The Magic of Dream episode 6

Part 6 - Para Pejuang Mimpi

“… Sekali kamu meminum ramuan ini, kamu tak bisa kembali seperti manusia biasa kembali…”

Satu kalimat dalam buku itu yang membuat aku sedikit menyesal, mungkin lebih baik aku tidak ikut campur dalam urusan ini.

“… Kamu bisa hidup dalam dunia mimpi tanpa terpengaruhi apa yang terjadi pada jasadmu. Dan, kamu bisa mati dalam dunia mimpi walau jasadmu masih tetap bernafas…”

Cukup menakutkan saat aku bayangkan, bagaimana keadaan jasadku bila rohku yang mati terlebih dulu.
Halaman demi halaman aku baca, aku kembali banyak mengetahui hal-hal tentang dunia mimpi ini.

“… Kamu perlu makan dan minum walau kamu dalam bentuk roh, jasadmu tetap akan merasakan kenyang walau kamu makan saat masih dalam dunia mimpi…”

Jadi ini alasannya Fey selalu makan walau dia bukan manusia biasa lagi.

“… Matilah sebagai manusia biasa, namun bertarunglah dengan kekuatan rohmu.”

Akhirnya satu buku aku selesai membacanya, tidak tahu berapa jam aku habiskan. Dan saat aku melihat ke sampingku, Winda sudah tidak berada di sini, mungkin aku terlalu serius dalam membaca buku ini.
Aku lalu mengambil buku kedua, “Peraturan Dalam Dunia Mimpi.”. Tidak ada yang spesial menurutku dan buku ini cukup tipis untuk dibaca.
Dan buku terakhir, “Dasar-Dasar Pengendalian Roh.”. Aku mulai membaca buku ini dengan serius.

“… Roh adalah jiwa manusia, adalah penggerak jasad seorang manusia. Pengendalian roh berbeda dengan pengendalian jasad, karena jasad memiliki keterbatasan namun roh begitu bebas. Ibarat sebuah burung dalam sangkarnya, dia bisa menggerakan sangkarnya dengan arah sesuka hatinya namun terbatas dan tidak bisa keluar dari area tersebut. jika burung itu dilepas, dia bisa terbang kemana dia mau, bisa melihat alam yang begitu luas, dan apapun yang dia mau. Tapi, saat burung itu sudah mencapai alam yang bebas, dia sudah tidak aman, rohmu sudah tidak aman lagi seperti saat berada dalam jasadmu. Ketika jasadmu mati, rohmu akan tetap hidup, dan jika rohmu mati, kamu akan musnah…” Bab 1, halaman 4.

“… Fikiran adalah dasar dari roh. Semakin kamu fokus, kekuatanmu semakin besar. Dalam mengendalikan roh, kamu hanya perlu berfikir sesuatu yang kamu inginkan, kekuatan yang kamu butuhkan, dan semua itu bisa kamu latih. Semakin kamu berlatih, semakin kamu terbiasa, maka semakin banyak hal yang bisa kamu lakukan dalam satu waktu…” Bab 3, halaman 27.

“… Sebenarnya, rohlah yang merasakan rasa sakit. Saat jasadmu terluka, rohmu yang sakit. Maka dari itu, sehebat apapun kekuatanmu, kamu tidak bisa menghilangkan rasa sakit yang kamu terima terhadap rohmu…” Bab 5, halaman 79.

Aku lalu menghabiskan sisa halaman yang aku baca, sungguh menarik bagiku, namun cukup berbahaya juga.
Selesai aku membaca, lalu aku cukup kaget, karena Winda muncul tiba-tiba di sampingku.

“Sudah selesai?” bisiknya.
“Sudah.” Jawabku singkat.

Dia lalu mengambil buku itu dan mengembalikan buku itu ke tempatnya, lalu aku di ajak untuk ke tempat latihan.

“Latihan lagi?, apa aku bisa sedikit menikmati hiburan di sini?.” Keluhku.
“Sudah tidak ada waktu lagi.” Ucapnya singkat.

Aku kembali memasuki pintu yang lain, mungkin latihan yang berbeda.

***

“Ayok anak baru, serang dia.” Teriak Alex.
“Kau jangan diam saja.” Balas teriakku.

Kami berdua berlatih melawan musuh dengan tingkat yang lebih lagi, dan jika kami terkena serangannya, maka kami pasti akan menginap di ruang perawatan.

“Aku tembak sekarang.” Teriakku.
“Baik, akan ku akhiri.” Teriak Alex.

Lawan kami lalu hancur meledak, serangan kami berdua sudah cukup matang.
Alex adalah teman baruku di sini, bukan dia yang baru, tapi akulah yang baru bertemu dengannya. Seminggu yang lalu, awal kami berlatih, membangun chemistry dan kerja sama.

“Bagus, semakin hari kalian semakin baik, tidak seperti awal yang sangat payah.” Ucap Winda yang dari tadi melihat latihan kami.
“Hei, boleh kami lihat kemampuanmu, Winda?, selama ini aku tidak pernah melihatmu berlatih.” Ucapku.
“Untuk apa, Sam. Tidak penting kau melihat aku berlatih.” Jawabnya.

Selama seminggu ini, aku sudah bertemu dengan prajurit-prajurit lainnya. Iya, sebutan kami adalah prajurit mimpi. Banyak hal yang telah aku pelajari dan kuasai.

“Baik sekarang kita ke aula.” Ajak Winda.

Lalu kami berdua kembali bangun dan pergi mengikuti Winda.
Kami lalu duduk di tempat yang dulu, karena di sini memang tempat kami.

“Seminggu ini, latihan kalian semakin baik, tapi aku rasa, kalian masih belum siap untuk melawan Merlin.” Ucapnya.
“Itu tugasmu, Sam.” Alex berbicara kepadaku.
“Itu tugasmu juga, aku tidak bisa melawannya sendiri.” Ucapku.
“Ini tugas kita semua, yang kita butuhkan kerja sama dan kekuatan untuk melawannya.” Winda menyambung.

Kami hanya mengangguk.
Tak lama, seorang dari penjaga masuk ke aula dan memberitahukan bahwa diluar tempat ini dalam keadaan sedang di serang.

“Hah, aku lelah, ini kali kedua mereka menyerang kita dalam minggu ini.” Ucap Winda.

Aku lalu berdiri dan berniat untuk pergi, tapi tanganku di pegang Winda.

“Mau kemana kamu, bocah. Duduklah dan minum ini.” Ucapnya.

Aku akhir-akhir ini tidak bisa merasakan apakah aku sedang dalam jasadku atau bukan.
Kami lalu keluar, membantu mereka melawan.

“Sial, sekarang mereka yang menyerang.” Gerutu Winda.
“Mereka siapa?” tanyaku.
“Kamu tidak akan kenal mereka, tapi mereka memiliki ilmu yang cukup tinggi. Lihatlah, dua orang itu.” Ucapnya sambil menunjuk.

Aku lalu melayang mendekati seorang dari mereka dan “DDAARR!!.” Tembakanku mengenai tangannya. Aku ingat, tangannya langsung lenyap dan dia menatap kearahku.

“Sial, aku dalam bahaya.” Ucapku dalam hati sambil menatap kembali.

Kemudian aku melakukan serangan berikutnya, dengan menembakan cahaya dari ujung jariku. Sayang, seranganku sekarang selalu dia lawan.

“Alex, bantu aku!.” Teriakku memanggil bantuan.

Lalu Alex menyerangnya dari sisi berlawanan. Kami mengepungnya dan terus menyerangnya. Satu demi satu serangan dari kami melemahkannya dan serangan terakhir.

“Matilah kau.” Bola cahaya di atas telapak tanganku aku pukulkan ke lawanku dan ledakan besar terjadi, rohku terpental.

Aku lalu melihat dia sudah musnah, dan melihat teman yang lain sedang berjaga melihat kami berdua betarung.

“Lama sekali kalian berdua mengalahkannya.” Ucap Winda.
“Kenapa kamu begitu cepat?, katamu mereka memiliki ilmu yang tinggi?.” Tanyaku.
“Memang, tapi ilmuku jauh lebih kuat dari mereka.” Jawab Winda.
“Yasudah lain kali kau saja yang melawan sendirian.” Aku berkata kepada Winda.

Dia lalu tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Hei, bisa kita jalan-jalan sebentar di sini.” Tanya Alex.
“Di sini berbahaya, lebih baik kita masuk kembali.” Ucap Winda.

Memang di luar sini adalah hutan yang terletak di bagian selatan kotaku, tidak jauh dan bagian utara adalah markas dari musuh-musuh kami.

“Yasudah, tapi hanya sampai sungai itu.” Ucap Winda.

Kami bertiga lalu berjalan sambil mengobrol dan di belakang kami ada seorang penjaga yang akan melindungi kami.

“Apakah seumur hidupmu tidak pernah keluar?” Tanyaku ke Winda.
“Aku tidak pernah keluar, mungkin hanya jika ada serangan seperti tadi saja.” Ucapnya.
“Jadi kamu selalu berlatih, sehingga ilmumu bisa melebihi mereka?” tanyaku.
“Dan faktor keturunan juga, aku newarisi beberapa ilmu dari ayahku tanpa aku memperlajarinya.” Jawabnya.

Aku dan Winda lalu duduk di sebuah batu, sedangkan Alex lebih suka bermain air.

“Apakah kamu tidak ingin keluar dari tempat itu hanya untuk sekedar berjalan-jalan?” tanyaku.
“Aku sebenarnya ingin, tapi diluar sini sangat berbahaya, dan jika aku berjalan-jalan seperti ini, perasaanku bukan rileks, malah semakin khawatir.” Ucapnya.
“Tapi lihat, sekarang kita aman-aman saja.” Sombongku.
“Iya sekarang, bukan kemarin atau dulu.” Ucapnya.

Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya.

“Sebenarnya, aku dilindungi sekali oleh ayahku, dia sadar mungkin aku adalah penerus satu-satunya, dan satu hal rahasia yang ingin aku sampaikan kepadamu.” Ucapnya.
“Rahasia?, apakah rahasia yang dulu ingin kamu ucapkan.” Tanyaku penasaran.
“Iya, rahasia itu …”

“Hei, lihat, Sam. Ada seseorang yang mirip sepertimu mendekat ke sini.” Ucap Alex memotong pembicaraan.


The Magic of Dream

The Magic of Dream

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2017 Native Language: Indonesia
Mimpi merupakan kekuatan setiap orang manusia dalam meraih tujuan dalam hidupnya.Walau mimpi tidak bisa langsung terwujud, namun kamu bisa merasakan kekuatan mimpi.Kamu bisa menjadi orang terhebat di dunia, memiliki kekuatan yang super, dan apapun yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata, kamu bisa dapatkan di dunia mimpi.Mimpi terbaikmu adalah saat kamu memiliki tujuan, berangan untuk memotivasimu mengejar hal yang lebih baik dalam kehidupanmu.Bukan seperti aku, aku bermimpi hanya dalam tidur, namun aku menikmati “teater mimpiku”.Tidak seperti kebanyakan orang yang hanya bisa melihat cerita dalam mimpinya, aku mungkin sudah bisa memainkan peranku dalam mimpi di setiap tidurku.Mungkin hal yang mustahil, tapi aku berlatih agar bisa mengendalikan mimpiku.Mulai dari peran pahlawan super sampai peran menjadi seorang presiden, sudah banyak aku perankan.“Andai dunia mimpi bisa bergabung dengan dunia nyata, mungkin aku bisa lebih menikmati hidup.” Ujarku dalam hati.Semua bayang indah akan hal yang bisa kita dapat saat dalam mimpi, dan akan indah bila dunia mimpi bisa melebur dengan dunia nyata.Namun, kisahku ini mengubah semua pandangan itu, mengubah hal indah menjadi hal yang tidak aku inginkan, mengubah keinginan dunia mimpi yang nyata, mungkin kalian akan berubah pikiran setelah membaca kisahku ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset