The Magic of Dream episode 5

Part 5 - Belajar Lagi?

Serangan demi serangan aku dapatkan, dan aku hanya bisa menghindar dengan bergerak kesamping.

“Hei, kau belum memberitahuku apa yang terjadi bila aku terkena serangannya?” ucapku tanpa menghentikan gerakanku.
“Coba saja.” Jawabnya singkat.
“Apa maksudnya dengan jawaban seperti itu?, kau ingin aku terluka.” Teriakku.

Tanpa jawaban, aku mencoba menyerangnya, aku arahkan jariku dan aku fokuskan fikiranku kemudian aku tembakan kepada sosok berjubah hitam. “DAAARRRR!” aku mengenainya, aku sedikit terhenti dan aku melihat sosok itu terdiam.

“Apa dia sudah berhasil aku kalahkan?” tanyaku
“Bagaimana bisa kamu mengalahkan hanya dengan cahaya kecil seperti itu.” Ucapnya penuh teka-teki.

Lalu aku melihat lawanku melotot kepadaku, dia lalu mengarahkan telapak tangannya kepadaku, dan “DDDAAAARRRR!!!” ledakan kencang dan aku terpental.
Aku terbaring dan menghadap ke langit. Tak lama, Winda menghampiriku.

“Kamu tidak apa-apa?” tanyanya.
“Menurutmu?” jawabku

Dia lalu membantuku untuk bangkit.

“Kenapa aku masih bisa merasakan sakit, walau rohku yang terkena serangan?” tanyaku penasaran.
“Kamu hanya berubah wujud saja, namun kamu tetap bisa merasakan sakit, dilihat oleh orang dan lainnya sama seperti jasadmu.” Jawaban sambil membopongku duduk di kursi.
“Lalu, bagaimana dengan jasadku?”
“Akan aku sedikit jelaskan. Jika rohmu kehilangan tangan, jasadmu akan tetap memiliki tangan, namun sudah tidak bisa kamu gerakan. Dan sebaliknya, jika jasadmu kehilangan tangan, maka, rohmu juga akan kehilangan tangan.” Jelasnya.
“Membingungkan.” Ucapku singkat.

Aku melihat wajahnya sedikit kesal. Aku terduduk di kursi dan Winda berdiri disampingku.

“Apakah aku boleh tidur?” tanyaku.
“Rohmu tidak akan bisa tidur.” Ucapnya.
“Apa kamu tidak merasa stres, kamu tidak bisa menikmati mimpi?” tanyaku mungkin menyinggungnya.
“Aku dari lahir tidak pernah merasakan mimpi. Kau mau berlatih lagi?” Winda berkata sambil melihat ke arah lawanku.
“Baiklah aku akan menghabisinya.” Jawabku penuh semangat.

Aku lalu bangkit, berdiri dihadapan lawanku dan aku mengarahkan tanganku menuju arah lawanku.

“Mulai!” Teriak Winda.

Lalu serangan demi serangan dia lancarkan kepadaku, aku pun melawannya dengan seranganku. Cahaya kami beradu, membuat sebuah ledakan yang cukup besar di antara kami.
Tanpa sadar, seranganku semakin lama semakin membesar dan cepat. Aku sudah bisa melancarkan serangan secara bertubi-tubi.
Aku lalu menambah dengan gerakan ke samping, mencari celah agar seranganku bisa tepat mengenainya tanpa di tahan.

“Bagus, Sam. Kamu sudah mulai mengerti.” Teriak Winda menyemangatiku.

Lalu aku mendapatkan celah dan aku serang dia, dan “DDDAAARRR!” tubuhnya terpental jatuh ke lantai.
Nafasku sedikit cepat, adrenalineku sudah memuncak dan aku masih tetap waspada akan setiap serangannya.
Tanpa aku duga, lawanku lalu lenyap seperti pasir yang tersapu angin.

“Apakah ini sudah selesai?” tanyaku.
“Sudah, Sam. Ayo sini kamu beristirahat.” Ajak Winda.

Aku lalu duduk di kursi yang tadi, dan sekarang winda duduk pula di hadapanku, jarak kami dipisahkan oleh meja kecil.

“Kamu hebat, aku kagum terhadapmu.” Ucapnya.
“Jangan memujiku seperti itu, aku hanya mencontek.” Jawabku sambil tersenyum.
“Mencontek siapa?, malah aku tidak memberikanmu contoh.” Tanyanya kebingungan.
“Waktu dulu, saat aku diselamatkan oleh kelompok kalian dari kejaran anak buah Merlin, waktu itu aku melihat cara mereka bertarung.” Ucapku.
“Jadi seperti itu. Kamu belajar cepat dari matamu.”

Tak lama, aku seperti tertarik dan aku tidak kuasa untuk menahannya.

“Winda, bantu aku, aku seperti ada yang menarik aku.” Teriakku.
“Tenang saja, ini tanda tubuhmu akan bangun dari tidurmu.” Ucapnya santai.

Aku lihat Winda lalu keluar dari ruangan itu, dan aku sekejap terbangun dari jasadku. Rohku sudah kembali bersatu.

“Tok..tok..tok.!” suara pintu diketuk.
“Siapa?” teriakku.
“Aku Winda, aku tunggu di ruang makan untuk kita makan bersama.” Teriaknya.

Aku lalu bangkit dari tempat tidurku dan sedikit aku cuci mukaku.
Tak lama aku pergi menuju ruangan makan. Saat sampai, sudah ada Fey dan Winda serta pelayan yang sedang menyimpan makanannya ke meja.

“Maaf, aku terlambat.” Ucapku.
“Tidak apa-apa, Sam. Silahkan duduk di sini.” Ucap Fey.
“Apakah tidak ada lagi yang makan selain kita bertiga?” tanyaku penasaran.
“Ayok kita makan dulu, Sam.” Ucap Fey.
“Iya, Sam, kamu harus banyak makan agar tenagamu tidak habis.” Ucap Winda melanjutkan.

Aku lalu kembali menikmati hidangan yang mereka sediakan. Sedikit tanya dalam fikirku, “Kenapa Fey butuh makan, padahal dia adalah roh.”.
Tak lama, makanan habis, dan mungkin sekarang akan memasuki sesi pembicaraan.

“Sam, kata Winda, kamu belajar dengan sangat cepat. Benarkah itu?” tanya Fey.
“Aku tidak bisa menilai diriku sendiri, Master.” Ucapku yang pertama kali memanggil Fey dengan sebutan Master.
“Panggil saja aku Fey, tidak apa-apa.” Ucapnya.
“Dan, Winda menyebutmu cepat dalam belajar dari kamu melihat sesuatu.”
“Aku rasa itu benar, karena aku tidak terlalu paham dengan teori yang berbelit-belit, aku hanya butuh melihat contohnya bagaimana, dan aku akan mengikutinya.” Jelasku.
“Kalau begitu kamu bisa ke perpustakaan, di sana banyak buku yang bisa kamu pelajari.” Tawarnya.
“Aku tidak tahu tempat ini, master.” Ucapku.
“Nanti akan aku antar.” Winda menjawabku.
“Aku boleh bertanya sesuatu, master?”
“Silahkan.”
“Aku bosan, apakah di sini tidak ada hiburan?” tanyaku aneh.
“Nanti kamu akan menemukan hiburanmu di sini.” Fey tersenyum menjawab pertanyaanku.

Dia lalu beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan kami.
Aku dan Winda hanya bertatap mata, dan mungkin hanya aku yang bingung dan tidak mengerti.

“Ayo kita pergi ke perpustakaan.” Ajak Winda.
“Yasudah ayo.” Ucapku pasrah.

Kami keluar menuju aula sebelum akhirnya masuk menuju pintu yang lain.
Setelah memasuki pintu menuju perpustakaan, bau-bau yang aneh aku cium.

“Hei, bau apa ini?” ucapku.
“Ini bau dari laboratorium, nanti juga kamu akan suka.” Jawabnya tersenyum.
“Mana mungkin aku bisa suka dengan bau seperti ini.” Ucapanku yang dibalas senyum.

Tak lama, kami sampai di depan pintu perpustakaan.

“Ingat satu hal, Sam.” Ucap Winda serius.
“Apa itu?” tanyaku dengan penasaran.
“Jangan berisik.” Dia menjawab sambil tersenyum.

Ternyata dia bisa bercanda, dan aku tidak menyangka karena saat pertama aku kira dia sosok yang tegas dan kaku.
Di dalam perpustakaan terlihat banyak orang yang sedang membaca, satu petugas seperti bagian pendaftaraan, dan beberapa penjaga yang sedang menjaga sambil melayang-layang.

“Permisi, aunt. Aku ingin mendaftarkan orang baru.” Ucap Winda berbisik.

Lalu wanita setengah baya itu melihat kepadaku.
Mereka lalu berbicara berbisik dan aku kurang begitu mendengarkan. Dan, tak beberapa lama, Winda memberikanku secarik kertas.

“Simpan dan bawa ini saat kamu ke sini.” Ucapnya berbisik.

Kami lalu masuk dan berjalan-jalan diantara rak-rak buku yang cukup tinggi. Aku dan Winda hanya melihat buku di bagian bawah saja.
Sebagai gambaran, perpustakaan ini cukup luas, dan banyak sekali rak buku di sini, mungkin jumlah bukunya sampai jutaan.
Rata-rata, buku yang aku lihat di sini, masih ditulis tangan. Mungkin aku akan sedikit kesulitan membacanya.
Aku lihat Winda sudah membawa tiga buku yang cukup tebal, dan aku coba membawakannya.

“Sini biar aku yang bawa.” Ucapku berbisik.

Tanpa basa basi dia langsung memberikannya kepadaku. Dan tak lama dia mengajakku ke arah tempat duduk.

“Baca buku-buku ini sekarang, untuk pengetahuanmu.” Bisiknya.

Aku lalu melihat judul buku yang Winda pilih. “Peraturan Dalam Dunia Mimpi.” ditulis oleh Fey, “Dasar-Dasar Pengendalian Roh.” ini pun ditulis oleh Fey , dan “Apa Yang Terjadi Dalam Dunia Mimpi.” dan ini ditulis oleh Bonnie.

Aku lalu membuka buku yang ditulis oleh Bonnie terlebih dahulu. Dan saat aku buka, tulisannya cukup rapi dan aku bisa membacanya.

“Bab 1. Hidup dan Mati Dalam Mimpi”


The Magic of Dream

The Magic of Dream

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2017 Native Language: Indonesia
Mimpi merupakan kekuatan setiap orang manusia dalam meraih tujuan dalam hidupnya.Walau mimpi tidak bisa langsung terwujud, namun kamu bisa merasakan kekuatan mimpi.Kamu bisa menjadi orang terhebat di dunia, memiliki kekuatan yang super, dan apapun yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata, kamu bisa dapatkan di dunia mimpi.Mimpi terbaikmu adalah saat kamu memiliki tujuan, berangan untuk memotivasimu mengejar hal yang lebih baik dalam kehidupanmu.Bukan seperti aku, aku bermimpi hanya dalam tidur, namun aku menikmati “teater mimpiku”.Tidak seperti kebanyakan orang yang hanya bisa melihat cerita dalam mimpinya, aku mungkin sudah bisa memainkan peranku dalam mimpi di setiap tidurku.Mungkin hal yang mustahil, tapi aku berlatih agar bisa mengendalikan mimpiku.Mulai dari peran pahlawan super sampai peran menjadi seorang presiden, sudah banyak aku perankan.“Andai dunia mimpi bisa bergabung dengan dunia nyata, mungkin aku bisa lebih menikmati hidup.” Ujarku dalam hati.Semua bayang indah akan hal yang bisa kita dapat saat dalam mimpi, dan akan indah bila dunia mimpi bisa melebur dengan dunia nyata.Namun, kisahku ini mengubah semua pandangan itu, mengubah hal indah menjadi hal yang tidak aku inginkan, mengubah keinginan dunia mimpi yang nyata, mungkin kalian akan berubah pikiran setelah membaca kisahku ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset