The Magic of Dream episode 2

Part 2 - Aku dan Sebuah Dongeng.

Suara berbisik mulai aku dengar, mataku perlahan terbuka, dan pandanganku masih kabur.

“Hei, lihat dia mulai sadar.” Seseorang berbicara.

Lalu aku melihat wajah seorang wanita dengan rambut agak panjang, menatap ke wajahku. Aku tidak tahu dia siapa, dan di sebelahnya aku melihat seseorang dengan jubah putih.

“Hei, bangun, mau sampai sebulan kamu tertidur terus? Ini Minggu ke-3 kamu tidak sadarkan diri.” Ucapnya.

Kepalaku terasa sakit saat aku paksakan bangun ke posisi duduk, namun wanita yang berada di hadapanku menahan tubuhku. Lalu dia memberi isyarat kepada seseorang di sebelahnya.
Antara sadar dan tidak sadar, tubuhku seperti diangkat, tapi aku rasa tempat yang aku tiduri ini yang meninggi.

“Minum ini.” Dia memberikan gelas berisi air.

Setelah aku meminumnya, aku memuntahkan kembali yang aku minum. Rasanya tidak enak, seperti darah.
Tubuhku berangsur-angsur membaik, kepalaku sudah tidak terlalu sakit dan pandanganku sudah seperti biasa.

“Aku sekarang di mana?” tanyaku.
“Kamu tidak akan tahu di mana, tapi kamu terpilih menjadi bagian dari kelompok kami.” Jawab seorang lelaki tua yang memasuki ruangan ini.
“Kelompok apa maksudmu?” aku tidak mengerti yang dia bicarakan.
“Aku rasa kamu belum siap untuk mendengarkan cerita ini, tapi kamu aman di sini, oh iya aku Fey, ketua dari kelompok ini.” Kami bersalaman, tangannya begitu dingin.
Aku lalu melihat sekitar, sebuah ruangan seperti ruangan di rumah sakit.

“Apakah kamu sudah bisa berjalan sekarang?” tanya wanita yang aku lihat saat pertama membuka mata.

Aku lalu mencoba turun dan berjalan, awalnya aku merasakan sakit di kakiku, namun setelah aku berada di depan pintu keluar, aku tidak merasakan sakit di kakiku lagi.
Pintu lalu dibukakan oleh wanita tersebut, dan aku berjalan keluar. Aku melihat tempat ini seperti aula yang cukup besar, dikelilingi tempat duduk yang meninggi ke belakang. “aku rasa ini mirip stadion.” Pikirku. Aku melihat atap yang tertutup oleh lukisan, lukisan dua orang yang tidak aku kenal dengan dikelilingi oleh banyak orang yang menggunakan jubah putih. Aku pun melihat di barisan kursi, di salah satu bagian terdapat banyak orang yang tertidur. Di bagian lain banyak orang yang membaca buku, aku rasa mereka bukan membaca buku biasa.

“Ikut aku.” Ajak wanita tadi.

Aku lalu mengikutinya, melewati lorong di antara kursi.

“Namaku Winda, aku yang akan membantumu selama kau di sini, jadi cari aku bila kau butuh bantuan.” Dia tersenyum dan aku balas anggukan.

Aku memasuki ruangan dan aku diberikan sebuah pakaian, bukan jubah seperti mereka, tapi baju kemeja dan celana panjang.

“Pakailah ini di dalam, dan temui aku lagi di sini.” Ucapnya.

Entah aku tersadar atau tidak, saat masuk dan aku berhadapan dengan cermin, tubuhku hanya ditutupi dengan kain di bagian perut ke bawah sampai lutut.
Setelah selesai aku pun bertemu kembali dengan Winda.

“Lama sekali, aku pikir kamu tidur lagi di dalam. Ayo sekarang kita makan.” Ajaknya.

Ruang makan ini cukup kecil, hanya tersedia 11 kursi dengan 10 kursi saling berhadapan dan 1 kursi berada di ujung meja, seperti tempat untuk ketua atau orang yang dituakan. Dan benar saja, Fey sang ketua kelompok sudah duduk di kursi itu.

“Lama sekali kalian, ayo duduk di sini.” Dan dia menunjuk dua kursi yang berhadapan di dekatnya.

Tak lama, makanan yang kelihatannya enak sekali datang, mungkin setengah meja ini terisi oleh makanan, tapi hanya kita bertiga yang ada di sini.

“Silahkan dimakan, Sam.” Dia menyebut namaku.

“Kenapa dia bisa tahu namaku?” pikirku, “oh iya, id card dan barang-barangku.” Aku pun baru tersadar akan hal itu. Namun aku sedikit menghargai mereka dengan menikmati hidangannya terlebih dahulu.

“Bagaimana rasanya?” tanya Winda.
“Enak.” Jawabku singkat.

Setelah perut kami terasa kenyang, Fey lalu membuka pembicaraan yang serius.

“Kamu tahu kenapa kamu sekarang di sini?” tanyanya.
“Tentu saja aku tidak tahu, dan apa maksudnya aku diterima di kelompok ini?” seruku.
“Sebenarnya, kami telah memperhatikanmu sejak lama.” Ucapannya membuatku kesal sekaligus penasaran.
“Bagaimana bisa kalian memperhatikanku?, aku merasa selama ini tidak pernah diikuti siapa pun.” Fey lalu tersenyum.
“Pada masa sihir dulu, ada tiga penyihir yang merupakan sahabat baik. Namun, karena salah satu penyihir itu memiliki sifat jahat, maka hanya dua penyihir saja yang menciptakan hal yang seharusnya mereka tidak lakukan.” Fey sedikit menghela nafas.
“Dongeng apa ini?” tanyaku dan Winda memberikan isyarat untuk diam kepadaku.
“Dua penyihir itu, membuat sebuah ramuan, ramuan yang bisa membuat orang meminumnya memiliki kekuatan untuk melakukan segala mimpinya di dunia nyata.” Aku mulai bingung akan ceritanya.
“Alam mimpi dan alam nyata memang seharusnya tidak boleh disatukan, namun mereka berhasil melakukannya.” Terusnya.
“Tunggu sebentar, apakah ini cerita nyata?” tanyaku.
“Kau akan mengerti nanti.” Winda menjawab pertanyaanku.
“Namun akhirnya, hal yang dilakukan oleh kedua penyihir itu diketahui oleh penyihir yang tidak mereka ajak, sehingga membuat penyihir itu marah dan menyerang temannya sendiri untuk merebut ramuan tersebut.” Suasana mulai serius.
“Pertempuran sengit terjadi, dua orang penyihir melawan satu orang penyihir yang merupakan temannya juga, mereka beradu ilmu dan mantra. Namun akhirnya, salah satu dari penyihir itu mati karena terkena serangan dari penyihir yang jahat.” Mata Fey mulai memerah.
“Penyihir yang masih hidup lalu mencoba meminum habis ramuan tersebut, namun penyihir jahat bisa mendapatkan beberapa bagian ramuan tersebut dan meminumnya.” Terusnya.
“Lalu, apa fungsi ramuan tersebut?” tanyaku penasaran.
“Jika kamu meminumnya, kamu bisa melakukan hal apapun yang kamu lakukan di dunia nyata.” Jawab Winda.
“Hei, kenapa setiap aku bertanya kamu yang menjawab?” tanyaku kesal.
“Karena aku yang akan membantumu selama kamu di sini.” Jawabnya.
Lalu Fey melanjutkan ceritanya.
“Akhirnya mereka memiliki kekuatan itu, kekuatan menggabungkan dunia mimpi dan dunia nyata, dan ramuan itu bisa dibuat kembali dari setiap tetes darah mereka.” Ucapnya.
“Penyihir yang membuat ramuan tersebut lalu menyesal karena telah melakukan hal yang bodoh, sekarang dia harus berjuang mempertahankan kehidupan dunia nyata dan membunuh pernyihir jahat.” Kembali menghela nafas.
“Lalu siapa penyihir itu?” tanyaku.

Dengan memberikan isyarat diam kepada Winda, Fey lalu menjawab pertanyaanku.

“Penyihir jahat itu bernama Merlin, dan dua orang yang ada di lukisan aula itu adalah mereka yang menciptakan ramuan tersebut, Aku dan Donnie.” Jawabnya.

Sontak aku sedikit kaget, karena dari ceritanya saja mungkin sudah terjadi 1000 sampai 2000 tahun yang lalu.

“Bagaimana bisa kau masih tetap hidup?” tanyaku.
“Itulah kehebatan yang kamu dapat jika menggabungkan dunia mimpi dan dunia nyata.” jawabnya.
“Artinya kau tidak akan bisa mati?” tanyaku.
“Bisa, namun belum saatnya.” Jawabnya.
“Lalu kapan?” pertanyaanku yang aneh menurutku.
“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” Winda sontak membentakku.
“Sudah tidak apa-apa. Sampai Merlin mati terlebih dahulu. Dan itu adalah tugasmu.” Jawabnya sabar.
“Aku? Kenapa aku? Aku hanya manusia biasa, akupun tidak memiliki kekuatan sihir.” Jawabku heran.


The Magic of Dream

The Magic of Dream

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2017 Native Language: Indonesia
Mimpi merupakan kekuatan setiap orang manusia dalam meraih tujuan dalam hidupnya.Walau mimpi tidak bisa langsung terwujud, namun kamu bisa merasakan kekuatan mimpi.Kamu bisa menjadi orang terhebat di dunia, memiliki kekuatan yang super, dan apapun yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata, kamu bisa dapatkan di dunia mimpi.Mimpi terbaikmu adalah saat kamu memiliki tujuan, berangan untuk memotivasimu mengejar hal yang lebih baik dalam kehidupanmu.Bukan seperti aku, aku bermimpi hanya dalam tidur, namun aku menikmati “teater mimpiku”.Tidak seperti kebanyakan orang yang hanya bisa melihat cerita dalam mimpinya, aku mungkin sudah bisa memainkan peranku dalam mimpi di setiap tidurku.Mungkin hal yang mustahil, tapi aku berlatih agar bisa mengendalikan mimpiku.Mulai dari peran pahlawan super sampai peran menjadi seorang presiden, sudah banyak aku perankan.“Andai dunia mimpi bisa bergabung dengan dunia nyata, mungkin aku bisa lebih menikmati hidup.” Ujarku dalam hati.Semua bayang indah akan hal yang bisa kita dapat saat dalam mimpi, dan akan indah bila dunia mimpi bisa melebur dengan dunia nyata.Namun, kisahku ini mengubah semua pandangan itu, mengubah hal indah menjadi hal yang tidak aku inginkan, mengubah keinginan dunia mimpi yang nyata, mungkin kalian akan berubah pikiran setelah membaca kisahku ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset