusan orang sangat sulit untuk berebut.
Jam di tangan Alvin menunjukkan pukul 20.53 Waktu Indonesia Tengah. Bintang dilangit serasa tak terlihat, asap mengepul di langit malam menjadikan suasana makin mendukung seluruh kekacauan yang ada.
“Sebaiknya kita kembali ke tribun, terlalu sulit untuk berebut helikopter diantara mereka semua” Saran Sebastian
Saat hendak kembali ke tribun Clarissa tersandung, sebuah kotak besi ringan terjatuh keluar dari tasnya dan terbanting di lantai persis tepat di depan tempat Sebastian duduk. Beberapa foto makhluk-makhluk aneh dan beberapa tube seperti sample darah tercecer keluar, salah satunya tertempel kode “Second Tester : Grain C”