The Magical episode 12

Chapter 12

“If you are looking for a spouse, look for the one who will take you to Jannah.”

 

Please, play the music from Maher Zein – One day before you read this part story

Ibrahim POV

Ketenaran, kekayaan dan wanita

Tiga hal itulah yang mengiringiku di masa-masa pertumbuhanku. Lahir dari rahim seorang wanita jawa yang cantik namun darah wastern Jerman dan Swedia lah yang kental kumiliki. Tinggi proposional, fisik yang mempesona dengan mata sebiru langit di angkasa membuatku begitu diidolakan mungkin bahkan sejak tangisan pertamaku menggema di bumi.

Setahun setelah aku lahir, Mami membawaku tinggal di Jerman di kampung halaman papi lalu kembali lagi ke tahan kelahirannya sejak dua tahun Allens dan Arians lahir. Aku semakin tumbuh dengan baik dan menyebalkan.

Masa remajaku yang begitu berandalan membawaku menjadi seorang playboy. Semua hal mendukungku untuk melakoni peran seorang cowok berandalan yang digilai para wanita. Fisikku mempesona siapapun yang melihatnya dengan embel-embel kaya di belakangnya maka tidak salah jika para perempuan tidak akan bisa menolakku bahkan berharap bisa menjadi salah satu koleksiku walaupun mereka sangat tahu seberapa bejatnya aku saat itu.

Masa remajaku begitu semarak dengan kisah-kisahku bersama banyak perempuan juga kisah berandalanku yang membuat pusing papi dan mami. Namun walaupun seperti itu, alu terlahir pintar dengan IQ diatas rata-rata. Papi sudah membayangkan sejak aku kecil untuk mengikuti jejaknya sebagai seorang pengusaha tapi sayang aku sama sekali tidak berminat dalam hal itu.

Semakin dewasa, aku tumbuh tidak terkontrol. Membangkang papi hanya untuk diizinkan masuk sekolah penerbangan karena entah bagaimana sejak dulu aku selalu suka yang namanya terbang. Aku yang sejak kecil memang lebih sering bolak-balik Indonesia -Jerman membuatku membayangkan bagaimana rasanya bisa menerbangkan burung besi itu di udara di bawah langit biru luas, diatas bumi yang mempesona dan kerlipan bintang saat malam.

Akhirnya papi menyerah setelah segala usahanya untuk melarangku sekolah pilot dan membiarkan saja aku melakukan apa yang aku inginkan. Transformasiku dari cowok remaja yang berandalan berubah menjadi sosok seorang pria yang arogan dengan wanita-wanita cantik disekelilingku.

Dalam seminggu, aku bisa tidur dengan beberapa wanita yang berbeda. Wanita yang lebih sering aku temukan di party eklusive, bar atau pub langgananku juga beberapa yang kutemukan acak diluaran. Mereka bahkan mungkin berharap menjadi pelabuhan terakhir bagi cinta seorang Abizair Redrvick.

Namun sayangnya semua itu hanya angan mereka. Setelah resmi menjadi seorang pilot yang pelan-pelan berdiri di kaki sendiri dari bawah hingga memiliki jam terbang tinggi membuatku semakin digilai para wanita.

Setiap terbang ke kota-kota yang berbeda aku akan singgah, menikmati dan berakhir dengan tidur dengan wanita yang aku temui disana. Benar-benar cerminan lelaki hedonis perusak wanita yang mempesona.

Semua itu kulakoni sampai umurku memasuki usia 29 tahun. Mami yang sudah uring-uringan karena aku belum juga memiliki pendamping akhirnya yang memaksaku untuk mencari wanita baik-baik yang bisa aku peristri walaupun dalam otakku saat itu aku berharap bahwa siapapun istri yang kumiliki, aku masih bisa bermain-main dengan wanita diluar sana hanya sebagai selingan.

Namun nyatanya aku terperosok dalam pesona seorang wanita cantik dan seksi yang berprofesi sebagai seorang model. Wanita itu mempengaruhiku dengan begitu hebatnya membuat seorang Abizair bertekuk lutut di bahwa kakinya. Selain pekerjaanku hanya dia yang aku pikirkan. Aku akan memberikan segalanya yang aku miliki untuknya hanya supaya dia tetap berada disisku.

Kehidupan percintaan kami memang mengalami pasang surut. Kebanyakan masalah pekerjaannya. Aku yang memang seorang pecemburu sering sekali beradu argumen dengannya karena pekerjaannya yang melibatkan kontak fisik dengan lawan jenis. Bagiku wanita itu milikku dan tidak ada yang boleh menyentuhnya seujung kukupun.

Setelah perjuangan panjang akhirnya aku resmi menjadi calon suaminya. Aku melamarnya di Maldives saat kami berlibur disana. Aku masih ingat betapa bahagianya aku ketika dia menerima lamaranku. Setelahnya kami menghabiskan waktu intim dan romantis kami pasca lamaran dengan bercinta semalaman.

Bejat, tidak bermoral mungkin gambaran yang tepat bagaimana hidupku dulu kuhabiskan. Semuanya sempurna bagi pemikiranku dulu sampai kecelakaan itu menghantam jiwaku dengan hebatnya. Dangkal dan egois.

Aku memikirkan semuanya sebelum pesawat yang aku terbangkan bersama Alm. Captain Alam. Semuanya berputar dikepalaku bahkan setelah aku terombang ambing di samudra luas berpegangan erat pada serpihan bangkai pesawat.

Aku benar-benar menangis saat melihat banyaknya korban jiwa yang berjatuhan. Aku merasa gagal dalam penerbanganku kali ini. Sejak itulah aku berjanji pada diriku sendiri, jika aku selamat sampai bertemu dengan keluargaku maka aku akan merubah segala hal sia-sia yang selama belasan tahun kuperbuat. Cukup satu kali aku merasakan berada di ambang kematian dan nyaris menjadi salah satu korban tanpa sempat menyesali semua kesalahanku.

Aku menyimpan sebuah rahasia kecil. Saat kecelakaan itu aku terombang ambing bersama seseorang yang baik hatinya. Luka yang dia dapat lebih parah dari luka milikku tapi ajaibnya dia mampu bertahan beberapa hari menemaniku. Beberapa hari sejak kejadian itu kami hanya diam karena masih shock lalu sehari sebelum tim SAR menemukan kami, dia  mengajakku mengobrol tentang banyak hal. Tentang hidupnya, keluarganya dan agamanya.

Aku saat itu hanya diam saja mendengarkan semua yang dikatakannya dan baru kusadari sekarang bahwa ternyata itu adalah pertanda dari segala hal yang terjadi kemudian. Dia juga yang akhirnya menolongku saat amukan badai tengah samudra menghantam kami dan aku kehilangan sosoknya tenggelam bersama buih air laut di samudra luas tak berdasar karena luka-lukanya yang sudah tidak bisa ditahannya.

Sejak  hari itu, jiwaku tidak lagi sama dengan sebelumnya. Banyak hal yang ingin aku lakukan sejak aku kembali dengan selamat sampai bertemu dengan orang tuaku tapi hal terbesar yang begitu menyesakkan dada ingin aku tuntaskan adalah menjadi seorang mualaf. Masuk islam dengan kasadaran penuh dengan niat ingin memperbaiki diri dan mengalihkan semua cinta untuk sang pencipta.

Puluhan malam aku habiskan untuk menangis diatas sajadah panjang berharap bahwa Allah SWT yang maha pemurah akan memaafkanku. Dan disinilah aku sekarang, mencoba menjalani pilihan yang Allah tetapkan sekaligus membayar karma perbuatanku dulu. Aku ihklas menjalaninya dan akan melakukan semua hal terbaik yang bisa aku lakukan. Juga tentang janjiku pada seseorang.

Aku tersenyum mantap menghadapi momen sakral yang sudah sejak dulu aku tunggu dengan tugas berat yang menanti di belakangnya namun anehnya bagiku itu bukan sebuah ganjalan, keterpaksaan atau hal yang aku sesali.

Aku mencintai Rabbku, mencintai ketetapanNYA, mencintai sebentuk cinta yang diberikanNYA untuk memberiku kesempatan bahwa aku pantas untuk mendapat pengampunannya.

Tidak ada yang perlu aku mendebat lagi semuanya.

Siang ini sebelum shalat Jum’at, aku, beberapa ulama, keluargaku, kerabat, sahabat dan anak-anak pesantren berkumpul di Masjid milik Abah Sulaiman.

Abah Sulaiman dengan senyuman mengulurkan tangannya yang aku sambut tanpa keraguan di atas sebuah Al quran suci yang diletakkan di meja cantik berlinen putih  renda dan bunga disekelilingnya dihadapanku.

Aku menyambut uluran tangan itu tanpa keraguan sedikitpun. Aku mengikuti semua arahannya hingga abah Sulaiman memulainya dengan suara yang bergetar,

“Ya Ibrahim Alfahi Redrivck uzawwijuka ala ma amarallahu min imsakin bima rufin au tasrihim bi ihsanin, ya Ibrahim Alfahi Redrivck bin Alfi Alamsyah.”

Na’am,”jawabku.

“Ankahtuka wa zawwaj – tuka makhtubataka binti Medina Nayyara bimahril al khatam in dzahab wa alatil ibadah halan.”

“Qabiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur halan,”jawabku mantap tanpa keraguan.

Abah Sulaiman tersenyum lebar seraya berucap,”Alhamdulillah Sah.” Diikuti beberapa kerabat menggemakan kalimat SAH disekelilingku. Aku ikut tersenyum lebih untuk diriku sendiri. Kalimat suci dalam bahasa arab yang aku lafalkan telah mengunci kehidupanku hanya untuk wanita bernama Medina Nayyara.

Aku menundukkan kepala dan mengenadahkan kedua tanganku ke depan lalu menutup mataku mengikuti lantunan doa yang abah sulaiman lafalkan. Hatiku bergetar dan aku melafalkan doa sepenuh hati untuk istriku.

Ya Allah, Dzat yang maha membolak balik hati. Lembutkan lah peringainya, kikislah tembok yang membentengi hatinya dan tuntunlah aku untuk menyembuhkan lukanya. Izinkan kami, dua tubuh satu hati hanya mengharapkan ridha engkau Ya Allah. Jadikan kami termasuk dalam golongan umatMU yang engkau cintai.”

Amin Ya Rabbalallamin.

Aku mengangkat kepala dan bertemu dengan tatapan abah Sulaiman yang diam memandangiku namun matanya menyiratkan sesuatu yang lain. Sosok pengganti ayah untuk Medina yang terlihat mencoba menahan harunya dengan mata yang berkaca-kaca. Aku tersenyum tulus dan dia manganggukkan kepala seraya berucap,

“Terimakasih anakku, menantuku. Semoga jalan kalian ke depan dimudahkan Allah SWT.”

“Amin Ya Rabbalaallamin,”aku meyakini dengan sepenuh hati sebagai seseorang yang kini statusnya telah berubah, hidupku bukan lagi tentang aku tapi tentang kami. Aku dan istriku yang saat ini tengah menungguku di rumah.


The Magical

The Magical

Status: Hiatus Tipe: Author: Dirilis: 2017 Native Language: Indonesia
Dua manusia berbeda yang tidak pernah bersilangan jalan berada dalam titik 0 hidupnya karena sebuah tragedi mengenaskan. Keduanya memilih menyikapinya dengan cara yang saling bertolak belakang. Hingga mereka disatukan dalam sebuah ikatan pernikahan yang tidak pernah disangka akan terjadi. Bagaimana mereka bisa bertahan satu sama lain bahkan setelah benang merah masa lalu menyeruak dan merusak segalanya ?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset