Tomato Strawberry episode 13

Chapter 13 INGGRIT

Lelah juga bagi Riza menghadapi hari-harinya yang semakin rumit, ia harus ke luar kota untuk mengurusi semua bisnisnya,

dua minggu berlalu.

Ia akhirnya pulang, ia rindu pada Sherly mereka sudah semakin dekat layaknya dulu di masa mereka SMP mereka tetap berhubungan lewat telepon dengan baik. Tentu saja sebagai Anton bukan Riza.

Sesampainya di bandara ia menyempatkan diri untuk makan siang karena dari tadi pagi dia belum sarapan.

Bzzz.. bzzz,

dering ponsel Riza, ia menatap ponselnya dia tersenyum ketika nama Sherly yang ada di layar ponselnya.

“hallo..”, riza menjawab panggilan,

“kamu dimana?”, tanya Sherly di sana,

“aku baru saja tiba di bandara”, jawab Riza

“ohh.. oke, temui aku nanti sore”, pintanya

“ya oke-oke, sore aku jemput”, jawab riza lagi

“oke bye..”

“bye”.

Sherly menutup teleponnya. Riza masih berjalan menuju restoran bandara, tiba-tiba seorang wanita paruh baya menabraknya dari belakang Riza tersungkur ke depan dan menjatuhkan poselnya yang menyebabkan LCD ponselnya retak.

wanita itu memegang mulutnya merasa bersalah, Riza geram ia membalikkan tubuhnya dengan cepat bersiap untuk memaki orang tersebut..

Ibu ?? Pekiknya dalam hati.

Ternyata wanita yang menabraknya tadi adalah ibunya Riza yang selama ini dia cari.

Sepeninggalan anaknya Riza, ibunya pindah keluar kota, karena terlalu banyak kenangan bersama anaknya di rumah itu.

Riza memang sempat mencari namun tetangga-tetangganya tidak tahu ke mana ibunya pergi.

“maafkan saya, saya sedang melihat isi tas saya ketika berjalan, mengenai ponsel anda, izinkan saya untuk menggantinya”, katanya bersungguh-sungguh.

Riza hanya terpaku hampir saja ia meneteskan air mata, untungnya masih dapat tertahan dengan memalingkan Wajahnya ke arah lain, ia menguatkan diri dan berkata,

“ini bukan masalah, anda juga tidak sengaja menabrak saya, lupakan saja”, Riza melemparkan senyum lembut, agar ibunya tidak merasa bersalah, ponsel itu tak seberapa bila dibandingkan dengan hangatnya pertemuan ini.

“apa anda sedang terburu-buru? Jika tidak, maukah makan siang dengan saya?”, ajak Riza,

“ma.. maaf tapi saya…”, ibunya hampir menolak,

“anggap saja dengan menemani saya makan siang, permintaan maaf anda saya terima”, potongnya memaksa,

“baiklah”, jawab ibunya tersenyum tipis.

Mereka berdua menuju restoran siap saji di sekitar bandara, sambil terus berbincang ibunya sangat antusias karna memang ibunya Riza tipikal orang yang terbuka, hanya karena merasa bersalah jadi ia sedikit gugup, ia menceritakan dulu pernah tinggal di kota ini sampai suatu hari harus menghadapi kenyataan pahit dengan kepergian anak semata wayangnya.

Tanpa sadar Riza meneteskan air matanya.

“maaf apa anda baru saja menangis?” tanya ibunya iba.

“ah .. ohh.. tidak juga, sa… saya hanya terhanyut oleh cerita anda, maaf kalau dengan anda bercerita anda jadi sesedih ini”, riza menjawab.

Ibunya tak dapat lagi menahan air matanya dan menangis tersedu-sedu di hadapannya. Riza sebenarnyapun tak bisa menahan lagi, ia mengalihkan pandangannya tak sanggup melihat ibunya menangis.

“dia tetap ada Bu, anda hanya perlu mendoakannya selalu”, riza menyabarkan.

“ya saya tahu, maaf saya jadi bercerita dan menangis seperti ini”.

Suasana makan siang jadi haru, tapi sekaligus membuat Riza bahagia karena sekian lama berpisah akhirnya ia bertemu lagi dengan ibunda tercintanya, walau tak bisa memeluknya. Ia ingin ibunya tetap tinggal dengannya namun rasanya itu tak mungkin, Ia punya segalanya tapi ia jauh dari orang-orang yang ia sayangi entah dari mana harus memulai agar semuanya menjadi seperti dulu, saat orang-orang tercinta mengenal dan menyayanginya sebagai Riza.

“maaf, kalau saya boleh tahu, apa anda sudah menikah lagi?”, tanya Riza memberanikan diri, ini hal yang sangat ingin ia tanyakan.

“tidak, saya tidak bisa lagi menikah dengan orang lain, saya tidak mau lagi kehilangan orang yang saya sayangi”, jawabnya datar.

“saya ingin menceritakan hal ini pada Riza ketika ia sudah besar, saya tidak akan pergi dengan tenang jika tidak menceritakan rahasia ini, mungkin anda bisa membantuku?” katanya serius.

Hah.. rahasia? Apa ini menyangkut keluargaku?.

“mmm.. te.. tentu saja saya akan membantu, tapi apakah anda yakin? Kenapa anda pikir saya orang yang bisa anda percaya”, tanyanya khawatir.

“itu insting seorang ibu, saya tidak tahu kenapa logisnya, saya percaya anda bisa membantu saya, saya akan bercerita”, ungkapnya mulai serius,

“sebenarnya Riza memiliki adik kandung…”

Riza tercengang, rasanya semua darahnya naik memenuhi kepalanya…

**

Di Taxi pikiran Riza di penuhi tanda tanya besar, ia tak tahu bagaimana, memulai percakapan dengan adik kandungnya itu. Dia berpisah di bandara dengan ibunya, ia meninggalkan nomor ponselnya, jika suatu saat menemukan adik kandungya tersebut.

“aku akan mencari alamat ayah terlebih dahulu”, gumamnya, dan ia tahu di mana persisnya alamat ayahnya

“sudah 1 tahun beliau pindah, pak”, jelas wanita paruh baya yang merupakan tetangga dekat ayahnya.

“apa anda tau dimana alamatnya yang sekarang”, tanya Riza tergesa-gesa. Tetangganya itu kemudian mencatat alamatnya di kertas, karena ponsel Riza tidak bisa di gunakan.

Lalu ia menelusuri daerah perkampungan yang ada di pinggiran kota yang tidak bisa di lalui mobil, ia berjalan setelah bertanya pada orang-orang yang tinggal di daerah tersebut.

Sampailah ia di rumah sederhana, ia ragu-ragu untuk mengetuknya, tak tahu harus darimana ia memulai percakapan.

“Anton?”, suara gadis mengagetkannya dari belakang, hampir-hampir menjatuhkan ponselnya lagi.

“inggrit….????”, pekiknya, membelalakan mata,

“apa yang kamu lakukan di rumahku?”, tambahnya.. rumahnya??
“a.. aku tidak sengaja mencari alamat temanku kupikir ini rumahnya”, jawab Riza asal-asalan.

Inggrit mendekatkan wajahnya ke wajah Riza menyelidik,

“kamu ini seperti melihat alien, kenapa begitu ketakutan?”, ucapnya, menyiritkan alisnya, curiga.

“sudahlah karena kamu sudah disini silahkan masuk”, inggrit nyelonong masuk dan membukakan pintu rumahnya.

Riza terbengong-bengong, dia pikir adik yang diceritakan ibunya bukanlah inggrit, namanya Zeera.

“ayo masuk, kau seperti petugas Sensus, jika berdiri di situ terus”, ucapnya, dengan tomboynya.

Inggrit adalah gadis yang manis, rambut sebahu, setinggi Sherly, bedanya kulitnya cokelat sawo matang, memiliki mata bulat yang sangat cantik, ia sangat tomboy, hingga suatu hari ia pernah memukul teman sekolahnya sampai pingsan, ayahnya di panggil ke sekolah terlampau sering karena ia berkelahi atau merokok di sekolah.

“aku punya b*r di kulkas kamu mau”, tawarnya nyengir,

“kamu masih terlalu muda untuk meminum alcohol”, ujar Riza,

“apa maksudmu!? Aku 19 tahun, dan aku membelinya dengan uangku sendiri, aku bisa melakukan apapun yang aku mau”, ia menjulurkan lidah dan pergi ke dapur.

Riza memandang sekeliling untuk menemukan foto atau apapun yang bisa meyakinkannya, rumahnya sangat pengap hanya ada kipas angin gantung, dan sedikit fentilasi udara, hanya satu kamar, dan ruang tamu yang jadi satu dengan ruang TV .

Apakah ia salah rumah, ia berfikir untuk memberanikan diri menanyakan ayahnya pada inggrit. Inggrit kemudian kembali setelah mengganti pakaiannya dan membawa 2 botol b*r.

ia hanya menggunakan kaos belel dan short hitam, lebih mirip celana dalam karena terlalu pendek,

“ini minuman mu aku tidak punya minuman mahal atau sejenisnya, karena sangat pemborosan untuk gadis yang tinggal sendirian”, katanya sambil duduk, dan menyulut rokok, dengan kaki dinaikan silang ke atas kursi lebih mirip supir angkot yang sedang menikmati makanan di warung tegal.

“jadi kamu tinggal sendiri?”tanya Riza,

“hmmm.. ya begitulah, ayahku pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan sudah 5 bulan tak ada kabar bahkan ia tak pernah menelepon, nomornya juga tak pernah aktif”, jawabnya santai,

“jadi dari mana kamu membayar uang kuliahmu?”, tanya Riza lagi,

“aku penyanyi kafe atau bar atau sejenisnya, penghasilan aku kumpulkan untuk membayar kuliah dan biaya hidup”, jawabnya sambil menghisap rokok dan menghembuskannya lagi,

“oh ya, siapa kawan yang kamu cari? Siapa tahu aku mengenalnya”, tanya inggrit sekarang,

“joko.. joko calculus”.

Inggrit sempat terdiam lama, pandangannya kosong.


Tomato Strawberry

Tomato Strawberry

Status: Completed Tipe: Author: Dirilis: 2015 Native Language: Indonesia
Jika aku bukanlah aku apakah kau masih mencintaiku ?sebuah kisah cinta sederhana sepasang kekasih

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset