“………yang terburuk.”
Keesokan paginya, itu adalah hal pertama yang kukatakan ketika aku terbangun di tempat tidurku sendiri.
Apanya “yang terburuk”, kau bilang?
Jawabannya jelas yakni fakta bahwa kenikmatan harianku, lokasi memancingku dirampok. Jika bisa, aku berharap itu hanya akan menjadi mimpi tapi, sekarang aku terjaga, aku menyadari bahwa itu pasti bukan mimpi. Bahkan jika kota ini dalam suasana hati “Yay Pahlawan”, secara pribadi, aku pada suasana hati “Sialan kau, pahlawan”.
Memasuki dapurku, aku mengisi cangkir dengan air dan meminumnya, memuaskan tenggorokan keringku saat mengambil napas.
ー Aku mengerti.
ー Sejujurnya, aku hanya mengeluarkan amarahku kepadanya.
Pihak pahlawan, secara kebetulan, mungkin mampir dan disambut ke kota ini dan, setelah mendengar walikota dan masalah penduduk kota ini, ditawarkan untuk menghancurkan rawa dari kebaikan hati mereka atau sesuatu seperti itu. Toh, rawa itu diperlakukan sebagai rawa menyeramkan sedari awal. Itulah mengapa ini benar-benar amarah sesatku.
“Memangnya aku peduli kalau kau memancing di rawa itu!” “Kalau kau mengeluh, pergi beri tahu walikota!”
Awalnya, itu tidak akan aneh untuk pahlawan membuang kalimat tersebut padaku, tapi, sebaliknya, ia melakukan hal yang dewasa dan hanya mengeluarkan pelecehan verbalku. Tidak hanya itu, ia juga meminta maaf kepadaku dari lubuk hatinya. Didasarkan dari hanya itu, Pahlawan Rufus adalah, seperti yang diharapkan, hanya saja apa yang dikatakan rumor dia: seorang gentleman.
Tapi, untukku dengan hati kecil, jika mungkin, aku benar-benar tidak ingin bertemu dia lagi.
Dan, seperti itu, aku keluar dari rumahku. Tujuanku adalah tempat biasa. Tapi, tidak seperti biasa, aku tidak membawa pancinganku kali ini.
★☆
“…Sudah kuduga, itu tidak bagus…”
Tidak dapat menyembunyikan kekecewaanku, aku tertekan. Aku berada di tempat di mana rawa… dulu, di bagian dalam hutan. Saat ini, itu adalah sebuah lubang besar.
Aku telah memegang harapan optimis bahwa mungkin aku, setelah tidur selama satu malam, rawa ini mungkin hidup kembali. Makanya, aku datang untuk memeriksa, tapi dunia tidak menyenangkan. Lubang itu terbuka lebar seperti tidak pernah ada rawa di sana. Sementara hatiku juga merasakan rasa kehilangan seperti lubang telah terbuka, aku merasakan kehadiran tiba-tiba seseorang menyelinap dari belakangku. Setelah berbalik, aku melihat bahwa itu adalah Pahlawan Rufus yang kemarin.
Ke—Kenapa?
Sementara aku panik, pahlawan itu mendekatiku dan membuat wajah lega.
“Syukurlah, kita bertemu lagi.”
“Hah…? Haah…?”
Sebaliknya pahlawan itu selangkah demi langkah lebih dekat, aku mundur darinya.
“Setelah itu, kau lari begitu saja…”
Hahahaha. Sekarang aku memikirkan hal itu, kemarin, aku lari segera setelah aku selesai sepihak menyalahkan dia secara verbal. Belum lagi, baris terakhir yang kukatakan adalah “pusar Ibumu bodong” …kalimat yang kekanak-kanakan.
“Seharusnya aku segera mengejarmu tapi… karena dampak itu…”
Kemudian, didepanku, pahlawan itu berlutut satu kaki dan menatapku dari bawah. Mata hijau segarnya yang berkilau. Aku punya perasaan bahwa matanya bersinar dengan kegembiraan hidup, benar-benar kebalikan dari hutan yang gelap ini.
“Kau bilang kemarin, bukan? ‘Jamin gaya hidup masa depanku sekarang ーー!’ Setelah itu, aku memikirkan hal itu.”
Tolong lupakan itu! Itu benar-benar amarah sesatku. Pahlawan SS-rank seperti kau tak perlu memikirkannya! Lupakan segera dan bergegas ke kota berikutnya!
“Aku akan bertanggung jawab dan menjamin gaya hidup masa depanmu. Aku menjanjikan hidup tanpa ketidaknyamanan. Itu sebabnya…”
Aku berdiri di sana, bingung, saat ia mengambil tangan kananku. Pada saat yang sama saat ia menggenggam ke tanganku, dia:
“Mulai sekarang, silakan memarahi… tidak, maksudku, menyiksa diriku yang tidak kompeten!”
Ap!?
…Apa-apaanーーー!?
Meskipun kau mengatakan itu dengan mata gemerlapan dan nada demam, itu masih menakutkan! Aku tidak bisa memahami—!
“…Menjijikan!”
Merinding, mau tak mau aku menyemburkan perasaanku yang sebenarnya. Karena tiba-tiba, aku tidak punya waktu untuk lebih bijaksana. Oh tidak, pada saat aku menyadari itu, itu sudah terlambat.
…Makanya, aku tidak memujimu! Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, itu bukan pujian! Itu sebabnya, kau bisa berhenti memerah dan dengan senang hati menghindari tatapanmu dariku sambil tersenyum dan gelisah?
“Juga… bagaimana kau tahu?”
“Ta-tahu apa?”
“Fakta bahwa ibuku Ratu Gran, memiliki pusar bodong.”
“………”
Tidak, oke, itu sebenarnya kalimat klise yang dikatakan oleh anak-anak dalam perkelahian yang telah digunakan dulu sekali. Jadi, aku tidak tahu sama sekali bahwa itu sangat betul. Entah bagaimana, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan pahlawan ini yang terus menatapku dengan tatapan memuja.
“…ngomong-ngomong, aku juga memiliki pusar bodong.”
“Memangnya aku peduli!”
“… Aku merasa ditakdirkan untuk bersamamu ketika kau melihat semua hal diriku pada pandangan pertama…”
Benar-benar berlawanan dari diri bermasalahku, pahlawan itu dengan tenang sambil mengarahkan pandangannya yang membara padaku. Tatapannya sangat panas sampai aku hampir mulai khawatir jika ia demam dan demam itu bilang telah mencapai otaknya, membuat bunga mekar di sana. Sambil berpikir begitu, pahlawan itu menjatuhkan ciuman ke tangan kananku yang dipegang.
“Putriku…” dia diam-diam bergumam.
GYAAA! Siapa putri ini!? Tanpa pikir panjang, aku menginjak wajah berkilau pahlawan itu.
Ah.
Oh tidak.
Karena dorongan tiba-tiba, aku menginjak wajahnya tapi, meskipun pahlawan ini terlihat begini, ia tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk memusnahkan rawa besar dalam sekejap. Jika pahlawan itu cukup serius, ia mungkin bisa, dalam sekejap, mengubah seseorang sepertiku menjadi debu, puing-puing, dan abu. Merasakan bahaya tertentu untukku, aku perlahan-lahan~ memindahkan kakiku darinya. Di wajahnya, jejakku masih tetap ada. Dengan mata berair dan senyum, untuk beberapa alasan, pahlawan itu tampak bahagia.
Alih-alih menjadi SS-rank, bukannya pahlawan ini benar-benar M-rank?
Tidak! Peringkat seperti itu tidak ada! Tapi, kini tepat di depan mataku. Apa yang harus kulakukan dengan ini?