The File episode 9

The File : The Truth (Part 9)

Aku merasa bersalah kenapa lebih mempercayai Chika daripada Clarissa, semua terlanjur tejadi sekarang yang lebih penting adalah mencari tempat berlindung yang jauh dari para zombie.

Marlene masih terluka di lengannya, tidak ada jalan keluar lain, selain pintu itu, namun mereka masih berusaha mendobraknya.

Kami berempat kebingungan, apa yang harus dilakukan sekarang, untuk berlari pun sangat tidak mungkin dengan keadaan Marlene sekarang.
Aku terkaget di balik pintu terdengar ledakan yang sedikit meruntuhkan dinding dan membuat pintunya terlepas dari tempat seharusnya,

“Move…” teriak salah satu aparat keamanan kepada kami dengan pakaian lengkap bertameng dan bersenjata.

“Pergilah ke Kodim, sekitar 45 menit lagi helikopter akan menjemput kesana” lanjut dia.

Kami bergegas keluar setelah Clarissa membalut luka di lengan marlene dengan sebuah saputangan.

Sangat tragis, diluar sudah menjadi seperti lautan api, percikan bakaran dimana-mana. Aku mengambil beberapa peralatan yang mungkin bisa dijadikan senjata jarak dekat.

Langkah demi langkah kami teruskan, makin tidak tega aku melihat wajah Marlene yang memucat.

“Pergilah, lebih baik 3 selamat daripada tidak sama sekali, kau ingat ucapan itu kan sebastian?”

Aku tidak menggubrisnya, ucapan gila dari Marlene malah membuatku tambah semangat menyelamatkannya. Bagusnya pasukan zombie tidak terlihat terlalu banyak, entah mereka sudah dibasmi ataukah sedang sibuk dengan makan malamnya.

Dalam keadaan was-was aku dikagetkan lagi dengan sebuah mobil truck yang berhenti disebelah kami,

“Naik…” Ucap seorang bapak sekitar umur 35 tahun dengan jambang berkerumun di dagu nya.

Tanpa banyak ucap aku menaikkan Marlene ke kursi sebelahnya sedangkan Alvin, aku juga Clarissa naik di bak belakang. Sebelumnya aku bilang antar kami ke kodim.

Sampailah kita di kodim. Keadaan makin tidak mengenakkan, semua pasukan bersenjata disini hampir tak terlihat, apalagi tanda-tanda helikopter akan datang, malah yang terlihat adalah puing helikopter yang sudah terjatuh dan terbakar.

Terdengar suara besi yang jatuh tepat di depan kami,

“Kunci boat, pergilah ke pesisir pantai dekat sini, aku sudah menyiapkan untuk kalian, see ya next time handsome guy” Chika melemparnya dari atas genteng dan berlari begitu saja.

Dari mana dia, kenapa tahu kalau kami disini, sial… kunci itu harapan kami satu-satunya, tersisa satu mobil geep milik kodim yang menabrak sebuah tiang di depan sana, beruntung kuncinya masih tertancap, aku mencobanya dan ternyata mesinnya masih bisa dinyalakan.

Kami berangkat ke pesisir pantai yang dimaksud Chika, dalam perjalanan kesana semua terasa lancar hingga akhirnya kami bisa naik boat itu.
Kembali ke tengah laut seperti sebelumnya. Alvin menemukan selembar robekan kertas dengan beberapa coret huruf tertulis :

“Pergilah ke arah timur searah kemana boat ini menghadap, disana ada bangunan yang terisolasi dari infeksi, ku tunggu kalian disana.

Chika”

————————————

The File : Alvin Side

Kita berada di sebuah boat, tadi Chika memberikan kunci saat di kodim, entah aku jadi tambah bingung, di awal Chika terasa jahat, tapi kenapa dia juga membantu?

Ah entahlah, yang penting kita bisa selamat, tapi aku sedikit meragukan tempat yang dibilang Chika antara percaya atau malah dia menjebak kami.
Tujuan sekarang hanya tempat yang dibilang wanita itu, Sebastian menaruh saran kita mengikuti arahannya. Semoga itu adalah benar-benar tempat aman.

Di tengah laut semua terasa aman, kak Marlene dapat beristirahat dirawat oleh Clarissa dengan peralatan seadanya.

Beberapa jam kemudian kami sudah hampir sampai di tempat yang dimaksud Chika kami disambut sekitar 3 orang berkostum tertutup dengan gas filter menutupi wajahnya. Kami digiring ke suatu bangunan, sesampainya kami diantar ke sebuah kamar terpisah, aku bersama sebastian dan Clarissa bersama Kak Marlene.

————————————


The File : Marlene Side

Aku lelah, penat dan semuanya terasa begitu menjepit, disini aku bisa beristirahat. Semoga Chika memang berniat menolong kami setelah apa yang di inginkan sudah kami berikan.

Aku mencoba memejamkan mata sayangnya semua bayangan kejadian-kejadian itu sangat mengganggu saat mataku terpejam.

Clarissa menungguiku, dia merawatku dengan baik, sungguh teman yang bisa diandalkan. Dia tetap menyuruhku untuk beristirahat. Memeberiku obat relaksasi yang disimpan di tasnya. Setelah aku meminumnya kurasa lebih baik. Aku mulai mengantuk.

Aku terbangun ditengah lelapku, aku mendengarnya, mendengarnya berucap dengan seseorang tapi entah siapa, badanku terasa sungguh berat untuk bergerak. Dia bilang Second tester siap dicoba ini bukan akhir tapi awal. Apa maksudnya akupun tidak tahu, semoga bukan hal buruk, dan aku kembali terlelap.

————————————

Pagi menjelang siang mereka sudah dalam keadaan yang lebih baik, hanya Clarissa yang tak terlihat diantara mereka bertiga, Alvin dan Sebastian menengok Marlene di kamar,terlihat sinar wajahnya sudah kembali merona.

“Kalian sudah bangun?” Clarissa terlihat berdiri di ambang pintu,

“Kau darimana?” Tanya Alvin

“Aku baru saja sedikit berkeliling di tempat ini, ini sebuah laboratorium penelitian tentang virus itu, semoga kita bisa menemukan Vaccine nya”

“Sebatian, aku harap kau dan Alvin sedikit lebih berhati-hati terhadapnya, aku mulai curiga terhadap Clarissa” Bisik Marlene ke Pria tinggi besar itu.

“Baiklah, mari kita sarapan, di ruang makan sudah disediakan makan untuk kita, tadi aku sempat diberitahu untuk segera makan, tapi ku bilang aku menunggu kalian” Lanjut Clarissa.

Tangan marlene sudah dapat digerakkan normal kembali walau sedikit nyeri di sekitar bekas luka. Mereka berempat berjalan menuju ruang makan, sarapan pagi yang bisa dibilang juga sebagai makan siang bermenukan seadanya setidaknya lebih baik untuk mengganjal perut.

“Clar, aku semalam mendengarmu berbicara dengan seseorang tentang second tester, bisa kau jelaskan kata-katamu ‘ini awal, bukan akhir’?” Tanya Marlene ditengah mereka sedang menyatap makanan dimeja,

“Ya, ini semua awal untuk memulai kehidupan baru setelah vaccine siap dicoba” Jawab Clarissa dengan senyum manisnya,

“Apa kau yakin itu adalah vaccine?” Tiba-tiba Chika hadir di tengah pembicaraan mereka dengan gaun dress berwarna keunguan, dia tampak anggun dengan gaya rambutnya di yang diikat kesamping.

“Chika?” Sebastian kaget,

“Sudahlah, tidak usah berterima kasih, kejadian kemarin memang aku berniat menolong kalian, andai tidak ada kau tak mungkin kalian semua ku selamatkan” Lanjut Chika mencium pipi sebastian dan memegang bahu pria itu dengan kedua tangannya,

“Dorr…” Suara senapan dari tangan Chika terdengar lagi setelah pengait pelatuknya ditekan tepat mengenai dada Clarissa,

“Bang*at kau Chika” Umpat Sebastian reflek.
Sebastian langsung berdiri dari posisinya semula disusul Marlene dan Alvin berusaha menahannya, herannya Chika malah tertawa dilanjut mulutnya bergeming,

“Kalian tak usah takut, dia tidak akan mati, lihat lah wanita itu”
Pemandangan di depannya membuat mereka lebih tercengang lagi, Clarissa yang telah ditembak Chika hanya terjatuh beberapa saat saja, setelah itu berdiri kembali dan merogoh saku bajunya, mengambil sebuah spet suntik dan menyuntikkan cairan itu di leher.

“Arrghhh…” Teriak Clarrisa,

“Terima Kasih Sebastian, Alvin dan Marlene selama ini kalian membantu melindungiku untuk menyempurnakan ini semua, untung aku masih menyimpan satu sample di tasku” Suaranya berubah membesar, itu bukan Clarrisa yang biasanya.

Urat-urat wajahnya terlihat merambat seperti cacing pita membuat wajahnya terlihat seram, hitam matanya memutih, dan merah urat di sekelilingnya menjalar. Tubuhnya berdenyut seperti ada yang memaksa keluar tapi entah apa, hingga keluar sulur setebal lengan tangan dari tengah dadanya dan melilit leher Marlene, kulit kaki sebelah kirinya pecah digantikan banyak sekali urat-urat besar yang melilit tulang betis itu bercampur darah.

“Aaaarrgghhh…” Clarissa berteriak lagi semakin kencang,

“Show time…” Lanjut Monster yang berdiri di depan mereka.


The File

The File

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2014 Native Language: Indonesia
Cerita yang ber-temakan dunia saat diancam oleh virus yang mampu merubah tubuh manusia yang sudah mati menjadi seolah-olah hidup kembali. Mutasi virus terus terjadi yang menyebabkan munculnya varian zombie baru yang lebih ganas daripada yang disebabkan oleh virus biasa.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset