Pagi yang dingin di kota Pian del, membuat aku ingin lebih lama lagi untuk tidur, lebih lama menikmati mimpi. Namun, karena pekerjaanku sebagai pengantar paket, sehingga memaksaku untuk beranjak.
Aku tinggal di apartemen kecil pemberian orang tuaku, namun ini lebih dari cukup. Aku hanya butuh waktu lima menit dengan berjalan kaki dari tempat aku tinggal sampai tempat aku bekerja.
“Selamat pagi pak.” Mungkin ini kata yang aku ucapkan pertama kali setiap hari.
Paket-paket yang akan aku antarkan sudah disiapkan oleh petugas lain, petugas yang merupakan temanku juga.
“Pagi pak, ini paket yang siap diantarkan.” Senyuman hangat menyambut.
“Terima kasih pak.” Aku menerima paket yang lumayan banyak.
Aku lalu membawanya ke tempat di mana kendaraan khusus pengantar diparkirkan. Aku mengurutkan dan menyimpannya di dalam tas besar yang sudah terpasang di motor bagian belakang.
“Jalan Nuane?” tanya dalam hati saat aku menemukan alamat yang tidak aku ketahui.
Aku lalu kembali ke dalam dan menanyakan pada temanku tentang alamat ini.
“Jalan ini berada di perbatasan kota.” Ucapnya.
“Kenapa paket ini sampai di sini? Bukankah di dekat sana ada kantor cabang juga?” sedikit aku kesal.
“Kamu antar saja, anggap saja kamu jalan-jalan.” Dia pun memberikan uang bensin lebih.
Aku terpaksa mengantarkan paket jauh dari wilayah kerja kantorku. Kesal memang, karena baru pertama kali terjadi seperti ini. Aku lalu berangkat membawa paket-paket ini, mulai dari yang terdekat dan paket yang aku tidak tahu alamatnya tadi, aku kirim terakhir saja.
Satu per satu paket yang aku bawa berkurang, sampai tersisa paket terakhir dan waktu sudah menunjukan jam 3.15 siang. “Harusnya aku sudah pulang ke kantor lagi.” Kesalku.
Aku terpaksa pergi. menyusuri jalan pedesaan, hamparan padang rumput hijau cukup luas, banyak hewan ternak di sana dan beberapa pohon. Hampir aku lupa dengan kesalku karena pemandangan dijalan ini jarang aku lihat.
Setelah tiga puluh menit perjalanan, aku sampai di jalan Nuane. Setelah aku menemukan alamat yang aku tuju, aku sedikit tertegun. Bangunan yang megah dengan halaman yang cukup luas. “Lebih mirip istana, tapi kenapa mereka menggunakan jasa biasa?” pikirku dalam hati.
Aku lalu ke halaman dari bangunan ini, aku heran karena tidak ada pos penjaga. Setelah sampai di depan pintu yang tinggi, mungkin dua kali tinggiku, aku mengetuk pintu tersebut karena aku tidak menemukan tombol bel.
“Permisi, paket!” teriakku.
Namun hening yang aku rasakan, “apakah rumah ini kosong?” pikirku.
Aku lalu sedikit berjalan melihat bagian samping bangunan ini, dan aku tak sengaja melihat jendela sebuah ruangan dengan lampu menyala. Lalu aku mendekati ke arah jendela, saat aku hendak mengetuk jendela tersebut, terdengar suara bentakan seseorang.
“BUNUH DIA!” teriak dari dalam.
“Maafkan aku tuan, maafkan aku.” Suara memelas.
Lalu aku mendengarkan sebuah pembicaraan yang cukup serius, yang mengurungkan niatku untuk mengetuk jendela tersebut.
Setelah beberapa lama, aku tersadar saat seseorang menepuk pundakku. Aku lalu melihatnya, dia memakai jubah hitam hingga menutupi kakinya. Aku lalu menjelaskan dengan sedikit ketakutan bahwa aku di sini untuk mengantarkan paket dan tak ada orang yang menjawab dari dalam bangunan ini.
Lalu orang itu mengangguk tanpa ekspresi di wajahnya, lalu dia mengambil paket tersebut dan aku lalu meninggalkan tempat tersebut.
Aku sadar, mungkin saat ini nyawaku terancam karena sudah berani mendengarkan pembicaraan rahasia yang aku tidak tahu mereka itu siapa.
Hari mulai gelap, aku lalu memacu kendaraanku agak kencang. Namun, entah kenapa saat itu perasaanku benar-benar tidak tenang. Seperti ada yang mengikutiku, tapi saat aku melihat ke kaca spionku, tidak ada apa-apa dibelakangku.
Suasana jalan sangat sepi, menambah kepanikanku. Dan, saat aku akan memasuki jalan kota, “BRAK!” aku terjatuh dari motor, dan aku tidak tahu mengapa aku terjatuh. Aku sedikit berbaring, karena badanku terasa sakit.
Saat aku berbaring, aku melihat dua buah cahaya beradu dan menimbulkan ledakan, tepat di atasku.
“Hah, apa itu?” memaksakan untuk bangkit dan melihat sekitar.
Aku melihat hal yang aku tidak bisa mempercayainya, aku melihat orang yang aku temui tadi sedang bertarung diatasku dengan orang memakai jubah putih. Kemudian orang berjubah hitam itu melemparkan cahayanya kepadaku, aku tidak tahu itu apa, dan saat akan sampai kepadaku, cahaya itu meledak dan pandanganku menjadi hitam.