“Apa yang kamu rasakan saat kamu tertidur.” Tanya Winda.
“Terkadang kamu merasakan waktu seperti kamu lewati begitu cepat, delapan jam kamu tertidur tapi kamu merasa seperti baru lima menit.” Ucapku dan melihat mukanya dengan mata masih terpejam.
“Lalu, apa lagi?”
“Terkadang kamu bermimpi, hal yang berbeda dari kehidupanmu sehari-hari. Mungkin kamu bisa berada di sebuah tempat yang kamu tidak tahu, menjadi seseorang yang tidak kamu kenal. Mungkin seperti kamu menonton sebuah pertunjukan, ada saatnya kamu menjadi penonton dan ada saatnya kamulah yang jadi pemerannya.” Jawabku.
“Kedengarannya menyenangkan. Aku dari kecil tidak pernah bermimpi, mungkin aku tidak pernah tidur. Aku ingin merasakan hal itu.” Ucapnya.
“Aku mungkin akan sepertimu sekarang, karena aku sudah lupa bagaimana yang namanya tertidur.” Ucapku.
“Maafkan kami, Sam. Mungkin aku bisa membuat ramuan penawarnya, tapi aku tidak pernah belajar hal-hal seperti itu, aku diajarkan menjadi seorang prajurit.”
“Coba kamu belajar, mungkin aku bisa membantu.”
“Aku sudah belajar sedikit, namun aku tidak mengerti, dan mungkin butuh waktu yang sangat lama.” Ucapnya.
“Kalau begitu, kita hanya bisa menikmati hidup yang seperti ini, sampai kita mati.”
“Apakah tanganmu tidak sakit aku jadikan bantal?” ucapnya.
“Aku rasa sekarang kamu tertidur dipundakku.”
“Maaf, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya.” Ucapnya.