The Magic of Dream episode 4

Part 4 - Rahasia?

Dengan wajah melihat ke atas, Winda lalu mulai sedikit bercerita.

“Asal kamu tahu, Merlin cukup cerdik, setelah pertarungan itu dia lalu mengajak bergabung penyihir-penyihir jahat yang cukup berilmu. Dan selama ini, kami hanya bertarung dengan kaki tangannya.” Ceritanya.
“Lalu, apakah Fey juga seperti itu?” tanyaku.
“Fey tidak perlu melakukan hal seperti itu, karena dia dan Donnie adalah pendiri dari kelompok ini, dan Merlin adalah orang ketiga yang bergabung.” Jelasnya.
“Lalu bagaimana kalian menyerang Merlin?” tanyaku.
“Kami selalu mencari waktu yang tepat, namun setiap menyerang, hanya kaki tangannya saja yang bisa kami bunuh.” Jelasnya.

Aku lalu sedikit melihat sekeliling, mengenali lingkungan dari aula ini.

“Oh iya, aku boleh bertanya sesuatu?” ucapku.
“Silahkan, dengan senang hati aku akan menjawab.” Ucapnya.
“Kamu bergabung dengan kelompok ini sejak kapan?” tanyaku penasaran.
“Sejak aku mulai dilahirkan.” Jawabnya membuatku heran.
“Sejak dilahirkan?, maksudmu orang tuamu juga berada di kelompok ini?.” Tanyaku lanjut.
“Iya, namun hanya ayahku, dan sebenarnya aku masih berusia dua puluh delapan tahun.” Jawabnya.
“Aku sudah mengira usiamu masih terbilang muda. Lalu, ayahmu siapa kalau boleh aku tahu?” tanyaku semakin penasaran.
“Ayahku, Ayahku adalah Fey.” Jawaban yang membuat aku terkejut.
“Apa? Bagaimana bisa dia yang berusia 1000 sampai 2000 tahun itu adalah ayahmu?” tanyaku.
“Dia bisa merubah wujudnya menjadi apa yang dia mau, dan saat dua puluh delapan tahun yang lalu, dia jatuh cinta kepada seorang wanita di kota, akhirnya dia menyamar menjadi lelaki yang gagah dan mencoba melamar calon Ibuku.” Ceritanya serius.
“Tak lama dia menikah dengan Ibuku, dan saat dia melahirkan aku, nyawa Ibuku tidak bisa diselamatkan.” Air matanya mulai tumpah dan kepalanya sedikit tertunduk.
“Oh, maaf, bukan maksudku mengungkit masa lalumu.” Ucapku.
“Sudah tidak apa-apa.” Dia lalu mengusap air matanya dan melanjutkan ceritanya.
“Sejak kecil, aku tinggal sini, aku belajar banyak hal dari ayahku. Mulai dari sebuah ambisi dan pengorbanan, aku pun belajar mengendalikan mimpi. Aku cukup kagum kepadamu, karena kamu cepat belajar.” Wajahnya sedikit tersenyum.
“Aku ingat, waktu aku awal belajar, aku sampai satu minggu hanya untuk bisa membuat sebuah cahaya di tangan, dan satu minggu untuk bisa menembakannya.” Lanjutnya.
“Mungkin kamu masih kecil saat belajar.” Ucapku menghibur.
“Tidak, karena kamu telah bisa mengendalikan mimpimu. Oh iya, aku ingin mengatakan satu rahasia kepadamu…” Fey menghampiri kami sebelum Winda selesai berkata.

Fey lalu duduk di sebelahku, sedikit menghela nafas dan tersenyum kepadaku.

“Jadi bagaimana pelajaran pertamamu, Sam?” tanyanya kepadaku.
“Masih sedikit belum terbiasa.” Jawabku.
“Aku harap kamu bisa menyelesaikan latihanmu selama sebulan ini.” Ucapannya membuat aku kaget.
“Satu bulan?, secepat itu?” tanyaku.
“Mungkin kami yang terlambat untuk menerimamu di sini, tetapi tepat satu bulan lagi adalah hari biasa Merlin melakukan ritualnya, yaitu ritual untuk memudakan fisiknya.” Jelasnya.
“Dia seorang perempuan?” tanyaku penasaran.
“Iyah, dia perempuan, dan saat ritual itu kita bisa mencuri kesempatan untuk menyerangnya.”
“Aku kira dia lelaki, karena waktu itu aku mendengar suara lelaki berteriak di rumah itu.” Jelasku.
“Aku sudah jelaskan kamu bisa berubah jadi siapa saja tadi.” Winda sedikit membentakku.

Pembicaraan sedikit terhenti, suasana sedikit canggung.

“Apakah aku boleh pulang ke apartemenku sekarang?” tanyaku.
“Kamu mau apa?” Winda bertanya.
“Aku hanya ingin mandi dan tidur, karena aku rasa tubuhku sudah terasa lelah.” Jelasku.
“Kamu bisa mandi dan tidur disini.” Jelas Winda.
“Lalu bagaimana dengan pekerjaanku dan apartemenku?” tanyaku.
“Tenang saja, Sam. Selama ini ada orang yang menggantikan posisimu, sehingga kamu tidak perlu khawatir.” Kali ini Fey yang menjawab.
“Baiklah kalau begitu, bisa tunjukan dimana aku bisa mandi?”
“Baik, ikut aku, Sam.” Fey lalu mengajakku pergi.

Winda duduk sendiri dan terlihat seperti kesal, aku hanya bisa mengikuti Fey dari belakang. Kami berjalan di lorong yang cukup panjang, melewati ruangan dimana kami tadi makan.
Setelah beberapa lama, Fey lalu menunjuk satu pintu.

“Silahkan, Sam, Ini kamarmu.” Jelas Fey sambil membuka pintu.
“Terima kasih.” Aku lalu masuk ke dalam.

Suasana abad pertengahan sangat kental sekali, mulai dari ranjang, meja dan lemari begitu khas seperti jaman dulu.

“Terima kasih, Fey, telah mengantarkanku.” Ucapku.
“Sama-sama, kamu bisa berlatih kapan pun yang kau mau.” Ucapnya sambil berlalu.

Aku lalu menuju kamar mandi, dan aku lihat kamar mandi yang tidak jauh suasana jaman dulunya.
Aku lalu mandi, merasakan sejuknya air yang aku tidak tahu darimana sumbernya.
Selesai aku membersihkan tubuhku, lalu aku beranjak ke tempat tidur untuk sejenak aku memejamkan mata.
Jujur di tempat ini, aku tidak melihat satu pun sebuah alat penunjuk waktu, aku tidak tahu apa tujuannya.
Aku mencoba tidur, mataku sudah aku pejamkan hampir satu jam, namun aku seperti tidak bisa tertidur.

“Padahal tubuhku lelah sekali, tapi kenapa aku tidak bisa tertidur.” Gumamku kecil.
“Dasar bodoh, aku sudah bilang apa tadi.” Suara yang mengagetkan aku.
“Winda, sedang apa kamu di sini?” melihat Winda yang sedang duduk di sebelahku.
“Aku tadi katakan, kamu sudah tidak bisa bermimpi lagi, coba bangkit dan lihatlah ke arah tempat tidurmu.” Ucapnya.

Aku lalu bangkit dan aku melihat jasadku yang sedang tertidur pulas.

“Jadi ini maksudnya.”
“Iya betul, ramuan yang kamu minum tadi agar kamu bisa tertidur dengan cepat.” Ucapnya.
“Ramuan yang tadi aku minum saat aku berlatih?” tanyaku yang dijawab anggukan.

Aku lalu duduk di ranjang, tepat di hadapannya.

“Membosankan.” Keluhku.
“Bosan?, mari kita berlatih lagi, agar kamu bisa siap lebih awal.” Tawarnya menyemangati.
“Apakah di tempat ini tidak ada penunjuk waktu?” tanyaku.
“Tidak ada.”
“Kenapa?”
“Kenapa kamu butuh penunjuk waktu kalau kamu hidup dua puluh empat jam dalam sehari.” Ucapannya membuat aku sedikit berfikir.
“Baik lah, ayo kita latihan lagi.”

Winda lalu bangkit, dan kami pergi menuju tempat latihan.
Setelah sampai, kami lalu memasuki pintu yang lain, mungkin satu tingkat di atas latihan kemarin fikirku.

“Lalu, apa yang akan aku lakukan sekarang?” tanyaku.
“Sekarang adalah tes kemampuanmu, tes untuk mencari apa kehebatanmu dan apa kekuranganmu.”
“Bisa kamu jelaskan sedikit?”
“Jadi sekarang, kamu akan menghadapi ilusi yang bisa menyerangmu, dan kamu harus bisa mengalahkan ilusi tersebut. Dan saat akhir, kamu akan mengetahui apa kehebatan dan kekuranganmu.” Jelasnya panjang.

Aku lalu mengangguk tanda mengerti, Winda lalu membuat gerakan seolah-olah dia membangkitkan sebuah ilusi. Dan Ilusi yang keluar saat itu adalah sosok berjubah hitam, mungkin sama dengan yang waktu itu.

“Kamu sudah siap?” tanya Winda.
“Tunggu kamu belum menjelaskan peraturan-peraturannya.” Aku kebingungan.
“Mulai!.” Teriaknya.


The Magic of Dream

The Magic of Dream

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2017 Native Language: Indonesia
Mimpi merupakan kekuatan setiap orang manusia dalam meraih tujuan dalam hidupnya.Walau mimpi tidak bisa langsung terwujud, namun kamu bisa merasakan kekuatan mimpi.Kamu bisa menjadi orang terhebat di dunia, memiliki kekuatan yang super, dan apapun yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata, kamu bisa dapatkan di dunia mimpi.Mimpi terbaikmu adalah saat kamu memiliki tujuan, berangan untuk memotivasimu mengejar hal yang lebih baik dalam kehidupanmu.Bukan seperti aku, aku bermimpi hanya dalam tidur, namun aku menikmati “teater mimpiku”.Tidak seperti kebanyakan orang yang hanya bisa melihat cerita dalam mimpinya, aku mungkin sudah bisa memainkan peranku dalam mimpi di setiap tidurku.Mungkin hal yang mustahil, tapi aku berlatih agar bisa mengendalikan mimpiku.Mulai dari peran pahlawan super sampai peran menjadi seorang presiden, sudah banyak aku perankan.“Andai dunia mimpi bisa bergabung dengan dunia nyata, mungkin aku bisa lebih menikmati hidup.” Ujarku dalam hati.Semua bayang indah akan hal yang bisa kita dapat saat dalam mimpi, dan akan indah bila dunia mimpi bisa melebur dengan dunia nyata.Namun, kisahku ini mengubah semua pandangan itu, mengubah hal indah menjadi hal yang tidak aku inginkan, mengubah keinginan dunia mimpi yang nyata, mungkin kalian akan berubah pikiran setelah membaca kisahku ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset