Riza, mulai mempelajari sedikit demi sedikit bisnis yang di jalani Anton, ia membuka laptop di temani segelas kopi hitam, entah sejak kapan ia menyukai kopi hitam. Di tubuh Anton ia merasa menjadi dewasa dengan cepat, apa mungkin karena pengaruh tubuh Anton, Riza menjadi seperti ini, seperti ada yang menuntunnya untuk menjelaskan semua pekerjaannya.
“ini lebih mudah dari yang ku perkirakan,” gumamnya.
Anton sendiri hanya menyerahkan pekerjaannya pada asistennya Merry, gadis pintar yang memiliki otak brilian dan selalu mempunyai gagasan bagus untuk membangun bisnis Anton.
TING TONG!
Bel apartemen mengagetkan Riza, ia hampir menjatuhkan gelas kopinya. Ia segera membuka pintu apartemen.
Merry berdiri di depannya dengan wajah datar, ia lebih cantik dan menarik di bandingkan di foto.
“selamat malam pak,” katanya menyapa. Riza hanya terpesona dengan kecantikan asistennya terbengong-bengong. Merry mengerutkan kening,
“apa sedang ada wanita di dalam?”, tanyanya frontal
“ah.. Eh.. Wa.. Wanita? Maksudmu? Ti.. Tidak aku hanya sendirian.” Jawab Riza gugup, salah tingkah
“apa bapak tidak mempersilahkanku masuk?”, tanyanya lagi, mulai aneh dengan tingkah bosnya.
“oh i.. Iya, iya, masuklah silakan” Riza memaksa tersenyum tapi yang keluar di wajahnya adalah senyum mengerikan.
Bagaimana tidak, Merry tidak seperti yang Riza bayangkan dewasa dan kolot, ternyata tampilan Merry jauh dari dugaannya, ia muda, cantik dan modis. wajahnya imut-imut, rambut pirang di ikat tinggi, memakai kaca mata putih besar, bibir dan hidung sama mungilnya, kulitnya putih terawat, perawakan sedang berisi, ia memakai kemeja putih lengan panjang yang di gelung lengannya dan celana pendek kain berwarna krem, serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya.
Begitu masuk ia langsung menuju dapur, Riza hanya berpura-pura menatap laptopnya, sepertinya Merry sudah biasa ke apartemen ini, ia membuka lemari pendingin, mengambil es, lalu menuangkan segelas penuh v*dka, lalu kembali ke sofa dengan Riza dan membakar Rokok mentolnya, seperti di rumahnya sendiri. Riza hanya mencuri pandangannya untuk melirik Merry.
“Ini sponsor tunggal AA bar untuk bulan depan,” ujarnya sambil memberikan proposal dari merek Rokok ternama.
“dan ini event organizer yang mengajak kerja sama untuk enam bulan ke depan, mereka banyak mendatangkan DJ dari mancanegara,”
Riza terdiam, ia mengambil proposal itu, dan membacanya. Seolah-olah ia mengerti, ia baru mempelajari sedikit apa itu proposal pengajuan, apa fungsinya, dan juga apa yang harus ia lakukan dengan proposal itu.
“kau sepertinya bingung pak, terlihat di raut wajahmu.” Kata Merry tersenyum geli, melihat bosnya memasang wajah sulit.
“kau hanya perlu bilang setuju atau tidak? Apa itu sulit?”.
Riza keringat dingin, ia tidak bisa menyembunyikan wajah polosnya itu, dan belum bisa melakukan apa-apa.
“aku menyetujuinya,” jawabnya asal-asalan. Merry hanya tersenyum geli, memegangi keningnya dengan sebelah tangan.
Lalu ia mendekati Riza berjalan ke belakang sofanya dan melingkarkan tangannya di leher Riza. Kemudian ia berbisik,
“apa kau merindukan tubuhku? Sehingga kau kehilangan pikiranmu?”
Riza tercengang, ia benar-benar tak mengerti maksud tubuhnya dan mengapa Merry memeluknya.
“malam ini aku sedang bosan, hanya kau yang tahu bagaimana menghilangkan kebosanan ini,” bisiknya lagi, sambil meniup lembut telinga Riza.
Bulu kuduk Riza merinding di buatnya, dan jantungnya berdegup kencang. Dengan sekuat tenaganya ia beranjak berdiri melepaskan pelukan Merry, Merry membelalakkan mata, ia terkejut dengan yang Riza lakukan.
“maaf aku sedang banyak masalah, bisakah kau pergi sekarang!” ucapnya pelan, memalingkan wajah. Merry sangat ketakutan, dengan cepat ia pergi.
“maaf pak, saya segera pergi, permisi.”
Kemudian Merry pergi dengan wajah merah padam. Ia benar-benar terkejut dengan sikap bosnya, hampir setiap kunjungannya ia selalu bermesraan dengan bosnya itu, baru kali ini ia melihat bosnya begitu jijik melihatnya.
Ia menangis Ia menangis tersedu di mobilnya, lalu pergi dengan kehampaan.
Riza merasa bersalah atas kejadian ini, tapi ia tidak menginginkan hal itu terjadi, ia tidak tahu harus bagaimana lagi, itu terjadi dengan sendirinya, iya mengacak-acak rambutnya, kemudian ia berpikir apa mungkin Merry adalah kekasih Anton. Riza membuka folder foto bertuliskan Merry, di laptopnya.
Riza tercengang menutup mulutnya.
Foto-foto mesra mereka berdua, dan foto Merry tanpa busana, Riza langsung menutup foldernya, ia tak sanggup untuk melihat ia baru berumur empat belas tahun, ia rasa tak pantas, beragam nama karyawati tertera di sana dengan foto-foto mesumnya. Anton seorang maniak. Riza hanya jijik ia berada di tubuh Anton.
Ia tak mau memikirkan hal gila itu, ia akhirnya berkutat lagi dengan laptopnya, mulai mempelajari bisnis Anton. ia memiliki beberapa kafe dan bar serta bisnis kuliner lainnya di beberapa daerah di Bandung, semua bisnisnya terkenal dan selalu ramai pengunjung, dalam sebulan ia bisa menraup keuntungan dengan angka yang sangat fantastis, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Ia memiliki vila di puncak, Bali, dan investasi tanah di berbagai kota.
“aku orang yang kaya raya, seandainya saat ini ibu bersamaku…” gumamnya murung