Mereka tetap melanjutkan acara tanpa Sherly, sekarang waktu menunjukkan jam 10.30 sudah hampir selesai.
Riza tak bisa tenang dengan keadaan ini, ia menyendiri di ruangan manajer, terus memegangi ponsel, dan terus melihat-lihat ponselnya. Sementara Inggrit bolak-balik menemui kakaknya yang terus murung itu.
“apa Sherly sudah menghubungi kak?” tanya Inggrit cemas,
Riza hanya menggelengkan kepala, duduk menopang dagu, kemudian menyalakan televisi, dan memindah-mindahkan tak beraturan,
ia melihat sesuatu.
Ia segera memindahkan kembali siaran berita yang tadi ia lewati, Riza tercengang melihat berita kecelakaan mobil, dan pengemudinya menghilang.
“i… Itu mobil Sherly kak! Lihat pelat nomornya!?” pekik Inggrit tercengang.
Riza segera berhambur keluar ruangan untuk meminjam motor Vero.
“ada apa kak!?” Vero kebingungan.
Riza langsung mengambil kunci motor di tangan Vero, dan bergegas pergi, Vero hanya terbengong-bengong, kemudian Inggrit mendekati dan menceritakan kepada Vero.
Riza merasa ada yang tidak beres dengan semua ini, ia langsung menancap gas motor tak peduli dengan sekitar.
Yang ia tuju adalah lokasi di mana kecelakaan itu terjadi. Ia melewati semua kendaraan di depannya, dan menerobos lampu merah.
Setibanya di lokasi kecelakaan, Riza langsung menanyakan kepada polisi yang ada di situ. Suasana di sana sangat kacau, mobil Sherly menabrak pohon, terlihat garis polisi di mana-mana, tapi sama sekali tidak ada darah. Jadi Sherly menghilang atau sengaja di tabrak lalu di culik.
“Anda keluarganya?” tanya polisi itu,
“aku tunangannya!” jawab Riza,
“ini nomor rumahnya, silakan bapak menghubungi keluarganya.” Tambah Riza,
“satu lagi pak, apa bapak menemukan ponselnya?”, tanya Riza lagi,
“maaf pak kami belum menemukan ponsel pak,” jawab polisi itu.
Riza segera melacak keberadaan ponsel Sherly melalui temannya yang mengerti tentang melacak ponsel yang hilang.
“halo! Ini Anton, tolong lacak nomor ini, kosong, delapan satu.. “
…
Sherly mencoba mengingat yang terjadi sebelum tersadar di tempat gelap dan kotor itu.
Seluruh badannya berdenyut, seperti di pukul dengan sebongkah kayu. Kemudian seseorang mendekat perlahan dalam kegelapan, Sherly tak dapat melihat dengan jelas karena begitu gelap dan pekat, Sherly menyipitkan matanya menerawang, seorang laki-laki bertubuh kurus, membawa seutas kain.
“hai, cantik!” suaranya serak parau, lebih mirip kakek-kakek. Kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Sherly,
Sherly tercengang. “Riza!?” pekiknya terkejut bercampur ragu.
Pria itu tertawa lepas seperti orang yang baru saja melihat sesuatu yang lucu.
“apa kau merindukanku sayang?” goda pria itu. Membelai wajah Sherly,
“ta.. Tapi kau.. Kau sudah mati!” pekik Sherly semakin ketakutan, memundurkan kepalanya jijik,
“kau tahu!” pria itu melanjutkan.
“Riza, telah merusak hidupku! Ia telah merebut jasadku yang mempesona, ia telah mengambil seluruh hartaku, dan ia menghancurkan hati pujaan hatiku Luna!!” pekiknya tajam, membentak ke arah Sherly.
Sherly mengeraskan wajahnya, dia mulai mengerti arah pembicaraan pria yang menculiknya, setelah ia menyebut nama Luna.
“Si bodoh itu malah memilih wanita ingusan seperti kamu!!” lanjut pria itu,
“jadi kau Anton yang bertubuh Riza!? Pengecut yang bunuh diri, kau memang pantas mati.” Ujar Sherly mulai muak dengan Anton yang sebenarnya.
“Riza jauh lebih baik darimu!” tambah Sherly berani.
Buk! Pukulan keras di pipinya menjatuhkan Sherly beserta kursinya.
Ia jatuh dengan keras, dan merengkuh kesakitan.
Kemudian menendang perutnya, Sherly menjerit kesakitan itu hampir membuatnya pingsan.
Tak habis di situ Anton menjambak rambut Sherly hingga kursinya terduduk lagi, Sherly meronta dan merengkuh kesakitan, seluruh badannya berdenyut-denyut.
“dengar gadis ingusan! Aku akan mengajarimu memperlakukan pria dengan baik!” bisiknya buas.
Anton merobek baju yang Sherly kenakan, Sherly terus meronta ketakutan ia terus berteriak dan menangis, lalu Anton membawa Sherly ke sebuah ruangan yang sama kotornya dengan ruangan tadi, ada sebuah kasur busa, Anton menghempaskan Sherly ke kasur lusuh itu, setengah baju Sherly sudah terbuka hanya tersisa pakaian dalamnya saja. Mata Anton buas, tidak habis-habisnya memandangi tubuh Sherly yang setengah telanjang.
Ia kemudian mendekat siap menerkam Sherly, dengan sekuat tenaga Sherly menendangnya dengan kaki terikat, dan berhasil mementalkan Anton, tapi apalah daya Anton bergerak cepat kembali memegangi Sherly, ia terus berusaha meronta dan bergelut dengan Anton, hingga Sherly akhirnya kehabisan tenaganya.
Kini Anton membalikkan tubuh Sherly ke posisi telungkup, untuk memudahkan Anton mengeksekusi Sherly, ia mulai menindih dan berbisik pada Sherly,
“santai sedikit ini tak akan sakit!”, Sherly menangis dan menjerit, ia tak rela tubuhnya akan di sentuh oleh bajingan ini.
BUK!!
Pria mesum itu terpental karena sebuah tendangan, Sherly menoleh ke arah pria itu
“Riza!” pekiknya lega.
Lalu dengan cepat Anton yang bertubuh Riza berdiri, dan tersenyum pahit,
“halo pencuri tubuhku”, ujar Anton menyapa sinis.
“ini kebetulan sekali, aku akan membunuh kalian berdua!!” pekiknya sambil melayangkan pukulan ke arah Riza.
Riza menghindarinya dengan mudah karena ia berada di tubuh Anton yang memang terlatih, sedangkan Anton berada di tubuh Riza, hanya tubuh yang kurus dan tidak terlatih untuk bertarung, Riza melepaskan pukulan ke arah wajah, Anton terpental dan jatuh, ia mencoba berdiri, sebelum ia sempat berdiri Riza memegang kepala Anton dengan kedua tangannya, dan membenturkan kepalanya dengan lututnya itu membuat Anton pingsan seketika.
Inggrit dan Vero tiba bersama polisi, polisi lalu membawa Anton yang bertubuh Riza.
Dengan cepat Riza memakaikan Sweternya kepada Sherly yang hampir telanjang, Sherly memeluk Riza erat dan menangis tersedu.
“aku kangen kamu Za!” akhirnya Sherly mengetahui dari kejadian ini bahwa Anton sebenarnya adalah Riza, Inggrit dan Vero hanya tersenyum bahagia melihat mereka berdua.
…
Dua minggu berlalu setelah kejadian itu. Riza bersyukur kepada Tuhan karena Sherly akhirnya tahu kenyataan yang sebenarnya.
Dan juga kafe Riza selalu ramai pengunjung, walaupun hari itu sedang turun hujan.
Sherly sudah baikkan setelah kemarin sempat di rawat di rumah sakit untuk beberapa hari, ia sudah mulai bekerja di kafe, sore itu ia sedang berkutat dengan laptop di ruangannya, mulutnya merajut, dan mengerutkan dahi, jarinya mengetuk-ngetuk meja.
“untuk awal pendapatannya sudah bagus! Tidak ada yang perlu di khawatirkan!” gumamnya.
Tiba-tiba Riza datang mengejutkannya, Sherly berteriak ketakutan, karena Riza menggunakan topeng hantu. Riza tertawa terbahak-bahak lalu Sherly menghadiahi dengan melayangkan sepatu tepat di kening Riza.
“mau jalan-jalan?” tanya Riza, sambil menyesap kopi andalan kafenya.
“pekerjaanku belum selesai!” jawab Sherly.
“oke bagaimana kalau nonton!?” tanya Riza menggoda. Sherly menghentikan ketikannya memandang tajam Riza.
“kamu enggak lihat aku sedang sibuk!!??” pekik Sherly mulai marah.
Riza hanya tersenyum geli melihat Sherly marah. Kemudian Riza memegang tangan Sherly dengan kedua tangannya.
“bagaimana kalau kita jadian? Aku teramat sangat mengagumi dan mencintai kamu, Sher!”
Suasana jadi sunyi sejenak…
“apa?” ucap Sherly akhirnya. Ia bukan tak mendengar, ia hanya tak percaya Riza akhirnya menyatakan perasaan padanya dan tentu saja ia menerimanya.
“te.. Tentu saja aku mau,” jawab Sherly tersipu. Riza menghela nafas lega, ia rasanya ingin melompat ke kolam yang di penuhi ikan piranha.
“tapi dengan satu syarat!” ujarnya memasang wajah datar,
“mulai bulan depan kamu harus menggajiku!” Sherly melirik genit. Riza tak menjawab, ia menjawab dengan pelukan mesra, Sherly balas memeluk dengan senyuman bahagia di wajahnya.
“aku mau menginap di sini,” bisik Sherly menggoda,
“tapi aku takut sendiri.” Tambahnya lebih menggoda.